Tujuh Belas

739 74 12
                                    

Semalam kami sudah ada di hotel tempat kita akan mengadakan acara "Ngunduh Mantu" untuk keluarga Ayah dan Bunda, keluargaku pun dari Jakarta sudah hadir di sini. Di bangunkan oleh suara telfon dari handphone nya Key, terdengar sayup suara Teteh yang menyuruh kita untuk segera bangun untuk make up. Jujur saja rasanya badan ini enggan untuk berajak, rasa kantuk dan lemas akibat Key yang baru bisa berhenti pada jam 2 pagi.

"Yang kamu yang mandi duluan sana, aku masih lemes nih."

"Bareng aja gimana?"

"Ya Allah Keeeyyy,," suaraku meninggi ketika mendengar dia mengajakku untuk mandi bersama.

Yang lainnya sudah selesai dengan sarapannya, tapi tidak denganku aku masih berada di meja makan dengan segala macam buah, lemas dan sangat lapar. Teteh yang masih di hadapanku terus saja tersenyum seperti mengejek.

"Kenapa sih Teh kok ketawa terus gitu, mana gak bagi-bagi lagi ketawanya."

"Semalem si Key ganas yah Nay?"

"Apa sih Teh kok malah bahas itu?"

"Itu leher kamu digigit nyamuk apa di gigit Key?"

"Hah banyak banget yah Teh? Aduh aku malu banget, gimanain dong Teh?"

"Hahahahahahahha udah tenang aja chiki juga pasti paham kok."

"Udah atuh teh jangan diketawain terus."

"Iyaa maaf-maaf, yah udah cepet abisin sarapannya terus cepetan make up acara pengajiannya jam 10."

"Oke Teh."

Acara kali ini di laksanakan di sebuah hotel di Bandung, jam sepuluh nanti akan ada pengajian bersama anak asuh Ayah dan keluaraga besar Key. Baru pukul satu siang nanti diadakan acara Ngunduh Mantu. Ngunduh mantu sendiri adalah acara memperkenalkan anggota keluarga baru yaitu aku sebagai istri dari anak bungsu Ayah, sebetulnya tidak ada acara adat yang harus di laksanakan, hanya saja Bunda ingin ada acara saweran, katanya menandakan kalau kita harus selalu bisa berbagi selagi kita mampu.

Cukup banyak relasi Ayah yang datang, dan acara baru selesai pada pukul 4 sore. Setelah acara selesai aku dan Key sungguh sangat lelah, selain karena tamu yang banyak juga karena kita memang kurang tidur.

"Mandi dulu sana, udah itu baru tidur, nanti malem kita pacaran sambil jajan."

"Serius? Mauuuu." Tidak banyak bicara aku langsung pergi mandi.

Selesai mandi aku mendapati Key yang sudh tertidur dengan masih menggunakan sarung, selesai solat akupun ikut membenamkan diriku di samping Key. terbangun karena suara perutku yang mulai protes minta untuk di isi, aku membangunkan Key dan menagih janjinya untuk mengajakku jalan-jalan malam.

"Key bangun, jadi gak kita jalan-jalan?"

"Tunggu sebentar lima menit lagi."

"Ah kamu mah gitu terus, aku laper Yang."

Key langsung bangun ketika mendengar aku berkata lapar, setelah selesai bersiap-siap akhirnya kita mulai menyusuri jalanan Bandung yang sekarang kalau malam minggu selalu ramai dan macet.

"Mau makan apa?" Tanya Key.

"Aku mau makan nasi kalong, aku kangen sambel pedesnya."

"Tapi jangan kalap yah makan sambelnya?"

"Oke bos."

Tempat makan yang selalu ramai tiap harinya, apalagi ini malam minggu tentu lebih ramai dari biasanya. Dulu pertama kali makan di sini ketika kita syuting film, langsung jatuh cinta dengan rasanya yang enak dan harganya sangat terjangkau. Seharusnya kita mengantri dulu untuk mendapatkan makanan ini, tapi sepertinya sang pemilik masih mengenal kita saat dulu yang sering makan di sini jadi tanpa perlu antri kita bisa makan.

Ada nasi merah untukku, dan nasi hitam utuk Key, lauknya ada Ayam bakar madu, udang bakar madu, babat goreng dan buncis bakar yang selalu menjadi ciri khas tidak lupa sambal yang pastinya bisa membuat orang jatuh cinta dengan nasi kalong.

"Enak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Enak?"

"Banget, udah lama yah kita gak makan ke sini, rasanya gak berubah malah tambah enak."

"Girang banget sih kamu Yang?"

"Iyah dong sekarang kan pacarannya gak sembunyi-sembunyi terus makan yang aku suka. Udah ini aku mau perkedel bondon yah?"

"Serius kamu? Tumben banget?"

"Seriuslah, yah boleh yah?"

"Iyah nanti kita ke sana."

Selesai makan kita tidak langsung ke tempat perkedel bondon, karena baru di buka pukul sebelas malam. Menikmati bandung di malam hari memang tidak ada habisnya, kulinernya memang selalu membuat rindu. Key sedang senang membawa kamera, dia selalu mengabadikan apapun yang menurut dia menarik, tidak jarang aku yang menjadi sasarannya.

Sebelum jam sebelas kita sudah sampai di parkiran depan tempat perkedel bondon. Perkedel bondon adalah perkedel biasa, lalu kenapa namanya Bondon itu karena dulu penjualnya adalah mantan seorang wanita malam. Tapi rasa perkedel bondon ini memang sangat enak, dia mempunyai tekstur garing di luar dan lembut di dalam. Sangat enak di makan ketika masih hangat dan di cocol dengan sambal terasinya.

Perkedel bondon sudah di dapat sekarang saatnya kita kembali ke hotel, selama perjalanan kita mulai membicarakan tentang masa depan keluarga kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perkedel bondon sudah di dapat sekarang saatnya kita kembali ke hotel, selama perjalanan kita mulai membicarakan tentang masa depan keluarga kita. Kita tidak akan menunda kehamilan, karena rasanya kita sudah siap untuk menambah satu anggota keluarga kita. Di usia 24 tahun ini rasanya aku belum terlalu tua jika nanti masih bisa hangout dengan anakku.

Kita juga mulai berkomitmen kalau aku bisa pergi mengurus butik dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore. Aku tidak merasa keberatan karena aku masih bisa mendesign di rumah saat ada waktu luang. Sementara Key dia harus mengurus kantor advertisingnya dan juga membantu perkebunan Ayah yang semakin hari semakin maju.

.

.

.

Sory nih kalau pendek, jangan protes nyuruh next,, komen aja tentang part ini, jangan lupa kasi bintang yak,,, 

Cintaku Belum KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang