NTRF; Fourteen

15 3 0
                                    

— Ada kalanya, cinta pertama bagi kita sama sekali bukan cinta pertama baginya, dan cinta terakhir bagi kita bukan pula cinta terakhir baginya —

- Kim Namjoon.

∞∞∞

          “Sebenarnya, aku menyukaimu,” Kaget? Tentu saja, siapa orang yang tidak kaget jika mendapatkan pernyataan tiba-tiba seperti ini.

Hana tidak ada sangkaan sama sekali tentang Namjoon yang menyukai dirinya, jangan menilai Hana tak peka, pasalnya tindakan Namjoon memang benar-benar sangat normal, tidak menunjukkan sinyal rasa suka sedikitpun.

Sial, haru bagaimana dirinya sekarang?

“Kak, aku—,”

Hana tercekat ketika Namjoon hanya tersenyum lembut, tangan kekarnya terarah pada bahu mulus Hana yang dilapisi oleh kaos lengan pendek, ditambah dengan jaket berwarna biru pastel.

“Jangan menjawabnya, entah itu iya ataupun tidak,” Ujar Namjoon, ada alasan mengapa ia melarang Hana mengatakan jawabannya.

Jawaban Hana dipenuhi oleh resiko.

Jika Hana menjawab iya, maka itu akan berbahaya bagi imannya, dia akan goyah, dan, bisa saja yang dikatakan perempuan itu benar.

Hana akan celaka.

Dan jika Hana menjawab tidak, tetap saja, itu beresiko.

Namjoon hanya akan merasakan sakit yang mendalam di hatinya, karena ia tahu, dirinya sendiri mengharapkan kata yang terlontar dari mulut Hana, bahwa ia juga mencintai Namjoon.

Jadi lebih baik begini.

Semuanya memang harus berakhir.

Tapi sebelum itu—,

“Boleh aku memelukmu?”

—untuk terakhir kalinya.

Hana hanya terdiam, bagaimana bisa ia dengan mudah memberikan pelukan pada orang lain? Itu sama sekali tidak mungkin.

Menyadari ekspresi Hana, Namjoon tersenyum kecut. “Maaf, mungkin permintaanku yang aneh—,”

“Tidak apa-apa,” Sahut Hana tiba-tiba.

“Kau boleh memelukku,” Hana tersenyum tipis, lalu merentangkan tangannya.

“Sampai kapanpun, kau tetap ku anggap kakakku sendiri, tidak peduli apapun itu,” Hana tersenyum tipis, kaki jenjangnya berjalan ke arah Namjoon yang hanya terdiam, menghiraukan angin meniup rambut yang tersampir pada dadanya.

Hingga, tubuh mereka saling mengikat dalam rengkuhan tangan masing-masing, melepaskan semua beban yang ada, pelukan yang didasari oleh perasaan tulus masing-masing, dengan rasa cinta dan sayang dari sisi masing-masing.

“Tapi untuk sekarang, kau boleh memelukku sebagai orang yang kau cintai, bukan sebagai adikmu.”

Senyum teduh itu ...

Senyum yang selalu Namjoon impikan, selalu ia berdoa, bahwa ia bisa melihat senyum indah itu setiap hari.

Tapi sayangnya, impiannya, tetaplah impiannya sendiri.

Not The Real Face | Park Jimin [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang