#12

2.7K 159 3
                                    

.
.
.
.
.

Hidup seoarang Ana dari awal penuh dengan lumpur, kecil tanpa belas kasih saudara dan orang tua, tumbuh besar dengan kebebasan, sampai akhirnya orang yang paling ia kasihi sejak kecil pergi menghadap sang pemilik, setelah hidup dengan kebebasan harus dipaksa hidup di lingkungan yang mengekang, untuk apa bila dulu saat omanya pergi ia harus di jemput kedua orang tuanya dan hidup harus tetap berpisah.

***

Malam itu penuh dengan pertimbangan dan paksa'an Ana dengan setengah hati mengikuti penawaran yg di berikan oleh obangnya tersebut.

"Dek kalo lo gak setuju dengan perjodohan ini lo bisa jelasin alasan lo ke Ayah bunda."
Kata Rakha setelah mereka masuk ke dalam mobil dan mulai meninggalkan jalanan tadi

Sementara Ana menjawabnya hanya dengan setengah hati sambil kepala berpaling menghadap jalanan melalui jendela setitik air matanya menetes
"Emang gue bisa nolak?" Kata Ana telak

Rakha yang melihat respon dari adiknya tersebut hanya bisa menahan perih dihatinya, Rakha juga tahu dengan jelas apa yang sudah keluar dari mulut Ayahnya itu sudah mutlak tidak ada pilihan lain.

"Gue tau dek gue gak bisa apa apa. Sorry." Balas Rakha merasa sia sia ia menyarankan adiknya itu untuk menjelaskan alasan menolak menerima perjodohan itu pada kedua orang tua mereka padahal Rakha sendiri sudah tahu saranya itu tidak akan mengubah apapun.

Ana benci ini bahkan Abang yang paling dekat denganya tidal bisa berbuat apa apa.

"Bentar ya gue mau calling Bang Azral mau bilang kalo lo udah sama gye." Lanjut Rakha lagi mencoba menghadirkan suasana yang baik diantara mereka agar terus terdapat topik pembicara'an supaya adiknya ini tidak terus larut dalam kesedihan walau Rakha tahu tidak akan ada respon dari Ana.

"Oke." Kata Rakha sambil mengangguk angguk yang entah maksudnya apa.

Tidak ada tanggapan dari Ana yang matanya mulai terpejam tapi tidak tidur ia mendengar dengan jelas suara sambungan telepon antara Bang Rakha dan Bang Azral tersebut, ingin sekali Ana membalas tapi untuk membuka mulut pun dia terlalu malas.


Rakha melanjutkan kegiatanya yaitu menghubungi Azral si sulung dan setelah menemukan nama Bang Azral. C dikontak ponselnya langsung saja Rakha menekan tanda panggil, selama beberapa kali belum ada tanda tanda panggilan diterima.

Namun tiba tiba pergerekan dari kursi penumpang di sampingnya membuat Rakha menoleh heran tanpa berhenti mencoba menghubungi Azral.

"Bang gue-gue belum siap kalo pulang langsung."
Kata Ana setelah persekian detik berucap dengan ragu sambil menghadap kearah bang Rakha yang sedang menyetir, tanda Ana sungguh sungguh dengan kata katanya tadi.

"Terus lo maunya gimana, kita balik ke kost lo, ini udah kejauhan banget dek." Balas Bang Rakha sembari menoleh kearah Ana dengan serius, Rakha paham setelah dua bulan kabur dari rumah pasti ada banyak hal yang harus disiapkan Ana untuk menghadapi Ayah

"Ya kita malam ini nginap dimna aja dulu gitu terus besok pagi baru jalan lagi." Kata Ana lirih sebenarnya sedikit merasa ragu dengan kata katanya tapi Ana yakin abangnya ini pasti mengerti

Bukan tanpa alasan Ana meminta hal tersebut pada Bang Rakha alasannya karena besok ia ada jadwal jaga di RS dan sepertinya ia harus izin untuk beberapa hari ke depan

Untuk Mu KAPTEN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang