Part 26

2.4K 194 77
                                    

Akibat cengkeraman Lorenza lima hari yang lalu, pergelangan tangan Kim masih membiru hingga kini. Kim berusaha menutupinya dari siapapun agar tidak ada yang melihatnya. Setiap hari, Kim selalu memakai pakaian berlengan panjang.

Sebelum berangkat kerja, Kim mengolesi pergelangan tangannya dengan salep yang baru dibelinya kemarin di apotek untuk menyamarkan luka lebam di pergelangan tangannya itu.

Kim menatap sejenak pergelangan tangannya. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Bibirnya tersenyum getir. Walaupun Mom berulang kali menyakitiku, aku tetap menyayangi Mom. Walaupun Mom tak lagi menyayangiku, Mom adalah ibu terbaik bagiku, lirihnya di dalam hati.

Kim segera mengusap bulir air matanya yang menetes di pipinya. Kim mematut penampilannya sebelum melangkah keluar dari kamarnya.

Di ruang makan, Lorenza sedang menyajikan beberapa makanan di atas meja. Kim menyapa ibunya sembari menarik kursi makan dan duduk. "Pagi, Mom."

Sejak kejadian lima hari yang lalu, Kim bersikap seperti biasanya kepada Lorenza. Namun, ibunya lebih banyak diam dan irit bicara kepada dirinya dan Miranda. Ibunya hanya bicara yang penting-penting saja.

Seperti sekarang ini, Lorenza tidak membalas sapaan Kim. Dia hanya bilang, "Sarapan dulu, Kim."

Lorenza duduk di dekat Kim. Saat ingin mengambil makanan yang berada agak jauh darinya, Kim membantu mengambilkan makanan itu dan memberikan kepada ibunya. "Aku ambilkan ya, Mom."

Melihat Lorenza tidak merespons, Kim tetap mengambil makanan itu untuk ibunya. "Ayo kita sarapan, Mom!"

Lorenza diam-diam melirik ke arah Kim. Kau masih bisa bersikap baik pada Mom, walaupun Mom sering menyakitimu. Mom sangat bersalah padamu. Tidak seharusnya Mom menyia-nyiakan dirimu yang sudah membahagiakan kami sejak kau hadir pertama kali di keluarga ini. Maafkan Mom, Kim! ucapnya lirih dalam hati.

Miranda baru saja selesai bersiap. Dia duduk di dekat Lorenza dan berhadapan dengan Kim. Dia melihat ibunya sedang melirik ke arah Kim. Kemudian, dia menatap tajam ke arah Kim. Sejak kejadian itu, sikap Mom berubah drastis. Mom lebih banyak diam seolah tidak memedulikanku lagi. Sekarang, kakak sudah mengambil perhatian Mom sepenuhnya. Aku benci hal itu, gerutunya kesal di dalam hati.

Miranda sengaja berdeham keras agar Lorenza berhenti melirik Kim. Lorenza mengerjapkan matanya, lantas mengalihkan tatapannya dan kembali sarapan.

"Mom, hari ini aku pulang agak sore karena ada tugas kelompok di rumah Hanny," ucap Miranda.

Lorenza mengangguk pelan. "Ya, hati-hati."

Miranda menarik napas panjang. Lihat, bagaimana respons Mom kepadaku sekarang. Begitu singkat! Biasanya, Mom sangat banyak bicara padaku, gerutunya lagi di dalam hati.

"Bagaimana dengan sekolahmu, Mir?" tanya Kim.

Miranda masih terbawa perasaan kesal. Dia menjawab dengan nada ketus. "Tidak perlu berlagak peduli padaku!"

Miranda beranjak berdiri seraya membanting sendok dan garpu ke atas piring sehingga menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. "Aku selesai! Mom, aku pergi ke sekolah dulu." pamitnya seraya mencium pipi kanan dan kiri ibunya, lalu berjalan keluar menuju pintu utama.

Kim sedikit kaget dengan sikap Miranda. Ada apa dengan Mira? Sepertinya, suasana hatinya sedang tidak baik pagi ini, batinnya bertanya.

Kim segera menghabiskan sarapannya, lalu beranjak berdiri. Aku pergi kerja dulu ya, Mom," pamitnya seraya mencium punggung tangan ibunya.

Setiap kali Kim ingin pergi keluar atau bekerja, dia selalu mencium punggung tangan Lorenza sebagai tanda rasa hormatnya kepada ibunya. Namun, ibunya itu selalu menolak jika punggung tangannya dicium oleh Kim. Hal yang berbeda terjadi empat hari terakhir ini. Ibunya tak lagi menolak ketika Kim mencium punggung tangan ibunya. Bagi Kim, ini saja sudah menjadi perubahan sikap yang luar biasa pada ibunya. Kim berharap ibunya kembali menjadi sosok ibu yang hangat dan penuh kasih sayang seperti dulu.

Inseparable Love ✔ (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang