———
Cerita 03,
Sebuah Permintaan Maaf———
Teruntuk,
Kim Dong YoungAtau mungkin aku bisa memanggilmu Doyoung.
Apa kabar? Semoga kamu sehat dan bahagia selalu :D
Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk saling mengenal atau singkatnya dalam proses pendekatan, dan...
Satu tahun juga bukanlah waktu yang sebentar untuk menjalin sebuah hubungan asmara, menjalin kasih, benar kan?
Berarti kalau diakumulasikan keseluruhan—tunggu bahasanya tesis sekali ya...
Total kita bersama adalah dua tahun, dan selama dua tahun itu pula aku terlalu banyak menyakitimu.
Aku ingat, dulu sekali, aku menganggapmu pria menyebalkan, tidak pernah memperhatikan pelajaran dan sangat menganggu, menanyakan apa saja kepadaku.
Sampai akhirnya aku menyadarinya bahwa itu adalah cara agar kau bisa dekat denganku, kau hanya malu jadinya kau bertanya seputar hal-hal sepele layaknya anak SMA sekelas pada umumnya.
"Ada tugas apa saja besok?", "untuk presentasi kelompok aku dapat materi apa?", "kok caraku begini ya? Aku boleh liat pengerjaan matematikamu ngga?", "kimia ini gimana?"
Dulu—aku kira, kau sangat lugu dan juga polos, tapi aku telat menyadarinya bahwa itu adalah cara agar kau selalu dekat denganku, pendekatan polos, apa adanya, tanpa modus apapun layaknya siswa SMA yang sudah tau bertutur kata manis.
Bahkan anak SMP saja dapat melakukannya lebih baik. Tapi sekarang aku sadar, keluguanmu itu membuktikan bahwa kau memang tidak ada niat macam-macam, perasaan sukamu itu tulus dan juga murni, layaknya seorang anak kecil.
Hanya ingin dekat dan selalu bisa mengobrol denganku.
Dan aku terlambat menyadarinya.
Lalu setahun kemudian, tepatnya saat memasuki kelas 3 kau menyatakan perasaannya padaku. Disaat aku telah melabuhkan hatiku pada orang lain.
Aku pikir, mungkin dengan menjalin hubungan denganmu bisa membuatku lupa dan mulai membuka hatiku terhadapmu. Aku mengatakan—
"mari kita jalani saja terlebih dahulu"
Dan dalam masa 'jalani saja terlebih dahulu' aku pun terlalu banyak menyakitiku padahal kau adalah kekasihku pada saat itu.
Kau kekasihku, tetapi aku selalu menolak ajakan kencan—dan kau pun tak pernah mempermasalahkannya.
Kau kekasihku tetapi aku selalu saja bercerita tentang lelaki lain yang selama ini mengisi hatiku, kau pun tau fakta tersebut dan tidak mempermasalahkannya.
Kau hanya diam, tersenyum dan terus mendengarkan keluh kesahku, disaat aku tak pernah ada ketika kau merasa terpuruk atau membutuhkan teman cerita.
Kau tak pernah masalah aku tiba-tiba meneleponmu dan menangis untuk masalah lelaki lain, padahal kau kekasihku.
Sesaat aku berpikir kenapa kau masih bertahan padahal aku sudah terlalu banyak melukaimu.
Sampai ketika aku berani menemui, mengatakan untuk mengakhiri hubungan kita—waktu itu hendak ujian akhir dengan alasan aku menyukai lelaki lain.
Pada kenyataannya aku telah menjalin kasih dengan lelaki yang selama ini telah menjadi tempat hatiku berlabuh.
Saat itu kau mengusap pipiku, aku masih ingat betul tatapan teduh dan penuh luka itu, yang membuatku merasa bersalah—mulai saat itu, hingga sekarang, dan mungkin seterusnya.
Dan juga perasaan yang datang terlambat.
Aku masih ingat betul ucapanmu kala itu—
"Maaf, karna tidak bisa membuatmu jatuh hati kepadamu pada masa 'jalani saja dahulu' maaf kalau aku selama ini menganggumu, maaf hanya jadi batu penghalang bagi hubunganmu dan juga cintamu.
Berbahagialah mulai sekarang, dengan orang yang kau cintai, karna aku tau kau lebih bahagia tanpa aku harus ada, kau tidak perlu mengkhawatirkanku aku akan berusaha dan terbiasa.
Tanpa kehadiranmu.
Jadi, selamat tinggal"
Setelah itu kau pergi meninggalkanku, aku menangis, membuat kekasihku bingung—kenapa aku menangis sebegitu parahnya.
Sejak saat itu kita kembali ke masa awal, seolah teman—karna pada dasarnya kita tidak terlihat sebagai seorang pasangan kekasih.
Kau berusaha tuk bersikap biasa saja, tapi aku tau keesokan paginya, dari hanya melihat matamu yang merah dan membengkak. Kita sama buruknya.
Meskipun hubungan kita berakhir dengan baik tanpa ada salah paham, aku tetap merasa bersalah, perasaan tersebut membuatku tidak nyaman dan gusar.
Kim Dong Young, maafkan aku.
Maaf karna membohongimu, maaf karna menyakitimu sebegitu banyaknya, maaf karna tidak bisa membalas perasaanmu, maaf karna aku mengatakannya terlambat.
Maaf, maafkan aku.
Terima kasih karna telah mencintaiku apa adanya, terima kasih karna pernah hadir dalam hidupku, terima kasih atas semua rasa tulusmu itu.
Terima kasih untuk semuanya.
Aku terlalu banyak menyakitimu, sekarang adalah waktu bagimu untuk berbahagia, dengan gadis pilihanmu, gadis terbaik, gadis yang membalas perasaanmu, mencintaimu sama besarnya dengan kau mencintainya.
Berbahagialah Kim Dong Young.
Dari aku,
Kim Se Jeong.
———
Cerita 03,
"Sebuah Permintaan Maaf• Pengirim •
Kim Sejeong
Sejeong
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Bersua [ Huang Renjun ] || √
Short StoryRuang Bersua, dari tempat ini semua cerita dan perasaan tersebut mengudara, bertemu dengan hati yang tepat tuk berlabuh.