8

4.3K 324 88
                                    

⚠️Warning! Adult content!⚠️





"Maaf aku tak bisa datang di pemakaman suamimu, Jinah-ssi."

Jinah tersenyum kikuk. Perasaan asing mengenai keluarga yang mengundangnya kemari masih menyelimutinya hingga kini, kendati setiap orang di kediaman Choi Seunghyun, -kecuali Sandara yang tampak kurang bersemangat dan Seungcheol yang tak berada di rumah- menyambutnya dengan cukup baik. Suasana hangat yang kontras dengan beberapa tahun lalu ketika Henry masih hidup, ketika suaminya dan Seunghyun masih saling bersaing untuk menjadi konglomerat nomor satu di Korea, atau ketika Sandara diam-diam membicarakan hubungan Henry dengan kedua istrinya kepada teman-temannya.

Tapi Jinah tak ingin berburuk sangka, meski ia tahu Seunghyun melakukan ini bukan tanpa alasan.

"Tidak masalah. Aku justru berterimakasih karena Dara begitu peduli pada kami saat itu." Mata Jinah bertemu dengan Jisoo, yang sedari tadi diam bahkan tak menyentuh makanannya sedikitpun. Dan Jisoo tak seperti Jeonghan, yang dipaksa fokus untuk mengikuti dikte sang Ayah guna menjadi penguasa pada akhirnya, tentu saja jauh lebih tahu tentang seluk beluk permasalahan keluarganya dengan orang-orang sekitar. Hingga ia paham betul apa yang disampaikan sang ibu melalui sorot matanya.

"Ngomong-ngomong, tidakkah seharusnya kau kemari bersama Jeonghan, putrimu?"

Semua pasang mata, kecuali Seunghyun membelalak lebar. Pertanyaan yang jauh dari kata sopan dan terkesan menyindir, membuat Sandara lagi-lagi meremas ujung dressnya. Tak peduli jika ia akan kusut akibat dari pelampiasan emosinya.

"Aku punya dua putri. Dan mereka tak bisa dibedakan. Aku bertaruh bahwa keluargamu tak akan paham dengan hal seperti itu, Tuan."

"Ibu!"

"Santai saja, Jisoo-ya. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Bisakah kalian membuat suasana malam ini menjadi lebih menyenangkan?" Sandara akhirnya membuka suara. Muak dengan konfrontasi dan sindiran yang sedari tadi mengudara di ruang makannya.

"Baiklah, Sayang. Aku akan menyapa Hong Jisoo yang sedari tadi diam. Bagaimana kabarmu? Semakin bahagia setelah menikah, hmm?"

Jisoo mungkin akan mendaratkan tamparan untuk Seunghyun jika tak ingat kata-kata Seokmin yang memintanya untuk bersikap anggun apapun yang terjadi. Pria tua itu, terlihat seperti tengah menumpuk dosa di ajalnya yang semakin dekat. Hal lucu yang mungkin akan menjadi bahan tertawaan Jisoo bersama Seokmin di tengah malam.

"Tentu saja. Seokmin pria baik yang menghargai saya sebagai putri istri kedua dari Henry Yoon. Ia pria yang tak melihat Jisoo dan Jeonghan dengan cara yang berbeda. Dan juga, ia satu dari sebagian kecil orang yang tak peduli tentang hal yang bukan menjadi urusannya, termasuk Henry dan kedua istrinya. Jadi tentu saja aku sangat--"

"Nona. Bukankah seharusnya kau menjawabnya dengan singkat?"

"Memotong pembicaraan orang lain bukanlah hal yang sopan, Dara-ssi."

Inilah mengapa Sandara begitu benci dengan anak istri dari Henry Yoon. Mereka memiliki keberanian untuk melawan yang identik satu sama lain. Jinah lahir dari keluarga kaya, namun tak dididik layaknya boneka. Ia justru dituntut mandiri, melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh pria. Hingga ia mampu mendidik Jeonghan menjadi penguasa ditengah-tengah kebiasaan Henry yang memberi putrinya banyak aturan. Juga Jeanine yang berasal dari kalangan biasa, melihat semua orang dengan cara yang sama sehingga ia tak takut untuk bersuara tentang hal-hal yang menurutnya benar. Dan itu ia wariskan kepada Jisoo, yang tumbuh menjadi salah satu jaksa handal yang dimiliki negaranya.

RIVAL | JeongCheol GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang