NTRF; Two

72 8 4
                                    

•°Author Point Of View°•

          Mata itu terbuka secara perlahan, sesekali mengerjapkan dirinya untuk menyesuaikan cahaya yang tiba-tiba masuk menyinari netra.

Gadis itu kira, dia akan mati saat itu, dalam hati ia bersyukur pada yang Maha Esa telah memberikannya kesempatan untuk hidup, kepalanya perlahan menoleh mendapati sebuah kalender yang terletak di atas meja.

Sudah dua bulan yang lalu rupanya.

Matanya menelisik ruangan beraroma khas obat-obatan dengan nuansa putih yang ia tempati kini, netranya mendapati kedua saudaranya sedang tertidur dengan pulas di sofa, bibirnya menorehkan senyum tipis, kembali menutup mata untuk menghilangkan rasa pening sejenak.

Tangannya kanannya tak bisa digerakkan akibat adanya infus yang membatasi akses pergerakannya, ketika melihat kearah jam, ini baru jam setengah tiga pagi.

Menghembuskan napas perlahan, rasanya lelah sekali walaupun hanya terbaring selama dua bulan lamanya, otaknya tak berhenti mengeluarkan pertanyaan, seperti; apa saja yang terjadi selama ini? Sejak kapan kakak laki-lakinya pulang? Dan berbagai pertanyaan yang memaksa Hana memikirkannya berulang kali.

“Aduh anjay gua pen pipis,” Hana menoleh, mendapati kakak laki-lakinya yang sedang memegang––, sudahlah. Tapi bahasa apa yang ia gunakan?

Taehyung oppa?” Langkah Taehyung terhenti, kepalanya dengan kaku menoleh kearah ranjang Hana, tak lama kemudian senyum ceria terukir di wajah tampannya.

“Waaa! Kau sudah sadar––, aduh! Sebentar aku ingin ke toilet sebelum celanaku bocor, oke?! Dah!” Dengan terbirit-birit Taehyung berlari masuk ke kamar mandi, kemudian membanting pintu membuat Hana tersentak, ia menoleh kepada Hani yang masih sibuk bergelut dengan tidurnya.

Syukurlah, eonni pasti masih sangat lelah. Salahkan hati Hana yang terlalu baik, dia tak bisa menjadi orang yang jahat, masih terbesit rasa sayang pada kakak perempuan satu-satunya itu. Walaupun masih terlintas rasa kecewa dari hatinya.

Entahlah, dia tak bisa mengambil keputusan pasti jika menyangkut tentang kakak-kakaknya.

Taehyung keluar dari toilet, dengan sorot ceria ia berjalan kearah Hana, kaki panjangnya melangkah dengan cepat lalu duduk tepat di samping Hana.

“Apa badanmu masih sakit?” Hana mengangguk pelan, badannya memang masih sakit.

“Apa kau kecewa dengan Hani?” Hana terdiam seribu bahasa, sorot matanya menyiratkan kebingungan, hatinya menyuruh kepalanya untuk mengangguk, sedangkan pemikirannya menyuruh dirinya untuk berkata tidak dengan lantang.

“Aku berada di antaranya,” Taehyung mengernyit, menyadari ekspresi yang disampaikan oleh Taehyung, Hana melanjutkan perkataannya.

“Aku tidak tahu, aku harus memaafkannya atau tidak––,”

“Aku hanya bertanya, kau kecewa dengan Hani?” Perlahan, Hana mengangguk mengiyakan.

“Apakah aku jahat?” Tanya Hana, dengan senyum tipis yang terukir di wajah tampannya, Taehyung menggeleng, tangannya terulur mengusap kepala Hana memberikan ketenangan.

Not The Real Face | Park Jimin [H I A T U S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang