#09.

774 36 3
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

"Gu-gue ada dimana?" ucap Raysa dengan suara yang serak dan parau. Ia melihat sekelilingnya untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar gudang yang sangat kumuh. Banyak kursi dan meja yang rusak tidak terpakai lagi.

Namun ada sosok yang tertangkap dimata Raysa, ia adalah lelaki yang memakai celana jeans dan berkaus hitam ia juga memakai penutup muka agar tidak diketahui sosok tersebut

"Anjing!, kenapa gue diiket segala!" ucap Raysa kesal. Kedua tangan dan kakinya diikat agar tidak bisa lepas dengan mudah

"Udah bangun lo?" ucap lelaki itu menatap Raysa remeh

"Gak gue belum bangun, ck ya jelas lah gue udah bangun! Mata lo picak apa!?" decak Raysa. Padahal udah liat Raysa bangun dari pingsannya malah ditanya lagi!

"Sempat-sempat nya lo ngelawak," ucap laki-laki yang mungkin seumuran dengan Raysa lalu ia tertawa renyah

"Siapa yang ngelawak coba?! Emang sini ada stand up comedy apa?!" ucap Raysa kesal dan sangat kesal

"Woey! Diem bae lo mah!, buka topeng monyet lo!!" suruh Raysa

"Kalo gue gak mau gimana?" tanya Lelaki itu remeh

"Halah!, cowo kok malu? cem khocenk aja!" ejek Raysa agar cowo itu tersulut emosi dan membuka penutup mukanya. Hmm Raysa pintar jugak yha

"Oke gue bakal buka," ucap lelaki itu. Lalu ia membuka penutup wajahnya dari mukanya. Yups Raysa sangat terkejut saat melihat sosok siapa yang menculiknya, muka laki-laki itu sangat tidak asing bagi Raysa. Atau mungkin Raysa mengenalinya!

"Genathan?" tanya Raysa kepada sosok yang ia kenali
"Lo enggak kenal gue?!" teriak Raysa histeris kepada Genathan. Sedangkan sosok yang dipanggil hanya diam membisu

"Gue Raysa!, yang pernah nolongin lo pas elo dibully waktu SMP!" ucap Raysa makin histeris bagaimana bisa orang yang telah ia bantu bahkan yang menjadi temannya malah membuatnya seperti ini. Sungguh Raysa sangat tidak menyangka bahwa kejadian ini terjadi karena ulah teman SMPnya

"Raysa," hanya kata itu yang disampaikan Genathan. Hanya ketidak percayaan yang membuatnya bisa menculik teman baiknya sendiri. Teman yang menyelamatkannya dari pristiwa pembulian sekolah

"Kenapa lo nyulik gue. Gen?!" teriak Raysa yang butuh kepastian

"Gue gak ada niat buat nyulik elo, Ray!"

"Maaf," lirih Genathan, ia benar-benar sangat menyesal atas perlakuannya

"Gue percaya ama lo, dan gue maafin elo tapi lepasin gue dulu" tanya Raysa lembut dan Genathan melepaskan ikatan yang terbelit ditangan Raysa dan kakinya

"Gue disuruh ama Felacya helend tapi yang bayarin gue bukan dia," aku Genathan

"Jadi? Siapa?" tanya Raysa

"Keira siregar ama Keicy siregar," ujar Genathan

"Bangsat! Kenapa elo kasih tau!?" ucap Lacy keluar dari persembunyiannya dan tentunya bersama Keira dan Keicy kedua antek-anteknya yang lebih kaya daripada bossnya

"Gen, lo harus pergi sekarang!" suruh Raysa dan ia berdiri dari kursi kayu dimana ia diikat dengan tali

"Tapi Ray," ucap Genathan

"Gak ada tapi-tapian, lo tenang aja gue bakal urusin anjing komplek ini!" ucap Raysa dan Genathan pergi menuju pintu gudang melarikan diri

"Wah wah wah," ucap Raysa sambil bertepuk tangan
"Ada biduan kampung kayaknya," ejek Raysa. Raysa adalah tipe yang lebih suka nyindir didepan daripada gibah dari belakang. Entah kenapa bagi Raysa menyindir seseorang lebih seru karena orang itu akan merasa disindir dan emosi, dan itulah moment favoritnya orang itu akan marah dan menciptakan sensasi yang menegangkan. Sungguh menyenangkan!

"Lo bilangin kita, Hah!?" ucap Lacy tak terima

"Eh elo merasa kesindir?" ejek Raysa kian menjadi

"Yaiyalah!" ucap Lacy yang tersulut emosi

"Bagus deh kalo gitu, biar insap lo. Make dandan yang tebel tebel sama baju sempit koyak koyak kek kurang bahan," ucap Raysa

"Lo ngiri gue mirip Selena gomez?" ucap Lacy, sungguh Raysa baru mengetahui sang primadona SMA Gradijaya memiliki tingkat kepedean yang terlalu tinggi

"Mirip Selena gomez kagak, mirip pemulung iya," cibir Raysa

"Halah, palingan dia syrik gara-gara kita punya badan montok ya girls," ucap Lacy kepada teman-temannya dan dibalasi seringai anggukan oleh Keira dan Keicy

"Gue emang tepos, tapi gue mikir"
"Daripada punya badan montok gara-gara digrepe om-om mending tepos tapi alami. Cuih dasar lonte," ejek Raysa makin menjadi lagi

"LO!?" ucap Lacy menunjuk wajah Raysa sedangkan Raysa? Ia hanya menampakan wajah santainya. sepertinya Lacy telah kehilangan kata-kata untuk melawan Raysa

"Apa? Kehabisan kata-kata lo ya?" ejek Raysa menirukan apa yang dilakukan Lacy kepadanya. Tapi bedanya dengan cara mengejek

"Jangan macem-macem Lo?!" ucap Keira dan Keicy bersamaan

"Santailah wahai Upin-ipin," ucap Raysa meredakan amarah para wanita yang sedang emosi ini

"Lo bilangin gue Upin-ipin hah!?" ucap Keicy dan Keira bersamaan

"Trus? Mau gue bilang mirip ondel-ondel gitu?" ucap Raysa menaikan sebelah alisnya

"Huahahaha ondel-ondel anjerr"

Tunggu, Raysa mengenal suara ini. Ini pasti suara...

Delva!

Tapi dimana orangnya?

"Hai beb," sapa Delva menaikan telapak tangannya

Devin, Reyga, Rafan, Bastian, Delva dan Lovi memasuki gudang dan melihat sosok Raysa yang sedang adu mulut dengan Lacy Cs

"Kalian? Kenapa kalian bisa ada disini?" ucap Raysa tidak percaya

"Entar aja penjelasannya ya beb, kita urusin ondel-ondel dulu." ucap Lovi

"Ayuk Vi, tangan gue udah gatel nih," ucap Delva menaikan lengan kemeja sekolahnya

"Yuk," balas Lovi
"Heh otong unyil, kenapa lo nyulik temen gue hah? Bisa-bisa nya lo cari masalah ama dia. Kalo satu orang teman kita terluka maka kami semua akan membalas luka itu dengan pisau yang lebih tajam!" sinis Lovi. Sedangkan Raysa dan Delva hanya tercengang mendengar perkataan Lovi. Tumbenan dia bijak

"Santai gengs, kita bisa nyelesain masalah ini dengan baek-baek," ucap Raysa menenangkan kedua sahabatnya

"Kalo dia jahat ama elo, kita bales jahat juga dongg! Bener gak Vi?" ucap Delva

"Bener!" sahut Lovi

"Udah-udah, kata Raysa benar, kita harus nyelesain masalah ini dengan kepala dingin," celetuk Rafan

"KENAPA LO NYULIK RAYSA!" amarah Devin meluap. Ia menunjuk Lacy bersama antek-anteknya. Sementara mereka? Mereka bertiga gemetar ketakutan melihat Devin seperti ini

"Dev, jangan bawa emosi." ucap Reyga

"Gue gabisa diem lagi kalo Raysa udah diginiin, Rey," ucap Devin yang masih bergelut dengan emosi

"Woy, kenapa lo diam aja! Hayu gelud!" sahut Delva yang sudah terbawa emosi

"Usir mereka dari kampung ini!" teriak Lovi

"Sekolah Vi, bukan kampung." koreksi Bastian

"Oh iya,"
"Usir mereka dari Sekolah ini!" ucap Lovi

"Gue diam aja dah," ucap Bastian

"Yang ada masalah siapa, yang marah siapa. Hadehh," ucap Raysa dengan suara yang dikecilkan sambil memegang kedua pelipisnya pusing.

***

DEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang