15

3.2K 289 44
                                    

Bagi Seungcheol, tak ada yang lebih memilukan ketika melihat sang ayah terbaring di atas ranjang dengan kesadaran yang kian menurun seiring bergantinya hari. Tubuh pria yang masa mudanya berpostur tegap layaknya dinding yang sukar diruntuhkan, kini semakin kurus hingga tulang pipinya menonjol jelas, bergumam setiap malam menceritakan hal yang sulit dimengerti akibat penurunan kemampuan bicara, atau menangis diam-diam di sela-sela tidurnya.

Sandara, yang Seungcheol sebut sebagai wanita paling setia tak pernah beranjak keluar dari kamarnya. Duduk diam di samping sang suami dengan banyaknya beban pikiran sembari merawatnya sepanjang hari, lalu menangis ketika berbaring di sebelahnya saat menjelang tidur.

Sementara anggota utusan pengadilan masih berlalu-lalang di sepanjang rumahnya. Memastikan bahwa kedua tersangka akan kasus pembunuhan Henry Yoon tak berusaha kabur dari tanggungjawab. Atau menghalau para wartawan yang berkumpul di depan gerbang kediaman Keluarga Choi guna menggali informasi terkait keadaan Choi Seunghyun yang menghambat proses penyelidikan.

Keadaan yang membuat Seunghyun tak kunjung membaik, Sandara semakin histeris dan Seungcheol lagi-lagi dipaksa berdiri tegak sebagai pilar bagi keluarganya.

Seungcheol bisa melihat jelas bagaimana Kim Jonghyun keluar dari kamar orang tuanya dengan raut iba. Detektif yang dikirim pengadilan untuk mendapatkan keterangan dari Pasangan Choi itu menunduk hormat padanya sebelum keluar rumah dengan tergesa. Memasuki mobil dan menghilang begitu saja dengan sederet informasi yang semakin mengantar orang tuanya menuju balasan atas perbuatan mereka.

"Ibu?" Panggilnya ketika memasuki kamar orang tuanya.

"Ya?"

Senyum palsu dari raut Sandara sama sekali tak berguna bagi Seungcheol. Putranya terlampau paham bahwa wanita itu sama sekali tak memiliki kebahagiaan sedikitpun dalam dirinya. Hingga Seungcheol membalasnya dengan tatapan penuh cemooh.

"Aku ingin bertanya sesuatu. Namun tak mungkin untuk membahasnya di hadapan Ayah."

Sandara melirik suaminya yang tengah tertidur. Lantas berdiri dan berjalan mendahului putranya. "Jika yang kau bertanya mengenai 'hal itu', bukankah kau mendengarnya saat Ibu bersama Tuan Kim beberapa waktu lalu?"

Wanita itu membawa Seungcheol menuju taman kecil berdinding kaca di belakang rumahnya. Cahaya keemasan dari matahari sore menerpa tanaman yang masih terawat di sana. Sedikit membawa emosi positif bagi keduanya. Sandara menyentuh deretan bunga krisan kesayangannya, sementara Seungcheol sudah duduk di kursi santai bercorak di sudut taman.

"Jawaban itu Ibu berikan untuk kepentingan pengadilan. Dan aku bertanya bukan sebagai orang lain, melainkan putramu. Pasti ada alasan selain persaingan bisnis antara Ayah dan Tuan Yoon."

Sandara berbalik guna menatap Seungcheol. "Adakah perbedaan dari keduanya, Sayang?"

"Tentu saja!" Sergah Seungcheol dengan semangat. "Keluarga seperti kita terlampau sering bersandiwara. Hal yang diketahui orang-orang, belum tentu menjadi kenyataan yang sebenarnya. Dan aku yakin hal itu berlaku untuk saat ini."

Tanpa memandang sang putra, Sandara menghela nafas berat sembari menutup mata sejenak. "Kau yakin tak akan terkejut bahkan marah?"

"Ibuku sayang, putramu ini sudah lelah untuk meluapkan emosi." Tegas Seungcheol dengan nada manja yang dibuat-buat. Sandara mengangguk paham, merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menguak rahasia yang ia simpan bersama Seunghyun rapat-rapat.

"Seperti yang kau tahu, ayahmu menginginkan kekayaan Jeonghan dengan memperistrinya." Sandara duduk di seberang Seungcheol. Meletakkan lengannya di atas meja marmer yang membatasi mereka. "Ia pernah membicarakan hal ini kepada Tuan Yoon. Namun ia menolak."

RIVAL | JeongCheol GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang