#10

2.7K 171 5
                                    

7 tahun

*

*
*
*

Percayalah akan semua tentang diri mu sendiri jangan pernah berpikir bahwa dirimu ini buruk, jika kamu berpikir demikian segeralah perbaiki karena tidak ada kata terlambat.

"Hoshhhh Na ayo buruan larii, kalo lo kaga mau ke tangkep ama anak buah bokap lo gila."
Kata seseorang dengan nada kelelahan sambil menarik sebuah lengan tangan seorang gadis yang juga sedang mengatur nafas karena sedari tadi mereka terus bersembunyi dan lari.

Duk duk dukk
Suara langkah segerombolan orang  yang sedang berlari menuju ke arah mereka berdua.

Sementara hari semakin malam, dua anak manusia itu kebingungan dangan apa yang harus mereka lakukan sementara mereka sangat kelelahan karena sejak tadi terus berlari sementara posisi mereka terus mengancam.

Karena bingung dengan apa yang harus lakukan, sebab posisi mereka saat ini berdiri tepat diatas sebuah jembatan yang ramai di lalui para pengguna jalan.

Tanpa pikir panjang seseorang yang di panggil Ana tadi langsung menarik lengan seseorang yang berkata barusan melompat ke bawah jembatan dan jadi lah.

Byurrrr

Suara riak air yang besar tidak ada sama sekali yang menyadari, berbeda dengan sgerombolan manusia yang terus mengejar, mendengar sesuatu yang terjatuh ke bawah jembatan.

Sementara dua orang tadi terus berenang menuju ke tepiann dan bersembunyi di bawah jembatan.

Syukur karena gelapnya malam, tidak ada yang menyadari keberadaan mereka begitu pun segerombol para pengejar tadi mereka memutuskan untuk kembali ke tempat semula.

"Hahh gila lo main nyebur gue kaga bisa berenang kamprett tadi itu kalo gue tenggelem terus mati lo mau tanggung jawab."
Cerecos seorang prempuan pasalnya ia tidak terima, ini nyawa coy , gue bukan kucing yang punya sembilan nyawa, gue gak mau mati sia sia sialan emang si Ana. Hardik didalam hati prempuan disamping Ana

"Udah selesai nyerocosnya Ayo balik atau mau gue tinggal."
Ejek Ana terang terangan, Ana sudah berdiri dari posisi duduknya bersiap meninggalkan prempuan yang masih terduduk dibelakangnya.

" temen Emang lo." Umpat seseorang prempuan tadi yang bernama Aulian

***

Terlihat di ruang keluarga berkumpul dengan gusar para lelaki, mereka sedang membicarakan sesuatu yang penting sementara, di kamar para wanita sedang menenangkan seorang ibu yang terus menangis, badan ibu itu semakin kurus tidak terurus.

"Hiks hiks Ana pulang nak hiks maafkan kami maafkan Bunda hikss Bunda kangen nak."
Tangis seorang ibu yang duduk bersandar di tempat tidur sementara ibu ibu, yang lain mencoba menenangkan.

"Udah lah mba jangan nangis lagi, tadi kan kita dengar sendiri Azral sama Asraf mereka sudah menemukan lokasi Ana saya yakin Ana akan kembal."

Seluruh wanita di sana turut prihatin mereka juga seorang ibu mereka juga tau bagaimana rasanya jika harus kehilangan seorang buah hati.

Sementara di ruang tamu keadaan semakin mencekam.

"Azral dan Asraf berjanji pada Ayah juga Bunda, bahwa kita tidak akan pulang tanpa membawa Ana dan, katakan pada Bunda untuktidak bersedih lagi karena Ana akan segera pulang."
Terdengar suara tegas dan penuh keyakinan dari sebrang telepon, dua Orang tadi yang di panggil Azral dan Asraf saat ini mereka sedang berada di jakarta untuk mencari sesorang dan membawanya pulang.

"Baik, ayah menaruh harapan yang sangat besar pada kalian, Terimakasih."
Jawab seorang pria paruh bayah walau usianya sudah hampir setengah abat tapi aura ketegasannya masih sangat nampak namun, sungguh pria ini menyesal karena sifat tegasnya lah ia harus kehilangan putri semata wayangnya.

"Ayah tidak perlu berterimakasih ini sudah kewajiban Abang untuk membawa adik pulang."
Jawab Azral yakin dengan suara tak kalah tegas pada lawan bicara.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."
Dan panggilan pun berakhir.

"Hufttt." suara desah napas lemah karena lelah.

"Maafkan aku Rik, putara mu juga harus di pusingkan dengan tugas ini.:
Lanjutnya

"Tak masalah sudah kewajiban putra ku untuk membawa pulang calon mantu saya, ntah mengapa saya merasa bahwa mereka akan segera kembali."
Jawab sang lawan bicara yang di panggil Rik tadi.

"Semoga saja Rik, aku sungguh menyesal karena dulu selalu memaksa dan mengekang putri ku."
Dengan wajah menunduk dengan pandangan kosong.

***

Disisi lain.

Di sebuah ruangan yang bercat serba putih yang berada di salah satu rumah sakit umum.

Terjadi keheningan. Di tengah tengah ruangan itu terdapat meja kerja yang mana sang pemilik sedang mngerucutkan bibir karena menahan kesal sejak kemarin.

Kekesalannya semakin memuncak saat melihat pintu ruangan miliknya terbuka dan masuk lah penyebab kekesalanlnya dia masuk masih lengkap dengan jas dokter di dada kanannya tertulis nama dr. Arayna alexa c.

Orang yang baru saja masuk dan di plototin seperti ini hanya menggelengkan kepala.

"Apa liat liat."

Kata orang tersebut sambil duduk menghadap empunya ruangan sambil melempar bingkisan ke atas meja yang sedari tadi ia bawa.

"Noh buat lo."
Lanjut si pelempar.

"Apaan."

"Masih punya mata dan tangan yang masih berfungsi kan?, buka sendiri!"
Sarkas Ana Sambil memainkan posel yang ia keluarkan dari saku jas.

"Santai ngapa, kenapa jadi lo yang marah kudunya kan gue."
Kata Aul sambil membuka bingkisan di atas mejanya.

"Gila lo beli ini buat gue Ra? uluh uluh tencu Ana."
Lanjut Aul kegirangan karena bingkisan yang ia buka tadi, yang ternyata isinya berupa kotak persegi panjang yang di dalamnya berisi benda elektronik berlabel buah apel yang bolong.

"Menurut lo."
Jawab judes dengan tidak santainya

Tidak ada jawaban Dari Aul karena ia sedari tadi sedang loncat loncat kegirangan, pasalnya kejadian sejak malam kemarin di mana ia terjun bebas ke bawah jembatan alhasil menyebabkan heandphone miliknya ikut tenggelam dan rusak, dan sekarang ia kegirangan pasalnya heandphone yang ia pegang itu merupakan salah satu benda impiannya yang hanya mampu ia mimpikan saja, dan sahabatnya ini membelikan hanya cuma cuma tak heran memang melihat kini Ana telah resmi sejak setanh tahun yang lalu menyadang gelar sebagai dokter.

"Gini aja seneng kemarin kemarin tu bibir monyong mulu minta di babat."
Kata Ana menyindir.

"Bodo." kata Aul tak tersindir sama sekali dengan ucapan Ana

Sementara Ana hanya bisa menggelengkan kepala.

Berhenti dari kegirangannya lalu Aul duduk di kursinya menghadap ke arah Ana yang masih sibuk dengan ponselnya,  Ana menatap heran pada Aul yang sangat cepat berubah.

"Kenapa." Tanya Ana sambil mendongakkan kepala menghadap ke arah Aul yang menatapnya dengan serius seperti ada hal penting yang harus segera ia di katakan.

"(sambil menghela napas), Ra lu gak ada kepikiran gitu buat balik ke rumah, gak capek apa lo dikejar kejar Ajudan Bokap lo mulu?" Entah menjawab atau bertanya dengan serus Aul menatap kearah Ana mencari kebenaran di balik tepat di manik mata  orang yang telah lama bersamanya hampir 5 tahun mulai dari bangku kuliah koas hingga mendapat tempat dinas yang kebetulan sama.

Tentu Aul tau hampir tau segala seluk beluk yang dialami sahabatnya ini, mulai dari tentang keluarganya.

Hingga penyebab  Ana terus lari dari kejaran para Ajudan Ayahnya.

Untuk Mu KAPTEN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang