Delapan Belas

825 65 10
                                    

Tepat satu bulan usia pernikahan kita, akhirnya kita bisa pergi ke tanah suci. Rasanya senang sekali bisa menginjakan kaki di sana dengan status kami yang sudah menjadi suami istri. Beribadah dengan pasangan ternyata bisa mendekatkan kami satu sama lain, beribadah dengan bonus honeymoon. Delapan hari di sana rasanya masih kurang, semoga nanti bisa kembali kesana dengan anggota keluarga baru, amin.

Semalam kami sampai di rumah setelah menempuh perjalanan hampir delapan jam, kita tidak langsung pulang ke Bandung tetapi pulang ke apartemen di Jakarta. Rencananya siang ini kita akan ke rumah Nindy dan rumah Mama, ingin memberikan oleh-oleh dan aku sudah sangat rindu dengan Mama, hampir 1 bulan jugaidak bertemu dengan Mama, biasanya hanya melalui video call.

Selepas subuh tadi kita kembali tidur karena jujur saja badan masih terasa sangat lelah. Tidak terasa sudah pukul sepuluh pagi, terbangun karena perut yang sudah minta di isi, kebetuan tidak ada bahan makanan disini akhirnya aku memesan makanan via online.

"Mau kemana?" tib-tiba tangan Key mengeratkan peukannya.

"Mau ambil makanan, itu tadi belnya udah bunyi." Akhirnya Key melepaskan pelukannya dan aku segera mengambil makannya.

"Loh kok malah tidur lagi? Bangun dong Yang udah siang gini juga."

"Morning kiss please." Dengan segera aku mencium bibir Key.

Aku sudah memesankan lontong kari sementara aku dengan chiken salad roll dan fruit salad roll. Key sekarang punya kebiasaan baru, dia tidak akan makan ketika makanan belum siap di dalam piring. Padahal dulu dia orang yang mandiri, tapi setelah menikah manjanya jadi naik tingkat.

"Ayo dong dimakan lontong karinya." Pintaku, tapi Key masih memejamkan matanya.

"Nunggu kamu selesai makan aja aku pengen di suapin kamu." Akhirnya sambil aku makan aku menyuapinya sampai kedua makanan kami habis.

Perut sudah kenyang tapi badan sudah mulai gerah, akhirnya aku mandi terlebih dahulu, sementara Key sedang menonton TV. Hampir satu jam aku berada di kamar mandi, berendam air hangat cukup membuat badanku lebih segar dan rasa pegalnya hilang.

"Kebiasaan kalau berendem gak ngajak." Protes Key.

"Bukan berendem yang ada tapi malah di kerjain kamu, udah sana kamu yang mandi."

"Nanti ah aku masih mau rebahan. Oh iya tadi Bunda telfon nanyain kapan mau pulang ke Bandung."

"Terus kamu bilang kapan?"

"Aku bilang Lusa kita baru pulang ke Bandung."

"Loh emang kita mau kemana dulu?"

"Sore ini kita ke rumah Nindy terus langsung ke rumah Mama, kita nginep semalem di sana, aku tau kamu pasti kangen Mama."

Mendengar pertaktaan Key aku jadi terharu, ternyata dia bisa membaca fikiranku. Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya, tapi rasa senangku telah membangunkan si Abdul, padahal tadi dia masih anteng aja.

"Kamu bangunin dia, jadi kamu harus tanggung jawab."

"Modus, pake acara nyalahin aku padahal kamu nya aja itu mah yang mau."

"Yah mau yah, mumpung masih ada waktu sebelum ke rumah Nindy."

Akhirnya siang itu kita saling menuntaskan yang harus di tuntaskan, saling memberikan kepuasan satu sama lain. Setelah tiga kali aku di buat Key mengerang merasakan kenikmatan dan Key yang dua kali di menebarkan benih di dalam sana akhirnya kita menyerah. Dan cuddling di balik selimut dengan merasakan kulit kita yang bersentuhan membuat kita semakin intim.

Dengan badan yang cukup lemas karena di buat K.O dan guyuran air hangat dari shower cukup membuat badan lebih segar. Aku lebih dulu mandi karena harus membereskan barang yang akan di bawa ke Pondok Kopi dan rumah Mama. Lalu akan kembali ke Bandung untuk mulai melaksanakan aktifitas kita kembali.

.

.

.

Enam bulan usia pernikahan kami, Allah memberikan cobaan dengan musibah yang terjadi dengan kantor Key. Kantor yang dia rintis dari nol hingga berada di posisi yang cukup di pertimbangkan, karyawan yang bekerja di sana pun sudah bertambah. Namun sepertinya dewi fortuna belum ingin singgah pada kami, studio yang baru saja rampung mengalami kebakaran. Menurut penyelidikan kebakaran itu terjadi karena konsleting yang ada di ruangan listrik.

Kejadian ini cukup membuat kita terpukul terutama Key, karena impiannya yang baru ia nikmati harus di relakan karena musibah ini. Beruntungnya dia tidak kambuh justru dia lebih tenang menghadapi musibah ini. Terkadang kita harus merelakan apa yang kita cintai untuk mendapatkan yang lebih baik. Karena pencapaian manusia sebagai umat-Nya adalah mampu mengikhlaskan apa yang dimilikinya.

Hari ini perayaan satu tahun pernikahan kami, tidak ada pesta, aku dan Key lebih memilih untuk memberikan sedikit rezeki kami untung sekitar yang memang membutuhkan. Aku sudah bisa memasak berbagai jenis masakan yang Key suka, Bunda sangat sabar mengajarkan aku banyak hal tentang peran seorang istri. Setiap harinya selalu saja ada hal baru yang aku pelajari, Bunda selalu mengajarkan untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat.

Bunda juga mengajarkan aku tentang sekitar, ibarat kita sebagai seorang istri sudah di berikan rumah di surga oleh suaminya. Tentu saja rumah itu membutuhkan isinya, dan dengan membantu suami dengan pekerjaan rumah sama saja kita sedang mengisi rumah itu. Karena jadi ibu rumah tangga itu adalah kodrat dan bukan pilihan, dan kita sebagai makhluk sosial sama dengan teras rumah yang harus di isi dengan berbagai tumbuhan supaya rumah terlihat cantik dan asri. Sama halnya seperti kita berinteraksi dengan orang lain, setiap berhubungan baik dengan orang lain sama seperti sedang menyiram bunga.

Ayah bilang manusia itu mempunyai dua garis dalam hidupnya, garis ke atas hubungan dia dengan Tuhannya, dan garis ke samping untuk dia dengan sekitarnya. Aku menikmati peranku sebagai seorang istri, menyiapkan baju di pagi hari lalu sarapan untuk Key, meskipun ada asisten rumah tangga untuk membantuku tapi sebisa mungkin aku melakukan sendiri kebutuhan Key. aku betul-betul tidak ingin membawa urusan pekerjaan ke rumah, begitupun dengan Key. Key bilang pekerjaanku adalah hobi yang menghasilkan, ketika masih suka dengan hobby itu lakukan dengan segenap hati dan penuh keikhlasan. Tapi jika sudah tidak suka dengan hobi itu maka tinggalkanlah. Karena istri adalah tanggungan suami. Jadi sebisa mungkin aku menyelesaikan pekerjaanku di Butik.

Tuhan selalu memberikan rezeki untuk umat-Nya, rezeki itu sendiri tidak melulu tentang materi. Teman yang baik adalah bentuk rezeki yang Allah berikan, kesehatan itu juga adalah rezeki, mungkin Tuhan sedang memberi rezeki dalam bentuk lain. Selalu besyukur dengan apa yang ada, menikmati setiap proses kehidupan karena hidup adalah proses beajar seumur hidup yang entah kapan lulusnya, dan ujiannya pun selalu datang secara tiba-tiba.

.

.

.

Di vote sama di komen yaa,, 

Di baca yaa cerita k 3 ambu,,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di baca yaa cerita k 3 ambu,,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cintaku Belum KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang