memohon lah padaku

260 40 2
                                    

Lei Sai dengan semangat menjelaskan, "Meskipun level senjata nya masih sama, kekuatan menyerang dan bertahan dan tingkat kekerasannya menjadi dua kali lipat lebih kuat, bahkan menjadi lebih kuat dibandingkan dengan senjata ajaib level satu."

"lebih kuat ?!" terkagum Seru Rong Su dan Rong Huan bersama.

Sangat mengagumkan Rong Yi bisa membuat senjata ajaib milik Yin Tao menjadi lebih kuat dari senjata level satu dengan menempelkan rune yang sebelumnya belum pernah mereka temui pada pedang.

 "Bagaimana kau menggambar rune pada senjata ajaib?" tanya Lei Sai.

Dia sudah mencoba menggunakan banyak alat untuk menggambar rune pada senjata ajaib tetapi semuanya mengalami kegagalan. Ada kalanya dia tidak bisa menerapkan rune atau menghancurkan senjata ajaib, atau malah mengurangi kekuatan senjata ajaib sehingga dia harus menempelkan rune kertas ke senjata ajaib untuk meningkatkan kekuatannya. Tapi rune kertas bukanlah solusi yang tepat karena rune kertas bisa dicairkan dengan air atau dibakar dengan api, dan akan menjadi tidak berfungsi. Rune kertas hanya bisa digunakan sekali. Tidak ada yang sempat untuk menempelkan rune kertas selama pertarungan. Selain itu, begitu rune kertas ditempelkan pada senjata ajaib, rune kertas mudah dikenali oleh musuh. Menempelkan rune kertas bukanlah solusi yang tepat untuk meningkatkan kekuatan senjata ajaib.

 "Kau ingin tahu?" Rong Yi tersenyum menatap Lei Sai.

Lebih dari rasa ingin tahu, sekarang Lei Sai benar-benar putus asa ingin menguasai keterampilan menggambar rune.

"Memohon lah padaku." Rong Yi mendengus saat dia mengambil senjata ajaib dari tangan Lei Sai dan mengembalikannya pada Yin Tao.

Lei Sai mengatai dirinya banci jalang, akan memotong kelaminnya dan akan mengirimnya ke rumah bordil. Bagaimana bisa dia mau mengajari orang yang sangat kasar padanya?

"Apa... sialan kamu bercanda denganku?" Lei Sai sangat kesal.

Rong Yi tidak menggubris jika Lei Sai akan marah atau tidak padanya. Dia  menundukkan kepalanya dan melihat Yin Tao, "Aku yakin kamu bisa menang dari kakak seperguruan kecil mu dengan pedang ini." Kata Rong Yi pada Yin Tao.

Dia telah melihat kedua senjata ajaib milik kedua senior Yin Tao yang hanya ber level satu. Senjata ajaib mereka adalah senjata biasa yang dibeli orang tua mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Melihat rune pada pedang meredup, Yin Tao menjadi cemas, "Ma-Papa, sudah hilang. Sudah hilang!"

Rong Yi mengusap dahi Yin Tao pelan dan menghiburnya, "Jangan khawatir. Saat kamu menggunakan pedang, gambar rune nya akan muncul lagi."

Yin Tao tersenyum senang.

"Apa kamu senang?" tanya Rong Yi,

"Ya, aku senang."  Yin Tao Mengangguk dengan semangat.

Rong Yi kemudian bertanya, "Apa kamu ingin melukis mantra pada senjata ajaib dan membuatnya lebih kuat saat membuat senjata lagi?"

"Iya."

 
Rong Yi berkata dengan nada serius, "Maka kamu tidak akan pernah mengucapkan kata-kata umpatan, seperti kelamin, penis, jalang, anak jalang, pelacur, wanita murahan, sialan dan kata-kata sejenisnya. Kamu berjanji?"

Sebenarnya dia sendiri juga mengucapkan beberapa kata buruk tetapi tidak sevulgar ucapan Lei Sai.

Yin Tao mengangguk.

Lei Sai menggerutu, "Apa yang sialan ini katakan! Apa yang salah dengan kata-kata umpatan? Apakah itu mengganggu mu? Seorang pria sejati harus menggunakan kata-kata umpatan."

"Setuju. Jika kamu seorang pria, kamu harus mengucapkan kata-kata umpatan di depan tuan." Kata Rong Huan.

Lei Sai, "..."

Tuan mereka membenci kata-kata umpatan, terutama yang diucapkan oleh anak buahnya. Jika Lei Sai bukanlah anak buah yang disukai, tubuhnya mungkin sudah dipotong-potong dan diberi makan ke binatang buas.

Itu juga alasannya kenapa Lei Sai, seorang  penempa senjata spiritual tahap delapan dikirim ke sini mengajari seorang bocah berusia tiga tahun untuk membuat senjata.

Bagi Lei Sai, itu tidak ada bedanya dari pengasingan.

Yin Tao tidak sabar untuk memamerkan senjata ajaibnya, jadi dia berkata dengan gembira sambil menarik tangan Rong Huan, "Aku pergi ke sekolah sekarang. Aku pergi ke sekolah sekarang."

Ini adalah pertama kalinya Yin Tao sangat senang pergi ke sekolah sejak dia mendaftar.

"Setelah sarapan." Rong Huan meletakkan semangkuk bubur daging di depannya.

Rong Yi melihat sekeliling aula tetapi tidak melihat keberadaan Yin Jinye, penasaran dia bertanya, "Di mana tuanmu? Apakah dia sarapan atau tidak?"

Yin Jinye juga tidak makan malam bersama mereka tadi malam.

"Beliau puasa. Beliau tidak makan tepat waktu seperti manusia yang lain." Kata Rong Huan.

Rong Yi mengerutkan kening.

Yin Jinye dan dirinya tidak tidur di tempat tidur yang sama atau berbagi kamar yang sama. Jadi mereka tidak punya kesempatan untuk bertemu. Dia pikir dia bisa bertemu dengannya di meja makan, tetapi Yin Jinye sedang berpuasa. Bisa dikatakan, mereka akan tetap seperti orang asing selamanya.

Tidak! Dia tidak bisa diam menunggu begitu saja! Dia harus melakukan sesuatu untuk mengubah situasi ini!


_
Bersambung...

(DROP) I Became A Virtuous Wife and Loving Mother in another Cultivation WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang