10 ; Cerita 04

217 73 12
                                    

———

Cerita 04,
"Endless Happiness"

———

"Kamu ngapain dah daritadi senyum-senyum ngga jelas?", tanya Sharon sewot

Pasalnya, rekannya itu, ngga ada angin ngga ada ujan, ngga ada Kim Doyoung—eh—senyam senyum ngga jelas, kan Sharon jadi rada takut, takut Renjun rada gila...

"Gapapa, aku lagi seneng aja sekarang", ucapnya membuat Sharon menautkan kedua alisnya bingung.

"Kamu... Gapapa kan?"

Cuma itu yang bisa terlontar dari bibir mungil gadis itu, selebihnya dia sedikit takut dengan sikap aneh rekannya itu.

"Ih sewot amat deh, kek ga pernah aja gitu kamu senyum seharian karna satu hal kecil yang bikin kamu seneng"

Padahal Renjun sendiri yang bilang Sharon sewot, tapi ia membalas gadis itu dengan sewot, dasar, sementara itu Sharon hanya bisa tersenyum jahil melihatnya.

"Oooo jadi karna ituuu, eh ngomong-ngomong soal perasaan bahagia dan senang, kok kayaknya ngga asing ya~"

"Mmmm... Ah iya! Topik kita hari ini! Endless Happiness, sort of never ending happiness source—"

"Ooohh jadi itu alasanmu, senyam senyum daritadi?"

Sebuah opening yang cukup bagus untuk topik hari ini. Endless Happiness, atau kalian bisa menyebutnya kebahagiaan tidak terbatas.

Tapi apasih kebahagiaan?

Kebahagiaan ya? Kalau membicarakan tentang itu, pasti abstrak sekali, tiap orang memiliki takaran kebahagiaan sendiri-sendiri, yang membuatmu bahagia belum tentu membuat orang lain bahagia juga.

Tapi itu tidak bisa disalahkan juga bukan?

Bahkan hal kecil saja sudah cukup membuat seseorang bahagia bukan?

"Kau tau—entah kenapa, semakin dewasa seseorang aku merasa orang itu semakin 'mati' mati disini adalah mereka stress, kaku, dan tidak bisa menikmati hidupnya—kadang, sifat kekanak-kanakan itu perlu ada, untuk membuat kita bebas, ekspresif dan selalu bahagia akan hal sekecil apapun itu"

"Orang dewasa juga perlu sisi kekanakan, untuk membuat mereka tetap hidup dan selalu bahagia"

Sharon menghela nafas, menyandarkan tubuhnya pada kursinya, gadis itu meregangkan tangannya, menatap langit-langit ruangan, yang di katakan Renjun benar juga.

Dulu hanya dengan bisa membeli beng beng seharga lima ratus rupiah, dirinya udah senang bukan main, akhir pekan tanpa PR dan bisa menonton doraemon dari pagi lalu dilanjutkan Inuyasha dan beragam serial kartun lainnya.

Bermain petak umpat bersama teman-temannya tanpa larangan sang ibu untuk berhenti dan tidur siang, rasanya bahagia sekali. Bisa bermain Harvest Moon tanpa harus berebut dengan kakaknya, dan banyak lagi.

Ia ingat betul, dulu sekali ada banyak sekali hal sederhana—sepele—yang membuatnya bahagia, tapi apa sekarang dia pernah bahagia dengan hal-hal sepele seperti itu?

Ya, semakin dewasa seseorang, ia akan lupa—seolah tak melihat dan menyadarinya—bahwa di sekitarnya ada banyak sekali hal-hal kecil, sepele, dan sederhana yang membuatnya bahagia.

Kadang seseorang memang perlu untuk rehat, sejenak, mengenang semuanya, dan menertawakan hidup ini begitu lepasnya.

"Aku sih bahagianya kalo misal kita dapet jatah cuti—oh engga, rekaman outdoor, jadi spesial topik tentang escape"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku sih bahagianya kalo misal kita dapet jatah cuti—oh engga, rekaman outdoor, jadi spesial topik tentang escape"

"Hah maksudnya?"

"Bayangin deh, kita dapat kesempatan rekaman outdoor, sekalian liburan, udah berapa malming kita semua lewati buat rekaman terus tiba-tiba dapat liburan bareng? Selain podcast bisa dijadiin konten youtube, sesekali", celetuk Haechan semangat

Mark yang mendengarnya segera menggetak lelaki berkulit kecokelatan itu, mereka baru memulai sesi podcast dan baru jalan mau dua bulan tapi Haechan udah mikir muluk-muluk.

"Usahain pendengarnya kita naik tiap minggu sama bulannya baru mikir soal liburan Chan", celetuk Jaemin yang baru saja masuk kedalam ruangan rekaman itu, membuat Haechan cemberut, dia kalah.

"Tapi bisa loh kita ngajuin proposal sama tim kreatif lalu diajukan ke direktur, buat edisi spesial mungkin? Menjelang natal dan tahun baru? Kayak rekomendasi liburan singkat atau sweet escape gitu", usul Sharon

Gadis itu sepertinya tertarik dengan usulan Haechan barusan, lagian membosankan sekali rasanya rekaman dalam ruangan terus-terusan.

"Hei itu ide bagus! Surat spesial natal dan tahun baru—atau dua edisi khusus rekaman luar ruangan yang ada video cuplikannya di youtube! Nanti ada pembaca yang ngirim surel kita cari yang benar-benar berkesan, lalu wawancara tahal satu seperti kenangannya lalu tempatnya dimana info sederhana dan akhirnya diajak rekaman outdoor ditempat yang menjadi kenangannya itu!"

"Hei Yuqi, aku bilang kan liburan—"

"Kalau liburan menurutku pas kita udah setahun jalan, sekalian ngerayain anniversary"

"Hei itu terlalu lama tau!"

Mendengar pembicaraan teman-temannya itu, Renjun hanya bisa tersenyum kecil.

Cuap-cuap :Aduh maap ya ges, udah lama banget uploadnya+mengecewakan lagi :")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cuap-cuap :
Aduh maap ya ges, udah lama banget uploadnya+mengecewakan lagi :")

Aku soalnya udah kehabisan ide cerita yang dan topik, ada topik lain yang lebih dalam pembahasannya tapi aku batalin karna terlalu sensitif.

Aku pilih topik ini karna buat menjelang akhir si hehe, surat pembaca terakhir bersama Renjun akan mengudara di Cerita 05

Dan aslinya aku mau bikin surat balasan dari Doyoung buat Sejeong tapi aku cancel karna bakalan mlenceng jauh dari maksud Ruang Bersua yang esensi awalnya hanya berbagi cerita, membiarkannya bertemu, berlabuh entah dimana.

Dan mungkin nanti aku bakalan bikin Cerita N, sebuah cerita tambahan ehehe.

Ruang Bersua [ Huang Renjun ] || √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang