SEMBILAN

870 86 10
                                    

Pukul 3 pagi Nay terbangun merasa kehausan dan gelas sudah kosong, dengan terpaksa Nay harus ke dapur untuk mengambil minum. Nay melihat Key sedang duduk di mushola rumah, kebetulan mushola rumah Key terbuka dekat dengan ruang keluarga. Nay tidak ingin mengganggu Key yang sedang khusyu, tapi saat Nay akan kembali ke kamar Key sudah selesai, dan Nay melihat wajah Key sangat pucat. Dengan sedikit ragu Nay memegang kening Key, dan benar saja Key demam, badannya panas dan ia mengigil.

"Kamu kenapa Key?" dan key hanya menggeleng tak mampu berucap karena badannya sudah menggigil.

"Kamu demam Key, ayo aku bantu kamu ke kamar." Tanpa ada penolakan dari Key, Nay memegang lengan Key dan membantunya memapah ke kamar.

"Kamu tiduran dulu sebentar aku ambil kompresan. Oh iyah kotak obat nya ada dimana?"

"Di dapur sebelah kulkas." Jawab Key lemas.

"Yah udah, tunggu sebentar yah." Dan Key menggangukan kepalanya.

Nay segera mengambil kompresan dan obat untuk Key, karena tak mau mengganggu istirahat Bunda dan Ayah.

"Ini obatnya diminum dulu."

"Sekarang kamu tidur yah?"

"Kamu tidur aja, aku gak apa-apa."

"Udah kamu jangan mikirin aku, kamu turunin dulu demam kamu, tuh suhu kamu 39 derajat key." Nay memperlihatkan termometernya.

Dengan telaten Nay mengkompres Key, setiap 15 menit Nay mencelupkan handuk yang ada di kening Key. Mata Nay berkeliling mengamati kamar Key, dan ia sangat kaget saat melihat fotonya yang berbingkai ada di hadapan tempat tidur Key. Dan fotonya yang dulu ada di kamar Key ketika kuliah masih ada dan tersusun rapi.

Apakah Key masih punya perasaan yang sama dengan ku atau hanya perasaan bersalah saja? Nay juga melihat buku yang biasa Key bawa, dan kebetulan terbuka, ada sebuah puisi yang Key buat. Ada rasa bahagia ketika membaca puisi yang Key buat, karena tidak bisa di pungkiri hatinya memang masih mempunyai rasa yang sama seperti dulu meskipun sudah amat sangat kecewa.

Tanpa sadar Nay teridur saat menunggu Key, untungnya pintu kamar key terbuka dan Bunda melihat Nay yang tertidur di kursi.

"Nay, bangun Nak, subuh dulu." Perintah Bunda lembut.

"Eh iyah Bunda maaf Nay ketiduran, semalem Key demam sampe menggigil tapi udah Nay kasi obat sama kompres."

"Ya Allah, duh Nay maaf yah Key malah ngerepotin kamu. Yah udah mumpung Key nya lagi tidur kita subuh berjamaah yu?" ajak Bunda.

"Iyah bunda." Rasa rindu yang satu ini akan terobati, solat berjamaah dengan Bunda.

Selepas solat dengan Bunda, Nay melihat Key yang ternyata panasnya sudah turun dan tidak menggigil lagi. Nay kembali ke dapur berniatan untuk membantu Bunda, tapi Bunda melarangnya dan menyruh Nay tidur karena semalaman menunggu Key. Saat Nay akan ke kamar, Key sudah bangun ternyata, dan Nay dengan sigap membantu Key duduk.

"Ko udah bangun?" tanya Nay dan menempelkan kembali termometer.

"Udah enakan, makasih yah Nay, maaf aku ngerepotin kamu."

"Nggak ko gak repot, lagian kalo bangunin Bunda atau Ayah kasian."

"Nay, kamu jadi pulang sekarang?" tanya Key ragu dan ingin sekali menahan Nay untuk tetap tinggal di sini.

"Ngusir nih?" goda Nay.

"Nggak, nggak bukannya gitu Nay, justru aku mau kamu tetep di sini sampe aku sembuh." Ternyata sisi manja dari Key tidak berubah dan masih sama seperti dulu.

Cintaku Belum KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang