chapter 26

2.9K 192 44
                                    

Hidup hanya memberi dua pilihan gugur dengan gagah berani membela kebenaran atau gugur hanya membawa penyesalan

Suasana malam sangat hening hanya ada suara jagkrik yang menemani yang saling berbunyi bersahut sahutan, daun bergerak gerak dengan tidak manusiawi padahal tidak ada angin di tempat itu, malam yang hanya diterangi satu satunya pencahayaan yaitu cahaya Bulan, pergerakan itu tidak menimbulkan kecurigaan para penjaga rumah kayu yang berada dihutan belantara, ada kira kira lebih dari empat orang pria tukang pukul yang sedang berjaga dipintu utama, merasakan bahwa tidak ada yang menyadari Seorang Kapten mengangkat tangan kananya mengintruksikan pada anggotanya untuk tetap tenang dan secara perlahan untuk bergerak, kali ini para tentara lebih siap dari siap, dengan tertangkapnya ke Empat rekan mereka itu membuat mereka langsung dapat mengepung di markas persembunyian terakhir mereka, dengan para Bandar serta anak buahnya sudah  diprediksi jumlahnya, di lihat dari jumlah misi ini seharusnya bisa selesai dengan mudah, tapi tidak sesederhana itu mereka tidak tahu apa yang ada didalam rumah itu, seberapa banyak senjata yang mereka punya bahkan keberadaan empat parjurit yang menjadi sandera diantaranya Nino Dan Asraf belum diketahui.

Tinggal menunggu perintah dari Azral, puluhan lebih prajurit yang gagah tak kenal takut sudah tidak sabaran untuk menyerbu, kini misi kapten Azral bersama rekanya, yang sebenarnya kalau dirumah adalah Adiknya Rizal dan 10 prajurit lainya adalah merinsek masuk ke dalam rumah dan menyelamatkan para sandera, setelah prajurit barisan pertama berhasil mengamankan pintu masuknya.

Salah satu tukang pukul yang berjaga terlihat sedang mangamati sekitar mengamati pergerakan tumbuhan dan pepohonan yang bergerak dengan tidak manusiawi ia terlihat curiga dan berjalan lebih mendekat untuk memeriksa tetapi sebuah panggilan dari rekanya yang lain membuatnya mengurungaka niatnya tadi sampai akhirnya kembali untuk duduk bergabung dengan rekanya yang sedang bermain poker.

Merasa sudah aman Tangan Azral terangkat kratas dan mengayun perlahan kedepan dibalas prajurit barisan terdepan yang langsung maju untuk menyerbu, para tukang pukul terkejut bukan main lantas mengeluarkan senapan milik mereka melepaskan tembakan kerah prajurit beruntung tembakan yang berutal itu tidak mengenai satu pun dari pihak prajurit.

"Kontak kontak."

"Kita terkepung"

"Lindungi Bos."

"lari lari."

"Shitt."

Para Tukang pukul orang suruhan Bonar yang menjadi buronan, berteriak memperingati rekan rekanya yang Lain.

menyadari ada keributan di luar tukang pukul yang berada di  lantai atas mengeluarkan senapanya dan menembak secara acak ke bawah kearah prajurit, karena keberadaan kapten Azral yang tidak diketahui dengan keahlianya langsung menembak orang yang ada di lantai atas tersebut dan tepat mengenai orang tersebut yang langsung terjun ke tanah setelah mendapat tembakkan dari Azral, seluruh rumah itu sudah terkepung jadi kecil kemungkinan ada yang berhasil kabur.

Pintu utama sudah Aman langsung saja prajurit paling depan mendobraknya, disana mereka dikejutkan dengan serangan mendadak yang sepertinya sudah bersiap menunggu para pasukan, menyadari serangan yang datang dengan Brutal Kapten Azral dan Rizal langsug menjatuhkan diri menggelinding kesamping, tidak lama dari itu prajurit yang ditugaskan menyerbu dari arah belakang berhasil membobol tembok belakang dan langsung memberikan balasan serangan konsentrasi para tukang pukul terpecah mereka benar benar terjebak, Adu suara senapan melengking, seakan berlomba lomba untuk saling menghabiskan Amunisi, Kapten Azral langsung bangkit Rizal menjaga dari belakang, para Tukang pukul langsung berhamburan keluar hal itu dimanfaatkan Kapten Azral untuk masuk dan menyelamatkan para prajurit yang menjadi Sandera.

Untuk Mu KAPTEN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang