❝ Maybe you shouldn't come back
Maybe you shouldn't come back to me
Tired of being so sad
Tired of getting so mad, baby
Stop right now you'll only let me down ❞
Demi Lovato – Shouldn't Come Back
Devan ingat betul semalam apa yang terjadi pada Ara.
Ara memesan beberapa gelas sloki yang berisikan cairan berwarna bening, menegaknya dengan cepat, matanya sembab meskipun ia sedang bersama teman-temannya, tetapi cewek itu malah memilih untuk duduk di depan bar sambil mengeluarkan air mata tanpa kesadarannya.
Itu adalah pertama kalinya Devan melihat Ara menangis dalam diam sambil meminum minuman yang bahkan sama sekali tidak pernah dia minum sebelumnya, well sekiranya beberapa tahun yang lalu dia bukan peminum, tapi Devan mengerti.
Ara hanya ingin mabuk dan melupakan segala hal sialan yang menimpanya, menghancurkannya, dan membuatnya terjerembab. Devan mendengarkan cerita demi cerita yang Ara lontarkan, terlebih tentang si brengsek itu yang membuat Ara menjadi seperti ini.
Rangga was her first time of everything dan Devan tahu betul bahwa Ara tidak akan semudah itu melupakannya. Sama seperti Ara, Devan pun pernah mencintai seseorang yang ternyata malah menyelingkuhinya.
Persis. Bedanya, mantan Devan bukanlah yang pertama.
Devan tidak tahu reaksi apa yang harus ia berikan, jujur saja ini adalah kesempatannya dan ia merasa sangat senang. Terlebih, Ara telah berada disini yang artinya mereka tidak perlu berjauh-jauh lagi dan dapat melakukan banyak hal bersama.
Dan cewek itu sekarang sedang berada di samping Devan, tangan mereka saling menggenggam satu sama lain mengingat Devan lancar menjalankan modus yang sama sekali tidak terduga.
Lagian, Ara random banget tiba-tiba minta mematikan radio dan meminta Devan menyanyikannya lagu Little Things.
"Tapi serius sih, kalo kata gue, bukannya gue ga suka sama yang begitu-begitu. Cuma ya... ga satu frekuensi aja sama gue musiknya. Trus mantan gue juga suka sama Ardhito, kan ogah yak, dengerin doi auto inget mantan."
Ara benar-benar berceloteh panjang lebar dengan Devan, mengungkapkan apa saja yang ada di dalam pikirannya sedaritadi.
"Yeeeu, mantan teross," ucap Devan dan Ara hanya menyengir. "Ya, iya sih. Lo juga ga bisa maksain selera orang, kan beda-beda. Kalo lo emang ga suka ya just go with it, jangan berupaya untuk suka sesuatu karena orang lain punya interest kesitu."
Seusai mulut Devan tertutup, Ara menyadari sesuatu. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa Ara dapatkan dari Rangga; Ara senang tentang bagaimana Devan dari dulu mendengarkan tiap perkataannya dan membalasnya dengan kalem.
Ara senang karena ia merasa didengarkan oleh Devan.
Perasaan didengarkan dan dihargai pendapatnya adalah sebuah hal simpel yang membuat Ara senang. Ara senang berdiskusi tentang banyak hal dengan tidak ditentang atau tidak dimonitor bahwa ia harus setuju. Perasaan itu justru ia tidak pernah dapatkan dari Rangga – orang yang paling ia sayangi – ketika mereka sedang berbincang. Ara dan Rangga hanya akan berakhir pada pertengkaran karena mereka berbeda pendapat yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan hubungan mereka.
"Kamu tuh bego ya."
"Ya engga gitu, bego."
"Kamu tuh mikir ga sih?"
"Tolol!"
"Goblok!"
Kemudian sederet perkataan itu terngiang di dalam pikiran Ara, memanggil kenangan-kenangan yang buruk itu untuk diproyeksikan di dalam pikirannya kembali. Benar-benar bukan masalah setuju atau tidaknya, namun tentang bagaimana Rangga mentransformasikan apa yang ada di dalam pikirannya; membentak, berteriak, dan mengucapkan kata-kata 'bodoh'.
Ara didiagnosa dengan anxiety disorder dan Rangga tahu. Hanya saja cowok itu terlalu denial dengan fakta tersebut dan mengabaikan diagnosa yang diberikan oleh psikiater sehingga ia kerap melakukan hal-hal yang sebenarnya memicu anxiety Ara.
Dan membuat Ara kerap kali menyilet dirinya.
Kali ini Ara merasa beruntung, Devan tidak seperti itu.
Hah.
Kenapa pacar pertama Ara bukan Devan saja?
Setidaknya Ara merasa dihargai, merasa didengarkan, merasa bahwa ia tidak perlu melabel dirinya sebagai orang yang 'bodoh' hanya karena tidak sependapat dengan orang lain.
"Your favorite song too," ujar Devan tiba-tiba.
Tape mobil dinyalakan beberapa menit yang lalu, dengan Devan yang menaruh playlist-nya di dalam sana dan memutarnya secara acak. Ara mengetahui semua lagu-lagu ini; ini adalah lagu yang direkomendasikan Ara pada Devan, tepat 3 tahun yang lalu.
"You're just a daydream away,
I don't know what to say if I had you,
And I'll keep you're a daydream away,
Just watch from a safe place,
So I never have to lose," nyanyi Devan.
"Your voice is so damn amazing, I'm still wondering why don't you sing in your band," ucap Ara tepat setelah Devan berhenti bernyanyi.
Devan menoleh sebentar. "Ga pede tau, Ra. Susah."
"Lo sama band lo jadi bikin album gak, btw?"
"Pasti," jawab Devan. "Tapi anak-anak lagi pada sibuk, making an album takes a long time. Belum lagi harus bolak-balik studio, gue bentar lagi kan magang, trus yang lain juga pada sibuk skripsi. Gitu deh. Belum nemu timing-nya aja, jadi ya sekarang single doang."
"Gue udah denger sebenernya, fyi. Enak-enak banget, gue sedih kenapa underrated gitu."
"Doain aja semoga bisa fit di telinga orang banyak. Writing with honesty, you said, dan hal itu yang gue lakuin. How's your writings, my writer?"
Ara tertawa. "Gue bukan penulis, Devan, ya ampun," jawab Ara. "Gimana ya? Gue nulis apa yang ada di pikiran gue aja. Being called as a writer annoys me and I never label myself. Kayak, ya udah ini hobi gue. Gue masih jauh lebih buruk daripada seorang penulis amatir. Gue post yah.. kalo ada orang yang suka gue syukur, kalo engga ya udah. Target gue dari awal cuma mengekspresikan pikiran gue. Itu doang."
"Tapi kan banyak yang baca, Ra. Means they like your writings."
"Bagus kalo gitu. Gue seneng bisa bagiin ide gue," dan tanpa Ara sadar, kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. "Gue pengen nonton lo manggung sama temen-temen lo."
Devan menoleh dengan sebuah senyuman tipis. "Dalam beberapa jam lagi lo bakal nonton gue manggung kok."
Di saat yang bersamaan, Ara mendapatkan ponselnya bergetar beberapa kali.
+62813479001: [sent a picture]
+62813479001: masih ingat ini?
+62813479001: semoga suatu saat nanti kita bisa ngobrol
+62813479001: I miss you
+62813479001: I wanna make a little conversation and reminiscence the days when we were still together
And he shouldn't really come back to get her back;
Cuz the only thing he will do is only hurting her even more.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jakarta
Teen FictionSetelah 3 tahun tidak bertegur sapa, sepasang sahabat - Devan dan Ara - akhirnya kembali bertemu dengan tidak sengaja di sebuah kelab malam. Mereka menghabiskan malam bersama di Jakarta, mengelilingi kota itu sembari bercerita tentang kelanjutan hid...