chapter 25

2.6K 161 13
                                    

Jangan sia sia kan hari dengan mengkhawatirkan hari esok. Gunung pun terasa datar ketika kita pergi kepuncaknya

☺☺☺

Ini hari ke lima setelah berita mengenai Araf yang menjadi sandera, bersama Nino juga dua prajurit lainya,  dan selama itu belum ada perkembangan berita mengenai mereka, dan air mata ini pun tidak pernah berhenti untuk menetes, walau berangsur aku mulai bisa tenang, Bunda juga mamah sepakat untuk menginap di rumah ku, dan tak henti hentinya mereka terus menyemangati ku walau sebenarnya mereka juga merasakan apa yang ku rasa.

Pagi ini dua sahabat masa SMA ku datang, dia Vica satu satunya sahabat perempuan yang ku punya saat duduk dibangku SMA dia datang bersama Alvin mereka datang Atas perintah Ayah ku, setidaknya dengan kedatangan mereka bisa sedikit membuat ku jauh lebih tenang, mereka datang pun juga untuk menyemangati ku, dan mereka datang juga untuk mengetahui kabar mengenai Nino.

"Ana, lo harus tabah, Nino sama Asraf pasti baik baik aja. hemm senyum ya." Ujar Vica yang duduk bersila di depan ku dengan tersenyum, Aku hanya menggagguk balas tersenyum kecil bulir air mata ku menetes membasahi jaket milik Asraf diatas pangkuan ku. "Na, semangat demi dia yang ada dirahim lo." Kalimat Semangat Alvin yang berdri disamping Vica yang duduk diatas kasur dikamar, aku juga menyadari mata Vica dan Alvin memerah, itu tentu saja mereka juga sama diposisiku menghawatirkan Sahabat kami.

Pintu yang mana memang tidak di tutup, kini menampilkan sesosok Sulung yang bertubuh tinggi, dengan badan tegap wajah tirus, dibalut baju hijaunya, datang bersamaan dengan Bunda, dia Bang Azral yang bari ini menyempatkan waktunya untuk mengunjungi Ana yang masih dengan keadaan yang sama, Vica yang menyadari tetap berada di posisinya sekarang itu salah pun bangkit dari duduknya dan berdiri disamping Alvin.

Mata ku kembali berkaca kaca, saat menoleh pada bunda yang duduk disamping ku dan Bang Azral yang duduk didepan ku, aku sudah tau tentang keberangkatan Bang Azral pun air mata ku jatuh lebih deras saat menatap orang yang baru saja resmi menjadi seorang Ayah dari seorang bayi laki laki yang tampan.

Air mata ku luruh melihat Bang Azral menarik dan menggenggam telapak tangan ku kuat dengan kedua tanggangnya, dengan tatappan nya tetap mengarah pada ku, lembut seorang Abang yang dulu pernah menampar ku saat menemukan ku dijalanan, Bunda disampingku mengelus lembut pundak ku, mengangguk pada Bang Azral seolah memberi Izin pada Bang Azral.

"Dek, dengerin Abang, ( aku mengangguk lemah ), kami semua disini untuk adek, adek harus kuat, Abang Yakin Asraf baik baik aja Abang tau betul dia." Kata Bang Azral didepan ku berbicara dengan tegasnya.

"Abang lusa berangkat, dan adek harus sehat sehat disini, terus panjatkan doa buat Asraf buat Nino buat semuanya."

"Abang Janji, akan membawa pulang Asraf bagaimana pun, apapun keadaan dia."

"Sedikit Abang mau cerita sama Adek Abang berharap ini bisa bikin keadaan Adek jauh lebih baik lagi."

"Asraf sudah suka sama adek sejak dia liat Adek, waktu Adek masih SMA, dia percaya bahwa Adek lah kelak yang Akan jadi pendampingnya, sebegitunya Asraf percaya, pun begitu Adek harus percaya bahwa Asraf akan kembali." aku menatap Bang Azral dengan lemah tanpa air mata.

"ini Surat, yang Di tulis Asraf tujuh tahun yang lalu (menyerahkan kertas yang warnaya mulai kusam), waktu itu entah Asraf bercanda atau apa surat itu dia kasih ke Abang kata dia Abang harus ngasih surat ini ke Adek kalo seandainya dia bener nikah sama kamu. Abang enggak tau apa isinya tapi Abang harap itu bisa menjadi penyemangat Adek."

Ku buka surat yang tadi diberikan Bang Azral, surat yang kertasnya warnanya mulai memudar, ku buka dan menatap kertas itu yang tertulis dengan tulisan yang rapi air mata yang sudah tak mampu ku teteskan lagi setelah membaca surat ini air mata ku kembali menetes menjatuhi surat dari Asraf.

Dear : Arayna Alexa Chandra, Adeknya Azral

Untuk mu, aku yakin saat kamu membaca Surat ini berati saat itu kamu sudah menjadi istriku

Aku melihat mu, yang sedang menyirami tanaman bersama tiga teman laki laki mu, aku iri pada mereka bagaimama mungkin mereka bisa sedekat ini dengan mu, tapi aku berjanji kelak saat kamu resmi menjadi Persit ku tidak akan ku izinkan kamu akan dekat dengan pria manapun, maaf bukanya aku posesif, hanya saja yang sudah menjadi milik ku ya milik ku, aku tidak ingin terbagi apa lagi dibagi. Aku selalu bermimpi jika kelak aku pulang dari setiap penugasan aku akan melihat mu berada dirumah ku rumah kita sedang menimang anak kita, Ana tunggu letnan ku menjadi Kapten akan ku minta tanggung jawab atas dirimu dari Ayah mu.

"hikss hikss." air mata ku jatuh menderas, lantas ku peluk erat surat kusam dari Asraf.

"Zrall." orang yang di sebut namanya menoleh pada si pemanggil mendongakan kepalanya, saat ini mereka sedang duduk dipos penjagaan, saat itu mereka sedang di tugaskan di perbatasan Kalimantan. "Zrall ntar lo bakal ngizinin enggak kalo gue jadi Adik ipar lo." Azral mengeryitkan dahinya mendengar penuturan dari sahabatnya itu. "Ipar apaan maksudnya." pikir Azral dari dalam hati Azral hanya diam tidak paham maksud pria disampingnya itu. "Zralll, gue jatuh cinta sama adek lo." BYURRR seketika air mineral yang baru saja ia minum menyembur. "Lo ngomong apaan sih Raf." Azral kesal sambil melap mulutnya. "ya gue Jatuh cinta sama adek lo Ana."  kata asraf mengebu. "Kok Bisa." tanya Azral heran, bagaimana tidak sahabatnya ini adalah orang yang kaku, irit bicara dan tiba tiba mengatakan sedang jatuh cinta, dengan adiknya pula. "enggak tau, entah kenapa gue kepikiran terus sama dia." Azral menoleh pada Pria tinggi disampingnya yang sejak tadi sibuk menulis Entah menulis apa. "Nih ( menyerahkan sebuah kertas ), tolong lu simpen ntar kalo gue udah jadi adik ipar lo, elo kasih ni surat ke Ana." Azral tidak mengambil kertas didepanya karena menganggap Asraf hanya main main. " apa apaan sih, kenpa enggak lo kasih sendiri, lagian yakin banget lo bisa ndapetin adek gue." Ejek Azral . "Udah nih (meletakan kertas di tangan Azral), Ribet banget sih tinggal nyimpen doang, Awas lo kalo lo buka terus baca isinya." Ancam Asraf. "kaga, gue restuin mampus lo main ngancem ngancem, katanya naksir adeknya sama abangnya aja gak ada sopan sopanya."

Sekelebat bayangan tentang obrolan antara Azral dan Asraf terlintas begitu saja di dalam pikiran Azral, saat ini Azral sudah berada di dalam pesawat, berat memang harus meninggalkan istri dan putranya yang baru saja dilahirkan, tapi ini sudah tugasnya dan kewajibanya, keluarganya saja melepas keberangkatanya dengan senyuman, maka ia harus berangkat tanpa beban, hidup dan matinya adalah milik negara, ia sudah berjanji pada adik perempuanya untuk membawa pulang suami adiknya, sekaligus sahabatnya, Nino juga Rizal dan membawa pulang semua prajurit yang lainya.

Seorang Abdi negara bukan hanya tentang seragamnya, tapi tentang sebuah pengabdian dan kesetiaan, jangan tertipu dengan saragam mereka itu hanya sebuah kain, tapi ini tentang mampu kah kalian untuk bisa menunggu dan merindu.

Yeayy balik lagi silahkan tinggalkan jejak, vote+komentar, maaf baru balik, happy reading maaf typo, makasih yang udah vote♥️♥️ pokonya voteee, biar bisa sering up.

Semoga kita selalu serta dalam lindungan Tuhan YME, gimana puasanya udah ada yang bolong belum haha

Follow ig author @eta.ag13

Untuk Mu KAPTEN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang