❝There's nothing where he used to lie
My inspiration has run dry
And that's what's going on
Nothing's fine I'm torn❞
Torn - Natalie Imbruglia
Bartender muncul dengan membawa botol minuman dan menuangkannya di gelas cewek itu. Matanya kosong memandang lurus bagaimana cairan berwarna bening itu memenuhi satu gelas sloki dengan penuh, dan hal ini menjadi pengingat tentang betapa menyedihkannya dia untuk sekian kalinya; membiarkan dirinya hanyut dalam pikiran sendiri di tengah dentuman musik yang cukup keras serta sorak sorai kerumunan orang yang sedang bersenang-senang bersama beberapa kawanan.
Ini adalah sloki ke-3 untuk malam ini.
Cewek itu sendirian dengan kesedihannya di antara banyak orang.
Selingkuh memang selalu salah dalam segala macam sisi, tapi apakah yang dilakukan oleh mantan pacarnya dapat dikatakan sebagai selingkuh? Well, cowok brengsek itu hanya mengaku berteman serta tertarik dengan adik-adik SMA itu.
Oh astaga, bahkan Ara kalah bersaing dengan seorang cewek yang baru duduk di bangku kelas 10 SMA.
Sialan emang.
Mengingat itu, Ara cepat-cepat mengambil slokinya dan menyeruput isinya dan setelah habis, pandangannya kembali kosong lagi. Lagi-lagi Ara tergelak miris, membayangkan betapa cepatnya anak SMA sialan itu menjadi sentral kebahagiaan mantannya.
Oke, Ara memang teralu naif untuk mendambakan masa depan yang telah mereka tulis di buku harapan akan menjadi kenyataan, ia tahu bahwa itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah ia dapatkan.
Andai saja Ara memiliki suara yang bagus.
Andai saja Ara bisa bermain gitar.
Andai saja Ara seorang anggota paskibraka.
Andai saja Ara bisa membuat pantun yang jenaka.
Andai saja Ara memiliki cerita-cerita yang menarik untuk dibicarakan.
Andai saja – dan kata andai adalah sebuah infinity yang tidak akan pernah berhenti.
Ara terus membandingkan dirinya dengan orang lain tanpa menilik sedikit pun hal baik yang ia punya. Atau, Ara memang tidak memiliki hal yang baik ataupun menarik sehingga hal ini membuatnya mudah sekali ditinggalkan hanya untuk anak SMA kelas 10 bernama Naya.
Gila.
Ara tidak pernah hebat dalam masalah percintaan.
"Ra?"
Tubuhnya terkejut dan dengan spontan memutar badan ke arah si pemilik suara raspy, atensi cewek itu meluruh pada cowok di hadapannya. What a coicidence meeting him here.
Sementara cowok itu juga terkejut bukan main melihat kondisi Ara, cewek yang tidak ia temui selama sekian tahun, akhirnya ada tepat di hadapannya. Ia tidak pernah melihat anak-anak rambut yang berhamburan dan rambut yang digulung penjepit, cara berpakaian yang masih sama namun sekarang cewek itu terlihat seperti awut-awutan.
"Devan," panggilnya linglung sebelum akhirnya dia beranjak dari kursi bar dan memeluk erat tubuh Devan.
"Damn, it's been such a long time," ujar Devan, menyambut pelukan erat yang diberikan. "Lo block gue di semua sosmed, man. Where have you been? How's life?"
"Devan..."
"Ya?"
Ara menangis. Ambyar. Runtuh saat itu juga.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta
Teen FictionSetelah 3 tahun tidak bertegur sapa, sepasang sahabat - Devan dan Ara - akhirnya kembali bertemu dengan tidak sengaja di sebuah kelab malam. Mereka menghabiskan malam bersama di Jakarta, mengelilingi kota itu sembari bercerita tentang kelanjutan hid...