Sandara menyeka air matanya. Pemakaman suaminya yang dihadiri oleh orang-orang terdekat saja membuatnya leluasa untuk meluapkan kesedihannya. Memutar memori saat bagaimana mereka bertemu, menikah, penuh konflik ketika membesarkan Seungcheol kemudian berakhir pada penyesalan atas kesalahan ceroboh mereka. Anak rambut yang tertiup angin menempel pada kulit pipi tak menua yang basah akibat air mata, hidungnya memerah beradu dengan angin peralihan musim dan matanya membengkak akibat terlalu banyak menangis. Semua yang hadir di pemakaman menaruh iba, begitu pula dengan Keluarga Yoon sebagai satu-satunya keluarga asing yang diperbolehkan mengantar Seunghyun di peristirahatan terakhirnya.
“Dara.” Jinah merangkul Sandara dengan raut iba di balik kacamata hitamnya. “Jika keadaaan Seunghyun memburuk karena keluargaku, kumohon maafkan kami.”
Janda dari Keluarga Choi menggeleng, menyentuh punggung tangan Jinah yang masih bertengger di bahunya. Ia terlihat berangsur-angsur tenang bahkan bisa tersenyum tipis kendati masih terisak kecil. “Kepergian Seunghyun sudah tergaris oleh-Nya. Kau seharusnya tak merasa bersalah untuk itu.”
Jinah melirik Jeanine yang berdiri tak jauh darinya. Dengan jarak kurang dari dua meter, tentu saja ibu kandung Hong Jisoo bisa mendengar jelas percakapan keduanya. Ia merapatkan jubah panjang yang sedikit beterbangan tertiup angin dan berjalan mendekati pusat atensi.
Jeanine dengan sopan meminta kepada salah satu kaki tangan Keluarga Choi untuk meminta payung yang melindungi sang nyonya dan menggantikan perannya. Kemudian membuat isyarat agar tak ada orang lain di sekitar mereka bertiga. Pria itu mengangguk paham, lantas bergeser beberapa meter tanpa merasa penasaran atau bahkan ingin mencampuri urusan mereka.
Sandara mendongak menatap Seungcheol dan Jeonghan yang berdiri bersebelahan di tepi makam. Tangan keduanya bertaut guna menguatkan satu sama lain. Hatinya berdesir pilu melihat Seungcheol yang masih tak membuka suara sejak kematian Seunghyun diumumkan, atau Jeonghan yang terus menyendiri semalaman dengan perasaan bersalah yang seharusnya tak menghampiri benaknya.
“Jeonghan berkata, ia belum sempat mendapat restu dari Senghyun untuk pernikahannya.” Jinah berujar lirih. Mengiba ketika mengingat Jeonghan yang mengatakan hal itu sembari menangis tadi malam.
“Lebih tepatnya ia belum mendengar restu darinya. Seunghyun pernah bergumam padaku di suatu malam, bahwa ia tak lagi melarang apapun yang Seungcheol inginkan.” Ketiga wanita itu saling melempar senyum damai. Kabut duka yang mnyelimuti Sandara berangsur-angsur lenyap karenanya.
“Nyonya. Mari, pemakaman telah usai.” Seorang pendeta yang memimpin jalannya pemakaman menyapa mereka. Berjalan mendahului seiring orang-orang kepercayaan Keluarga Choi mengelilingi ketiga janda tersebut. Seungcheol melebarkan jas dengan Jeonghan yang merapat padanya. Sementara Jisoo dan Seokmin sengaja memilih membantu mengurus rumah duka guna menghindari wartawan yang menunggu di depan gerbang pemakaman.
Benar saja, orang-orang dengan kamera dan mikrofon yang mulai menampakkan raut letih pun menyerbu mereka. Gagal dengan Seungcheol ataupun Jeonghan yang dengan cepat memasuki mobil, mereka menarget Nyonya Choi berserta kedua istri Henry yang berjalan tenang dengan bibir terbungkam. Mereka menyerukan pertanyaan seputar kematian Seunghyun, rumor pemindahan jabatan antara kedua putri Henry Yoon, atau yang paling santer dipertanyakan adalah tuntutan atas kematian Henry yang dicabut tiba-tiba beberapa jam setelah kabar kematian Seunghyun tersebar.
Orang-orang yang akrab dengan dunia bisnis merasa dipermainkan, begitu pula khalayak. Beberapa orang menganggap mereka hanyalah bermain-main dengan uang. Mudah menuntut, mudah pula memberhentikan bahkan sebelum prosesnya selesai. Namun tetap saja, setiap orang memiliki pemikiran berbeda yang tak bisa dimengerti orang lain. Mungkin saja Keluarga Yoon menggunakan nurani dan mengiba atas kejadian ini, atau bahkan Keluarga Choi sendiri yang memohon untuk dilepaskan begitu saja. Semua tak terjawab dengan diamnya mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/199528533-288-k583346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVAL | JeongCheol GS
FanfictionTentang Seungcheol dan Jeonghan yang terjebak dendam di masa lalu. Serta rahasia-rahasia lain yang tak pernah disangka sebelumnya. Liku cinta yang rumit mengharuskan keduanya hidup dalam kepalsuan. Akankah bisa berujung manis? Warning! Genderswitch...