9 » Apartemen Taman Rasuna

71 2 0
                                    

I think I'm falling, I'm falling for you

On this night, and in this light

I think I'm falling, I'm falling for you

And maybe you, change your mind

The 1975 – fallingforyou

Jam empat kurang 14 menit

"Noh."

"Thanks!" ujar Ara dengan berusaha terdengar semangat sesaat mendapatkan laptop Devan. "Duh gue pusing banget."

"Lagian lo gila banget, udah tau besok deadline malemnya malah dugem. Tolol emang lo jamet."

"Kan gue lagi galau, Devan."

"Galau bukan alesan gak nugas."

Setelah itu Ara tidak menggubris perkataan Devan setelahnya, namun ia sibuk mencari jurnal sebagai referensinya untuk membuat essay. Mereka duduk di atas sofa di ruang tamu apartemen Devan – yang sebenarnya sering kali menjadi 'basecamp' bagi para teman-teman Devan – dengan posisi Ara sedang sibuk dengan tugas dan Devan yang sedang menonton series favoritnya: Stranger Things.

"Menurut lo gue harus pake perspektif apaan nih?" tanya Ara yang out of nowhere padahal matanya masih memandang lurus ke arah laptop. "Duh Devan gue bingung. Mending pake realisme atau liberalisme atau konstruktivisme ya?"

Devan menoleh dengan tatapan yang aneh. "Lo kira gue anak HI? Gue anak Manajemen Bisnis, goblok! Mana ngerti yang begituan?!"

"Harusnya lo ambil HI biar bisa bantuin gue," jawab Ara. "Duh gue bingung. Kalau membedah kasus Perang Dunia ke-2 enakkan pake yang mana ya? Harusnya realis sih... yaudah realis deh."

"Demi apapun itu apaan woi anjir," komentar Devan sambil menggelengkan kepalanya.

"Ya udah sih lo anak Manajemen Bisnis diem aja," balas Ara sewot dengan menekankan jurusan Devan dan diucapkan lebih lambat. "Kata dosen gue, maba HI kalau baru masuk seneng banget pake paham realisme waktu bikin essay. Apa gue harus ganti aja ya?"

"Terserah lo, Ra, terserah."

"Stuck anjing stuck," gerutu Ara.

"Take a rest, Ra," komentar Devan kalem. "Kelas jam berapa sih?"

"Jam 1 sih."

"Ya udah, take a rest first. Get some sleep, you've been crying a lot today."

Ara mengangguk lalu mengunci laptop Devan.  "Yeu anjir stranger things."

"Kenapa?"

"You know what? American Horror Story is way so much better than Stranger Things."

Devan menoyor kepala Ara yang duduk di sebelahnya. "Enak aja, season AHS yang kemaren jelek banget anjir. Apaan tuh yang ada Donald Trump?"

"Well, actually that was the worst," komentar Ara. "Tapi keren kok yang ke 8 kemarin. Gabungan dari Murder House sama Coven gitu deh."

"But Stranger Things is way so much bette than AHS," balik Devan. "Ra, you never really change, don't you?"

Ara mengangkat alisnya. "What?"

"You're still the same person after all," ucap Devan.

Ara tertawa. "Iyalah, jelas."

Setelah itu percakapan pun mulai memudar, masing-masing Ara dan Devan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing: Ara sudah mulai mengantuk dan memeluk kedua lututnya, sementara Devan masih menonton serial kesukaannya itu.

"Ra."

Ara menoleh. "Apa?"

"You want me to sing you to sleep?"

Ara mengangguk. "Sure."

"Wait," ucap Devan dan setelah itu beranjak dari tempatnya lalu kembali dengan membawa gitar di tangannya.

"Wow," komentar Ara saat Devan duduk kembali di sebelahnya.

Devan memandang Ara sambil tersenyum kemudian mulai memetik intro pada senar gitarnya dan dengan itu Ara sudah dapat mengetahui apa yang akan dinyanyikan oleh Devan.

"What time you see coming out?

We started losing light

I'll never make it right

If you don't wander off

I'm so excited for the night."

Devan mulai bernyanyi dan melanjutkan tiap lirik lagunya sambil dia melihat Ara yang menyenderkan kepalanya di bahu Devan. Entah ini aneh, namun perasaan itu tetap ada. Perasaan ribuan kupu-kupu di dalam perutnya tetap menyapa.

Begitu pun Ara.

"All we need's my bike and your enormous house

You said someday we might

When I'm closer to your height

If you're all I need."

And he smiled at Ara's sleepy face.

"Don't you see me

I think I'm falling, I'm falling for you

And don't you need me

I think I'm falling, I'm falling for you

On this night, and in this light

I think I'm falling, I'm falling for you

And maybe you, change your mind."

Lagi-lagi Devan tersenyum ke arah Ara, ia menaruh gitarnya dan kembali memperhatikan Ara yang saat ini juga sedang menatapnya. "Ra."

Ara hanya mengangguk sebagai balasan.

"You know what? I think... I'm still in love with this girl, the short-haired girl, the messy one, with dark circles under her eyes... she's just so beautiful you know? She's so warm yet fragile. I don't know who broke her in the first place but I know she's the toughest. She's still smiling under the dark grey sky. I don't know how to put this into words but..."

"But?"

"I love you. There I say it, Ara."

Tidak ada yang lebih mengejutkan dari itu tapi hal mengejutkan berikutnya menimpa Ara;

He kissed her right on her lips.

And she did the same thing.

"Ra," panggil Devan ketika bibir mereka tidak tertaut. "Let yourself heal, promise?"

Ara mengangguk sebagai jawaban, lagi.

And after that; she kissed him again to make their lips intertwined.

***

JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang