Sepanjang jalan, hati Frey terasa gelisah dan cemas. Seketika, pikirannya langsung tertuju pada Kim. "Kenapa aku merasa gelisah seperti ini? Ahh...aku baru saja berpisah sejenak dengan Kim. Tapi, dirinya sudah memenuhi pikiranku," gumamnya.
Mobil Frey berhenti ketika lampu lalu lintas menyala warna merah di pinggir jalan. Hatinya terus gelisah. "Kenapa dengan diriku?" Pikirannya tentang Kim pun mulai kacau. "Apa terjadi sesuatu pada Kim?"
Sebelah tangan Frey meraih ponsel dan menghubungi Kim. Sekali, dua kali hingga ke sepuluh kali panggilannya tidak dijawab oleh Kim. Hatinya semakin gelisah. "Kenapa kau tidak menjawab panggilan dariku, Kim? Apa kau sudah tidur? Atau ada sesuatu yang terjadi padamu sekarang?"
Setelah lampu lalu lintas berubah warna hijau, Frey bergegas memutar setirnya. Berbalik arah dan kembali ke jalan menuju rumah Kim. Dia berusaha berpikir positif bahwa Kim baik-baik saja. Tapi, kegelisahan yang dialami hatinya membuatnya dipenuhi rasa cemas pada diri Kim.
Setelah tiba di depan halaman rumah Kim, Frey melihat kondisi rumah itu masih sama seperti sebelum dia pergi meninggalkan tempat itu. "Pintu rumahnya masih terbuka. Jika mereka semua sudah tidur, tidak mungkin pintu rumah masih terbuka. Sepertinya, firasatku benar. Ada sesuatu yang sudah terjadi."
Frey bergegas membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil. Kakinya melangkah lebar memasuki area halaman rumah Kim dan mempercepat langkahnya ketika samar-samar terdengar suara Miranda dan Lorenza yang seperti orang berdebat.
Frey membelalakkan matanya ketika melihat Kim yang sudah tidak berdaya karena Miranda mencekik leher kekasihnya. Sedangkan, Lorenza sedang berusaha melepas tangan Miranda.
Sekejap, tatapan Frey berubah nyalang. Tak seorangpun pernah melihat sisi lain dari diri Frey ketika amarah mulai menguasai dirinya. Dia akan berubah lebih kejam dari dirinya yang biasa. Terlebih, ada orang yang melukai gadis yang dicintainya seperti saat ini. Tak peduli jika orang itu adalah seorang wanita yang masih muda ataupun sudah berumur tua.
Kedua tangan Frey terkepal erat. Rahang di wajahnya mengeras seiring tatapannya yang lurus ke arah Miranda. Pria itu menyentakkan tangan Miranda membuat tangan gadis itu langsung terlepas dari leher Kim.
Kim langsung terduduk lemas di lantai seraya terbatuk-batuk. Lorenza segera mengangkat tubuh Kim dan membantunya untuk berjalan menuju kamarnya.
Belum sempat Miranda menatap seseorang yang menyentakkan tangannya tadi, Frey langsung melayangkan pukulannya ke wajah Miranda. Gadis itu tersungkur ke samping dan tubuhnya membentur keras ke dinding.
"Awww...," rintih Miranda seraya menahan sakit yang teramat sangat pada rahang wajahnya dan sebagian tubuhnya yang terbentur dinding.
Frey berdiri di samping tubuh Miranda yang tak berdaya di lantai. Sorotan matanya belum berubah. "Beraninya kau melukai Kim! Aku sudah berbaik hati mengampuni perbuatan kasarmu kepada Kim. Tapi, kau nekat hampir membunuhnya. Untung saja, aku cepat datang ke sini. Jika saja aku terlambat, mungkin nyawa Kim tidak tertolong lagi dan aku akan mrmbuatmu lebih dari ini, Mir. Kau benar-benar keterlaluan! Sikapmu ini sulit untuk kuampuni. Kau harus membayar semua kesakitan yang dialami Kim dengan hal yang setimpal."
Miranda susah payah menelan salivanya. Kepalanya terus tertunduk. Dia merasa Frey masih menatapnya. Tak berani menatap wajah Frey. "Aku hanya melampiaskan rasa kesalku pada Kak Kim."
Frey tersenyum miring. Dia tahu maksud rasa kesal yang diucapkan Miranda. "Melampiaskan rasa kesal dengan mencekik leher kakakmu?" sindirnya.
Frey setengah berjongkok di samping Miranda seraya menjambak rambut panjang Miranda ke belakang membuat kepala gadis itu mendongak ke atas. "Apa pantas kau berbuat seperti tadi kepada kakakmu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inseparable Love ✔ (SUDAH TERBIT)
Romance#1 Racing (20-04-2020) Di balik kematian ayahnya, tersimpan sebuah rahasia besar yang mengungkap identitas Kimberly Schett yang sebenarnya. Orang-orang yang pernah ada di masa lalunya juga bermunculan. Berkat bantuan Alfrey Herwingson-kekasihnya dan...