11 » Parkiran Starbucks Margonda

66 3 0
                                    

Am I out of my head?

Am I out of my mind?

If you only knew bad things I like

Don't think I can explain it what can I say it's a complicated

Machine Gun Kelly ft. Camilla Cabello – Bad Things

Ara masih tidak menyangka bahwa cowok yang berada di sampingnya ini adalah orang yang paling ia sayang sejak 2 tahun yang lalu dan orang ini juga yang menancapkan belati tajam ke dirinya hingga lukanya teramat dalam dan membekas entah sampai kapan.

Dalam palung hati yang terdalam, Ara masih belum dapat mengikhlaskan hubungan mereka yang kandas. Sama sekali belum. Ara masih menaruh harapan bahwa suatu saat nanti mereka akan tetap melanjutkan mimpi mereka, mempunyai sebuah keluarga kecil yang bahagia dengan satu anak cowok dan anjing husky – anjing yang selama ini Ara ingin pelihara.

Ara selalu bahagia dengan cara Rangga membuatnya bahagia, sejujurnya.

Sore itu di rumahnya, Ara sama sekali tidak menyangka bahwa Rangga akan nekat kembali ke Malang hanya untuk merayakan ulang tahun Ara.

Tidak disangka sama sekali, sore itu semuanya terlihat baik-baik saja. Bahkan, Ara masih sempat belanja bersama teman-temannya di mall karena Rangga yang 'katanya' sibuk dengan kuliahnya.

Sebenarnya, saat itu Ara sangat teramat bete, tapi apa boleh buat? Ara ingin Rangga menjadikan kuliahnya prioritas, Ara tidak apa-apa dinomorduakan kalau perkara pendidikan. Ara tahu bahwa pendidikan sepenting itu dan Ara tidak mau Rangga merelakan itu hanya karena mengurus Ara.

"Ara, kamu di rumah tah?" tanya salah seorang temannya saat Ara mengangkat panggilan telfon.

Sore itu, Ara sedang berada di kamar; menyilangkan kakinya di udara sembari ia tengkurap melihat laptop dan jemarinya menari lincah di atas keyboard. Ara suka menulis. Kelewat suka sampai-sampai ia mendedikasikan tahun-tahun terakhir ini untuk menulis. "Hooh, kenapa eh?"

"Oh, gapapa. Aku mau kesana ya? Ajarin aku Integral, aku enggak ngerti."

Oh, kebetulan materi Integral, Ara sudah khatam. "Oh, sini-sini tak ajarin. Aku udah khatam."

Lalu sambungan terputus dan satu jam berselang, Tiara – teman Ara – sudah sampai di rumahnya dan mulai mengerjakan beberapa soal bersama Ara. Tidak ada yang aneh pada sore itu hingga suara motor memenuhi indra pendengarannya dan Ara pun mengecek ke ruang tamu. Karena, well, Ara harus benar-benar peduli dengan rumah karena orangtuanya sedang meninggalkan rumah dan Ara terlalu malas untuk ikut. 

"HAPPY BIRTHDAY!!!!!" teriak teman-temannya secara bersamaan. Mereka kompak mengenakan topi ulang tahun dan membawa bendera bertuliskan 'HAPPY BIRTHDAY ARA'.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!! Aku terharu..." ujar Ara sambil menutup wajahnya, berusaha menahan tangis sembari ia memeluk teman-temannya.

"Mau lebih terharu lagi gak?" celetuk Luna lalu tiba-tiba menutup kedua mata Ara dengan telapak tangannya.

"Hitung yang nyaring, Ra!" seru Jia.

"Dari berapa?"

"Tiga sampai satu," instruksi Farah.

"Oke... tiga... dua... satu!"

"SURPRISE!" pekik cowok yang ada di hadapannya sambil membawa dua box pizza dan tersenyum lebar ke arah Ara.

JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang