-14🌻

93 6 0
                                    

Di hari yang sudah menunjukkan waktu siang itu, Assel akan mengantar Felix dengan dirinya yang sekaligus akan masuk bekerja. Assel ada shift siang hari ini.

"Kau akan pergi hari ini juga?" Tanya Assel.

Mereka berjalan beriringan untuk menuju halte. Tangan mereka saling bertaut dan semakin erat menggenggam jari jemari satu sama lain.

"Iya. Kau jangan bersedih" kata Felix.

Ia mengusak rambut Assel. Sedangkan Assel merubah ekspresinya cemberut.

"Jelas aku akan sedih. Jangan pergi lama-lama" rengek Assel beralih menggandeng lengan Felix possessive.

"Kau sudah dewasa Nona Park, jangan merengek seperti bayi" canda Felix mencubit hidung Assel gemas.

"Biarkan" ketus Assel masih saja bermanja di lengan Felix.

Felix terkekeh dengan mereka yang sudah sama-sama duduk di bangku panjang halte. Tidak ada orang lain di sana. Hanya mereka berdua.

"Setelah berita pengeluaranku dari agensi tadi pagi. Aku menerima banyak pesan e-mail dari berbagai perusahaan hiburan di Australia. Aku masih akan mempertimbangkannya. Doakan saja aku segera mendapat pekerjaan lagi, oke?" Jelas Felix.

Lelaki yang memakai beanie hitam itu tersenyum teduh untuk Assel. Membuat Assel entah jadi menatapnya nanar. Ia sedih karena dirinya lah Felix harus dikeluarkan. Walaupun faktor itu sepenuhnya belum tentu benar.

"Aku akan terus mendoakan yang terbaik untukmu, Sayang" ujar Assel dengan memaksakan senyum manisnya.

"Hem... bekerjalah dengan baik. Aku akan melakukan hal yang sama. Bekerja dengan baik dan kembali untukmu. Secepatnya." Janji Felix.

"Aku pegang janjimu itu." Setuju Assel.

Bersamaan dengan itu. Bus datang dan berhenti di depan mereka sekarang. Assel sudah berkaca-kaca di sana. Dengan amat terpaksa ia melepas gandengan tangannya dari lengan Felix.

Felix mencium kening Assel sebelum benar-benar pergi. Tanpa tak terduga Felix mengambil sesuatu dari saku celananya. Sebuah cincin dengan hiasan cantik tersemat di sana. Ia meraih tangan Assel dan memakaikannya di jari manis Assel. Assel menutup mulutnya terharu dengan air mata yang terus turun dari wadahnya.

"Jaga dirimu baik-baik. Aku janji akan kembali. Aku mencintaimu Nona Lee." Ujar Felix yang terakhir.

Felix sudah selangkah menaiki bus. Tangannya melambai dari dalam sana. Assel memaksakan senyumnya terbit. Ia tidak boleh bersedih. Felix tidak akan tenang jika dia bersendu seperti sekarang.

Assel masih berdiri di tempatnya hingga jejak bus itu hilang dari pandangannya. Ia meraih dan mengusap cincin yang sekarang tersemat manis di jarinya. Seulas senyum tercetak di wajahnya.

Ia harus meyakinkan dirinya juga hatinya bahwa semua akan baik-baik saja. Cintanya, kariernya harus ia usahakan berjalan seperti keinginannya.

Felix sudah kembali padanya walau mereka harus menjalani hubungan jarak jauh lagi. Dan kini ia juga sudah merintis kariernya sebagai dokter umum di salah satu pusat kesehatan masyarakat di distrik kota Sokcho.

🌻🌻🌻

Enam jam perjalanan dari Sokcho, Felix akhirnya sampai juga di Seoul. Ia sudah memesan taxi untuk menuju dorm. Dan untuk terakhir kalinya ia akan menjejakan kakinya di sana. Felix akan membereskan semua barang-barangnya sebelum pergi.

Ketika sudah sampai di dorm. Bang Chan dan semua anggota Nine memeluk Felix haru. Mereka menumpahkan rasa sedih mereka malam itu. Bagaimanapun mereka pernah berjuang bersama. Menangis dan tertawa bersama.

COMPLICATED [Felix SKZ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang