Hampir setiap minggu Aku selalu mengunjungi Nay, walaupun Nay sedang di Bali sekalipun aku tetap mengunjungi Nay. Atau ketika Nay sedang di Bandung, Bunda selalu menyuruh Nay untuk menginap di rumah. Seperti saat ini, Nay sedang mendapat pesanan dari Ibu Gubernur untuk membuatkan kebaya, dan Nay segera meluncur untuk mengantarkannya langsung. Karena permintaan Beliau, dan Nay memang mengenal baik Ibu Gubernur yang telah menjadi pelanggan setia design Nay.
Perasaan bangga atas prestasi Nay membuatku semakin gigih memantaskan diri untuk menjadi pendaping Nay. Kini selain mengembangkan perusahaanku, aku juga mulai membantu Ayah yang memang sudah mulai kewalahan dengan pesanan Sayur dan Bunga. Diam-diam aku juga sedang membangun rumah untuk tempat tinggal kita nanti, bukan rumah mewah tapi cukup untuk kami berteduh. Aku mendesign sendiri rumah itu, aku masih ingat betul rumah impian Nay dan dalam minggu lagi rumahnya akan selesai. Untuk dekorasi beserta isinya itu kan menjadi bagian Nay yang akan menjadi nyonya rumah di rumah ini.
Kini aku sudah sembuh dari anxiety syndrom yang dulu sangat menyiksaku, sekarang aku bisa fokus dan tidak lagi ketakutan seperti dulu. Rasa semangat untuk menjadi pribadi yang lebih baik membawa dampak dan perubahan positif pada diriku. Support dari Nay, keluarga dan sahabat sangat membatuku saat proses penyembuhan dari anxiety syndrom.
Saat Nay di Bandung, aku selalu mengantarkan kemanapun Nay pergi, karena saat di dalam perjalanan aku bisa banyak bercerita dengan Nay, begitupun dengan Nay yang banyak cerita tentang keinginannya membuat pagelaran di tahun depan.
"Sekarang kita kemana lagi Nyonya?"
"Aku udah selesai, jadi sekarang waktu buat kita refresh."
"Oke siap laksanakan, aku mau kasih kejutan buat kamu. Mau?"
"Mau lah, masa aku nolak d kasih kejutan."
"Tapi syaratnya mata kamu harus di tutup dulu."
"Haahh,, kamu gak bakal buang aku di tempat antah berantah kan Key?"
"Astagfirulloh, kamu yah kalau ngomong." Aku menyentil kening Nay.
"Sakit Key."
"Makanya kalau ngomong tuh yang baik-baik." Ku kecup kening Nay yang ku sentil tadi dan tanpa Nay sadari aku sudah menutup mata Nay dengan dasi yang tadi kukenakan.
Sepanjang perjalanan Nay tak berhenti memengang tanganku yang sedang menyetir, walaupun sedikit kerepotan tapi aku menikmati momen ini. Aku membuka pintu mobil dan membantu Nay turun lalu menggenggam tangannya yang sedari tadi Nay genggam dengan erat.
"Key kita mau kemana sih? Udah boleh di buka belum ini?" tanya Nay
"Tunggu sebentar, sedikit lagi ko." Dan aku melepaskan genggaman Nay, dan Nay semakin gelisah.
"Key jangan tinggalin aku, aku takut."
"Mau di buka gak iiketan dasinya?"
"Iyah mau, tapi kamu jangan jauh-jauh dari aku." Nay meremas kemejaku supaya aku tidak jauh darinya.
Dan saat Nay membuka matanya, dan menyadari kalau dia sedang berada didepan sebuah bangunan kosong tapi masih tampak baru. Bingung, tapi menyukai dengan bangunannya, melihat sekeliling, pagar, beberapa pohon yang belum di tanam, Bunga yang sudah berjejer rapi ayunan kayu yang berada di pinggir kolam ikan.
"Ini rumah siapa?" tanya Nay penasaran.
"Rumah Kita." Mengabil tangan Nay lalu menyerahkan kunci rumah dengan gantungan berinisial K. "Sengaja aku gak ngasih tau kamu, aku bangun ini ketika kamu menerima aku buat memantaskan diri." Tidak ada kata-kata yang keluar dari bibir Nay, dan tanpa aba-aba memelukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Belum Kembali
RomancePasangan kekasih yang berpisah karena mempertahankan ego masing-masing