09 ; Cerita 03.2

224 73 7
                                    

"Nih", ucap Renjun seraya menyerahkan dua tiket Maleficent yang baru saja mereka pesan, Sharon menatapnya bingung.

"Aku yang nyimpen?"

"Iya, cewe kan biasanya gitu, cowo kayak aku mah teledor kalo nyimpen gini-gini"

Gadis itu mendecih pelan, halah alasan, tetapi tetap menerima tiket pemberian Renjun dan menyimpannya dibalik case ponselnya.

"Kemana kita habis ini, masih kurang setengah jam lagi sebelum filmnya di mulai", tanya Renjun kala mereka melangkahkan kaki keluar bioskop

"Cari cemilan terus diselundupkan? Males banget beli makan di dalam mahal soalnya"

"Mau makan apa?"

"Aku si mau Chatime sama beli kentang goreng apa?"

"Oke"

Mereka tampak dekat satu sama lain, di tempat seperti ini tidak ada yang peduli jika mereka berdua seperti ini berbeda dengan di kantor, ketika mereka jalan bareng pasti udah di ceng-in anak-anak sekantor.

Jalan bareng belum tentu jadian kan? Atau mungkin "belum" aja.

Selama nonton, dibandingkan dengan fokus kepada filmnya, Renjun justru fokus pada kebiasaan-kebiasaan Sharon yang menurutnya lucu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama nonton, dibandingkan dengan fokus kepada filmnya, Renjun justru fokus pada kebiasaan-kebiasaan Sharon yang menurutnya lucu itu.

Gadis itu akan duduk memajukan dirinya ketika dia merasa begitu antusias dengan film atau adegan di dalamnya, akan meringis sakit ketika Angelina Jolie di film tersebut tertembak bijih besi atau terjatuh—seolah merasakan apa yang dirasakan sang aktor.

Kakinya yang tidak bisa diam, dan kebiasaan bolak balik meletakkan minumannya dan diambilnya kembali.

Bukannya terganggu Renjun hanya merasa gemas saja karna dapat melihat sisi Sharon yang seperti ini.

Bukannya terganggu Renjun hanya merasa gemas saja karna dapat melihat sisi Sharon yang seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cieee Sharon sama Renjun datengnya barengan, jadian ya?"

"Apaan si Chan, ndeso"

"Idih, mbaknya sewot"

Melihat interaksi mereka berdua membuat Renjun terkekeh kecil, kemudian menepuk bahu lelaki berkulit lebih gelap itu pelan.

Sharon dan Haechan entah kenapa memamg ga bisa akur, tapi mereka ngga musuhan kok emang Sharon suka sewot aja kalo Haechan udah ngomong ngawur.

"Guest hari ini siapa?", tanyanya

"Gaada, ini topik bebas si kek waktu Basa Basi", jelasnya, Renjun mengangguk paham

"Udah nemu penggantiku belum?"

"Udah kok, si Jeno katanya bisa—berarti minggu depan episode terakhir ya?"

Dan Renjun mengangguk, mengiyakan jawaban Haechan, membuat Haechan menghela nafas.

"Oke, aku bakal buat program khusus minggu depan, buat farewell"

Mendengar penuturan Haechan tersebut membuat Renjun terkekeh, farewell apaan coba, udah kayak orang penting aja.

"Yaudah aku masuk dulu, udah hampir waktunya"

"Yogs, sukses ya!", teriak Haechan, lelali itu hanya memberi isyarat 'siap' dengan mengangkat jempolnya.

"Yogs, sukses ya!", teriak Haechan, lelali itu hanya memberi isyarat 'siap' dengan mengangkat jempolnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang Bersua [ Huang Renjun ] || √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang