Empat Belas

798 88 33
                                    

Rumah sudah selesai tinggal menunggu nyonya rumah untuk tinggal di sana, dan persiapan pernikahanpun sudah 99% di pastikan sempurna. Kehadiran Nay sungguh mempercepat proses pemulihanku dari anxiety syndrom. Pernikahan kami di percepat enam bulan dari yang seharusnya, karena aku sudah yakin dengan keputusanku kali ini. Ayah dan Bunda sangat bahagia ketika aku menyampaikan keinginanku, dan tanpa menunggu banyak waktu mereka langsung menyampaikan kepada keluarga Nay, dan sangat bersyukur karena keluarga Nay menyambut niat baikku.

Serangkaian adat sunda sudah kita laksanakan sejak tiga hari yang lalu, dan aku sudah sepuluh hari tidak bertemu dengan Nay, aku hanya bisa menurut saja meskipun sudah amat sangat rindu. Hari ini adalah hari pernikahan kita tepat di hari ulang tahun Nay, aku hanya ingin Nay merasakan bahagia yang berliat-lipat. Wanita istimewa ini sangat layak mendapatkan kebahagiaan tak berujung, dan aku akan sekuat tenaga untuk membahagiakannya seumur hidupku. Jakarta menjadi pilihan kita untuk melaksanakan akad dan resepsi, karena keluarga dan kerabat juga teman kita banyak yang di Jakarta.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nasyra Mumtaz Winata dengan mas kawin 100 gram logam mulia di bayar tunai." Dalam satu tarikan nafas aku ucapkan ijab qobul menikahi Nay.

"Sah?" Sah, sah, sah."

Mendengar kata sah dari kedua saksi sunggu sangat membuatku lega, aku resmi menjadikan Nay isrtiku. Nay keluar dengan kebaya putih sederhana tapi tidak menghilangkan kecantikannya, karena kecantikan yang sesungguhna dari wanita yang ada di hadapanku ini berasal dari dalam hatinya. Setelah ku sematkan cincin di tangan kanannya di lanjutkan dengan Nay mencium tanganku dan aku mencium keningnya.

Acara di lanjutkan dengan serangkaian adat sunda, di mulai dengan saweran, yang mempunyai arti sebagai keluarga jika memiliki rezeki harus bisa berbagi, setelah itu nincak endog (injak telur) yang mempunyai arti bahwa istri harus mengabdi dan patuh terhadap suami, dan suami harus memuliakan istri. Setelah itu huap lingkup (saling menyuapi nasi ketan) dan saling berebut ayam bakakak, yang mempunyai arti segala sesuatu harus di bagi bersama baik di dalam suka maupun duka.

Kami hanya beristirahat sebentar, karena harus melanjutkan resepsi yang akan segera di laksanakan. Seribu undangan yang kami sebar dan sungguh ini adalah hari yang sangat melelahkan, tapi terbayarkan dengan rasa bahagia kami. Acara selesai di pukul lima sore, sekarang kita sudah berada di kamar untuk beristirahat sebentar, karena setelah Isya kami akan mengadakan pengajian dan membagikan santunan untuk 1000 anak yatim. Di doakan oleh anak-anak yang istimewa membuatku semakin bahagia, melihat Nay yang begitu lembut dan ramahnya mengusap kepala mereka, tidak kulihat gurat lelah sedikitpun, hanya senyum bahagia yang kulihat di bibirnya.

Sudah pukul sebelas malam acarapun sudah selesai, kita semua sudah memasuki kamar masing-masing. Nay sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar, dan dia sedang mandi ketika aku masuk. Ternyata aku ketiduran ketika Nay sudah selesai mandi, dan dengan lembutnya Nay membangunkanku untuk segera mandi.

"Mandi dulu biar istirahatnya enak." Dengan lembutnya dia membangunkanku.

"Iyah sayang." Kucium pipinya sebelum aku masuk kamar mandi.

Lima belas menit aku berada di kamar mandi, semoga Nay sudah siap karena aku akan meminta hak ku sebagai suami. Dan apa yang kulihat? Ternyata Nay sudah tidur, tapi dia menyiapkan baju untuk ku pakai. Melihatnya tertidur sangat pulas aku sungguh sangat kejam jika membangunkannya hanya untuk meminta hak ku. Lagi pula besok kami ada penerbangan pagi untuk ke Bali, honeymoon sekaligus membereskan butik Nay yang ada di sana.

Di bangunan oleh suara telfon dari asistennya Nay yang memberitahukan bahwa pesawat akan berangkat 2 jam lagi sungguh membuat kita menjadi terburu-buru. Padatnya acara kemarin membuat kita kelelahan dan tidur sangat pulas.

Cintaku Belum KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang