laa tahzan inallaha ma'ana"💞

7.6K 264 18
                                    

Mobil berhenti tepat di depan rumah berdinding warna hijau bukan rumah ini saja bahkan seluruh rumah rumah yang ada disini juga berwana hijau kurang lebih hampir 10 tahun Ana meninggalkan rumah ini, tidak banyak yang berubah kecuali halaman rumah yang sekarang lebih banyak ada tanaman.

Kompleks perumahan bagi para prajurit, tidak jauh dari Mako pendidikan Akademi Militer Magelang.

Nama nya Reyna Alexa Candra, orang orang memanggilnya Ana, usianya enam belas tahun dia lima bersaudara sejak usia lima tahun Ana tinggal bersama oma di Jakarta meninggalkan  kedua orang tua nya, tiga kakak laki laki dan saudra kembar nya, walau tidak tinggal serumah lagi, akan tetapi mereka juga sering berkunjung ke rumah Oma, atau sebaliknya.

Ana tidak ingat dengan jelas mengapa saat itu Dirinya langsung setuju begitu saja saat Oma meminta nya untuk tinggal bersamanya yang hanya sebatang diri padahal, saat itu Ana masih sangat kecil.


T

entang oma mendadak Ana jadi rindu beliau..

Oma,, tenang disana ya oma Ana akan selalu berdoa untuk oma..

Dan tepat dua minggu yang lalu, oma sudah berpulang, sebab sakit jantung yang sudah lama beliau derita, hal itu sebuah pukulan bagi Ana, tapi kembali lagi dirinya tidak boleh terus terus seperti ini semuanya masih harus dilanjutkan.

"Ana,,, ayo masuk, jangan berdiri disana aja, gak capek hemmm,," Bunda memecahkan lamunan ku yang hanya berdiri mematung memperhatikan sekitar.

"Eh, iya Bun,"

"Langsung ke kamar aja ya, nanti barang barang kamu ayah yang bawa ke kamar mu,,"

Ana hanya mengangguk kecil sebagai tanda setuju atas ide dari ayahnya tersebut.

Kamar dengan luas 3×3 dengan corak warna hitam, ya Ana suka warna hitam,  bukan hal yang Aneh tapi Ana suka warna yang gelap, menurutnya hitam itu tenanng, walau ia tinggal bersama oma, kedua orang tuanya tetap memberi Ana kamar, yang kadang di tempati Ana saat dirinya liburan kesini.

Ana menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, memejamkan matanya, dannnn mungkin karena rasa lelah dan kantuk yang menghampirinya sehingga Ana terlelap terbuai di dalam alam mimpi.

Ayahnya seorang perwira tentara, Bunda hanya seorang Ibu rumah tangga yang melahirkan lima orang buah hati.

.

.
.

Entah sudah berapa lama Ana terlelap dalam tidurnya, sementara hari terlihat mulai menggelap, dan tidak ada tanda tanda Ana akan bangun dari tidurnya.

seorang cowok yang berdiri di samping ranjang Ana yang sedang tudur, merasa sangat gemas dengan apa yang ia lihat adik prempuanya itu begitu pulas dalam tidurnya, ketara sekali sedang kelelahan dan sebenarnya dia juga tidak tega jika harus membangunkan Ana tetapi melihat jam sepertinya memang seharusnya ia membangunkan Ana.

Dengan senyum tipis cowok itu dengan sengaja memencet dengan keras hidung pesek milik Ana.

Jika umunya orang orang akan langsung terbangun karena kesulitan bernapas, tidak dengan Ana dia masih terus dalam keadaan tertidur, walau mulai glabkan, bertahan dalam beberapa menit akhirnyapun Ana terbangun dengan mata membulat terkejut bukan main.

Dan mendorong badan laki laki itu yang terasa sangat dekat dengannya, merasa jengkel bukan main pada laki laki yang mengganggu tidurnya.

"Huhh, Bang Rakha,, apa apaan sih, ganggu banget,," kesal Ana langsung merubah posisi tidurnya menjadi duduk dan menatap dengan sorot permusuhan pada laki laki yang ia pangggil Rakha itu, sejak dulu Ana dan Rakha memang tidak pernah terlihat saling akur.

"Paan,, paan pala lo, nohh dah mau magrib tuh kaga sholat lo,,," dengan berkacak pinggang kini malah Rakha yang balik jengkel dan kesal pada Ana.

"niat lo mau bangunin udah bagus, caranya yang ga ada akhlak,," jawab Ana kuekeh lagi tidak mau mengalah.

"Yeee, masih untung ya gue mau bangunin kebo kaya lo,,"

"Huhhhh,," kesal Ana melempar bantal yang ada disampingnya kearah Abangnya itu, tapi sayang Rakha berhasil menghindar dan malah balik melempar kearah Ana yang dalam posisi duduk sehingga tidak bisa menghindar.

"Dukk,,,"
Dan bersamaan dengan itu Rakha sudah kabur keluar dari kamar Ana.

"Sialan,," umpat Ana mengelus dahinya tidak sakit memang tapi hanya gerakan refleks.

Hanya dengan celana pendek sebatas paha dan baju kaos sepajang pantat berwarna abu abu, Ana keluar dari kamarnya, ini kali pertama Ana merasakan tinggal dirumah itu untuk seterusnya bukan hanya untuk sepekan atau beberapa hari.

Langkah Ana mendadak menjadi terhenti, perasaanya mulai bermasalah lagi, ini sudah hal biasa padahal bagi Ana tapi mulai sekarang dia harus terbiasa dan mencoba bersikap bodo Amat, karena seterusnya ia akan melihat pemandangan didepanya ini setiap hari.

"Eta,, kamu mau ayamnya nak, Bunda Ambilin ya,," dengan telaten Bunda menaruh segala lauk pauk diatas piring milik Eta, disana tidak hanya ada Eta, Bang Rakha juga ada disana tapi mengapa hanya Eta yang diperlakukan begitu.

Dengan jelas walau mimik wajah dari Bang Rakha seperti ya tidak masalah, tapi Ana melihat guratan wajah terluka sama seperti dirinya.

Ana memejamkan matanya menguatkan dirinya untuk meneruskan langkahnya menuju meja makan.

"Bunn,, mau dong juga itu ayam gorengnya,," kata Ana setelah duduk disamping Bang Rakha dan berhadapan langsung dengan Eta.

"Enggak, gak boleh,, itu kan ada ikan kamu kan bisa makan ikan,," Ana sudah menduga kalimat apa yang akan terlontar dari Bunda, ya selalu begitu semuanya serba untuk Eta (Semesta) saudara kembar Ana, bahkan setiap harinya Bunda selalu memasak makanan kesukakaan dari Eta.

Sebenarnya di meja makan ada cukup beberapa potong ayam goreng yang bahkan Eta sendiri tidak mampu menghabiskan seorang diri, Eta dari dulu memang tidak bisa memakan segala jenis ikan maka, dari itu setiap dalam menu masakaan selalu ada Ayam goreng

Ana tersenyum mengangakat bahunya dan menoleh pada Bang Rakha yang juga berekspresi sama seperti Ana pandangan mereka saling bertemu seakan apa yang mereka pikirkan memang sama.

B

unda memang begitu, tidak hanya Bunda Ayah juga, keduanya memang menyayangi anak anak mereka tapi akan beda cerita jika sudah berhubungan dengan Eta, apapun yang laki laki angkuh itu mau selalu akan segera tepenuhi berbeda dengan Ana dan ketiga Abangnya.

Malam ini hanya Ana, bang Rakha (kakak ketiga), Eta dan Bunda yang makan malam bersama, karena katanya Ayah ada urusan diluar.

Sementara dua Abangnya yang lain Azral (si sulung) adalah seorang prajurit yang saat ini sedang bertugas di Kalimantan dan Rizal (anak kedua) saat ini sedang dalam pendidikan perwira Akademi Militer tingkat 3, sebenarnya Rakha juga mengikuti tes Akademi militer tapi dia gugur hal itu membuktikan walau Rakha seorang putra dari pejabat Militer semua dilakukan dengan Adil bahwa penerimaan setiap Akademi tidak ada yang namanya orang dalam, lalu selama setahun ini Rakha hanya menganggur dan menyiapkan diri untuk tes tahun depan.

TBC

ig author : eta.ag026 dan _angkasaa

Semoga kita selalu serta dalam lindungan Tuhan YME

Tinggalkan jejak

Banjarmasin, 03-08-20

Untuk Mu KAPTEN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang