12

3.3K 298 120
                                    

Hari yang sedikit lebih aneh dari biasanya. Orang-orang tak lagi sibuk menyesap kopi di jam santai atau ketika makan siang. Perbincangan dengan sesamanya tak tercipta, bahkan mereka saling bertabrakan karena berjalan dengan kepala menunduk. Mereka mendongak hanya untuk menarik nafas, atau sekedar menyadarkan diri bahwa berita yang mereka baca benar adanya.

Surat kabar, berita di internet bahkan acara di setiap stasiun televisi membahas hal yang sama. Kabar mengejutkan yang membuat siapapun tak percaya ketika mendengarnya untuk pertama kali. Tak hanya satu, namun dua kabar buruk datang di waktu yang nyaris bersamaan.

Jang Doyoon yang ditemukan terbunuh di apartemennya, atau tewasnya Kim Mingyu setelah mengalami kecelakaan di Gangnam. Dua nama itu menjadi kata kunci paling banyak di cari pada hari ini.

Hong Jisoo meletakkan surat kabar yang baru saja ia baca ke atas meja kerja. Sekian kali ia membacanya dari sumber berbeda, Jisoo memilih untuk menyudahi. Tak memungkiri bahwa ia terkejut pada awalnya,namun Jisoo kini memikirkan sesuatu yang berlainan.

“Kau tahu, orang-orang membicarakan dua hal itu sampai aku bosan.” Suara Seokmin terdengar seiring pintu ruang kerja di kediaman Keluarga Yoon itu terbuka. Ia datang dengan kantong plastik besar berisi pesanan dari restoran cepat saji. Pria itu sengaja mengambilnya sendiri dari petugas pesan antar, dengan alibi agar tak ada pelayan rumah yang mengambil salah satu ayamnya. Pemikiran kekanakan yang memiliki kecerdasan memukau dibaliknya.

“Doyoon berada di puncak karir, dan Mingyu sedang dielu-elukan oleh banyak wanita. Wajar saja.” Jisoo mengikuti Seokmin menuju sofa. Membuka satu botol soda berukuran besar untuk dituangkan ke gelas, sementara Seokmin sibuk mempersiapkan makan siang mereka.

“Kurasa aku tak berselera makan setelah membaca bahwa Doyoon dibunuh dengan perutnya yang tercabik sampai ususnya keluar. Dan Mingyu, erghh...” Seokmin bergidik ngeri membayangkan keadaan keduanya sesuai yang dimuat di media massa.

“Dan kini kau sudah menggigit ayam dengan lahap.”

“Aku lapar.” Seokmin berbicara dengan mulut penuh. Kedua tangannya sama-sama memegang ayam yang masih hangat. Dan Jisoo hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.

“Tim investigasi menemukan bahwa Mingyu sempat ke lokasi apartemen Doyoon. Sayangnya belum jelas apakah keduanya saling bertemu atau hanya sebuah kebetulan.”

“Aku tak peduli. Itu urusan polisi. Ada banyak kemungkinan lain yang harus kita hadapi.”

“Maksudmu?”

Seokmin meletakkan sisa tulang dari kedua ayamnya. Menyambar selembar tisu basah guna  membersihkan tangan.

“Kau tahu, rumor pernikahannya dengan Seungcheol sempat berhembus tadi malam. Tak diketahui banyak kalangan, hanya dari orang terdekat mereka dan Kim Mingyu mungkin salah satunya.”

“Lalu kau pikir itu ada hubungannya dengan kematian mereka?”

“Aku belum menyimpulkan.”

“Setidaknya, Seungcheol dan Jeonghan memiliki kesempatan lebih lebar.”

“Kau benar. Namun di sisi lain akan mempersempit. Doyoon adalah senjata bagi Seunghyun untuk mencegah hubungan Seungcheol dan Jeonghan. Dan jika senjata itu hilang, bukankah pemiliknya justru akan semakin liar mempertahankan tujuannya?”

Masuk akal. Seokmin memang bisa diandalkan pada situasi seperti ini. Kendati banyak orang yang memandangnya sebagai pria jenaka dan ceroboh, ia tetap memukau dengan kecerdasan, paras tampan bak bangsawan serta postur tegap yang ayahnya wariskan. Perpaduan luar biasa yang membuat Jisoo jatuh hati bahkan menyatakan cinta lebih dulu.

RIVAL | JeongCheol GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang