"Waktunya pulaaaaang~", ucap Sharon riang seraya meregangkan otot-otot badannya yang kaku, sementara itu Renjun hanya terkekeh kecil mendengar celetukan gadis itu seraya membereskan barang-barangnya.
Malam ini mereka pulang sedikit telat karna ada briefing siangkat bersama teman-teman produksi yang dilanjutkan dengan sesi ghibah hingga lupa waktu, meskipun hari ini begitu panjang dan melelahkan—dalam artian fisik—tetapi begitu menyenangkan.
"Hei Renjun, apa kau pernah berada di posisi seperti Yeri dan juga Hanbin? Ketika keinginanmu tidak di dukung oleh orang tua?", tanya Sharon tiba-tiba
Setelah mencangklongkan tas merahnya itu Renjun terdiam sejenak, sebelum kemudian mengedikkan bahunya.
"Sepertinya belum pernah sih, makanya cerita Yeri begitu menarik bagiku, selama ini orangtuaku selalu menuruti apa yang aku mau karna bagi mereka aku sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihanku sendiri—bagaimana denganmu?"
"Hmm... Hampir sama seperti Yeri, tapi aku waktu SMA, lebih ingin ambil jurusan Bahasa daripada IPA"
"Oh ya?"
"Iya, aku lebih suka pelajaran yang berhubungan dengan keragaman bahasa, budaya, serta sastra, menurutku mempelajarinya itu menyenangkan, tetapi keluarga ingin aku ambil jurusan IPA terus lanjut ambil Teknik"
Renjun kembali mengambil duduknya begitu juga dengan Sharon, alih-alih rencana awal mereka untuk segera pulang, kedua remaja tanggung itu memilih sedikit lebih lama di kantor—bercerita sejenak selama kurang lebih lima sampai sepuluh menit tidak masalah bukan?
"Tapi akhirnya sedikit berbeda dengan Yeri, jika dia memilih untuk tidak menyerah dengan mimpinya aku memilih menyerah, dan mulai mencintai hal yang aku benci atau tidak aku suka—"
"—kau tau, manusia selalu dihadapi dengan pilihan, dan dibanding memperjuangkan mimpi masuk kelas Bahasa yang tidak akan mungkin mendapat kesempatan sekali lagi, aku memilih menjalaninya—"
"—beginilah akhirnya kau bertemu dengan Sharon, seorang mahasiswi jurusan Kimia murni dari Institut Seoul"
"Oh? Kau tidak melanjutkan ke teknik sesuai keinginan orang tuamu?"
Mendengar pertanyaan polos Renjun tersebut membuat Sharon terkekeh kecil, Renjun Renjun, kadang celetukannya begitu lugu dan polos.
"Sudah cukup aku diam saat SMA, aku tidak mau semua kembali terlambat, aku bilang di IPA aku cuma suka pelajaran Kimia sempat disarankan Tekim tapi aku menolak karna matkulnya 80% dominan Matematika sama Fisika, dan karna adanya komunikasi dua arah antara aku dan orangtuaku, orangtuaku akhirnya mengerti", ucapnya diakhir dengan seutas senyum lebar di wajah cantiknya.
Membuat Renjun refleks tersenyum hanya melihatnya, senyuman itu menular kau tau? Dan melihat Sharon bahagia menceritakannya membuat Renjut juga merasa bahagia.
"Hei, Renjun, Sharon, kalian masih disini? Anak-anak mau pada pulang, kalian mau aku kancing disini?", seru Mark, salah satu crew yang bekerja disini.
"Udah larut, jangan kelamaan pacaran disini, modal dikit kek besok masih bisa ketemu"
"Mark kita ngga pacaran!" // "Hei, aku dan Sharon belun pacaran ya"
Sharon menoleh kearah Renjun, tunggu dulu lelaki itu bilang apa—?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Bersua [ Huang Renjun ] || √
Short StoryRuang Bersua, dari tempat ini semua cerita dan perasaan tersebut mengudara, bertemu dengan hati yang tepat tuk berlabuh.