#17.

490 26 0
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

Vote and coment nya diisi okee

Setelah pulang sekolah, Raysa memutuskan untuk makan lalu membersihkan dirinya dan tak lupa untuk rebahan dikasur kesayangannya.

Merenungi masalah yang ia hadapi, membayangkan bagaimana ia sukses nanti. Halah, hobi nya aja rebahan gimana mau sukses?

Suara motor terdengar ditelinga Raysa, dan tiba-tiba suara itu berhenti, dan datang lagi suara bel rumah Raysa. Ya, karena Raysa orangnya tu kalem, adem, ayem. Jadi dia santai aja buat ngebukain pintu sendiri, karena ia tidak mau ngerepotin para pembantu rumahnya.

Bagaikan langit jatuh menimpa tubuh Raysa, darahnya berdesir "Kenapa lo ada disini?"

Lelaki itu berdecih "Terserah gue lah, gue yang kepengen kenapa elo yang ribet."

Raysa tersenyum tulus, ia merasa ada hal yang membuatnya bahagia. "Maksud gue, lo ada perlu apa sampe kesini." ucapnya terus mengukir senyum

Lelaki itu mengernyit "Tumben lo ga maki-maki gue." ucapnya "Biasanya nolak pas gue deketin."

"Gue bahagia, karena seorang Reviko Robinson telah merubah wujudnya ke yang asli." ucap Raysa mantap.

Ya, itu adalah Viko. Raysa bahagia karena Viko menjadi Viko yang asli. Viko yang ketus, ngeselin, buat orang nangis, adalah sifat asli Viko saat ia masih kecil. Viko dan Raysa adalah teman kecil saat masih Taman Kanak-kanak.

Falshback saat Viko dan Raysa dimasa TK

"Vikoo, udah berapa kali ibu bilang. Jangan kamu iselin Raysa," ucap bu guru menggeleng-geleng kan kepalanya.

Seorang anak perempuan menangis dari tadi, boneka beruang merahmudanya diambil Viko dan di lempar ke atas genteng sekolah.

Boneka nya diambil oleh guru setempat, sedangkan Raysa terus menangis tanpa henti walaupun ia telah mendapatkan boneka kesayangannya.

Tetapi, ia menangis karena anak laki-laki dihadapannya. "Ihh cengeng, masa anak manusia cengeng sih." ejek anak lelaki itu, lalu ia memeletkan lidahnya kearah Raysa.

Emang biadap Viko itu, masih kecil ini aja udah nakal, apalagi udah gede

Raysa menayringkan suara tangisnya "Manusia emang bisa nangis hiks, gak kayak kamu ga bisa nangis. Eh, kamu manusia yah?"

Astaghfirullah. Batin Seorang guru istighfar melihat kelakuan anak muridnya yang masih kecil ini

"Ye, aku ini manusia tauk! Kalau aku bukan manusia, udah aku makan kamu!"
Raysa kian menyaringkan suara tangisnya, bahkan ada guru yang menyumbat telinganya sendiri menggunakan tutup spidol karena ia tidak mau mendengar teriakan Raysa lagi.

"Huaa jangan makan aku hiks makan aja Bombom, badannya kan lebar kaya bu Indri."

Bu Indri pun hanya bisa menghembuskan nafas gusar "mentang-mentang badanku macam ini."

Setiap hari saat Raysa bersekolah, pasti saja ia diganggu Viko, hari ini adalah bonekanya menjadi korban, besok nya adalah krayon milik Raysa, besoknya lagi tasnya Raysa, besoknya lagi buku gambar Raysa dan parahnya lagi, saat Raysa hendak menyuap nasi goreng bekalnya itu, Viko melesat dan mendapatkan sesuap nasi goreng milik Raysa.

Siapa yang enggak kesel coba

Raysa adalah orang yang lemah, dikit-dikir nangis tetapi, ia bukan orang yang selalu meng adu kepada ayahnya maupun ibundanya. Setiap masalah ia akan berusaha menyelesaikannya sendiri.

Dan saat dua minggu sebelum kisah TK nya ini berakhir dan memasuki jenjang sekolah dasar, Raysa menghilang seakan-akan ditelan bumi.

Ia tidak lagi menampilkan batang hidugnya lagi dihadapan Viko. Viko pun cemas, dimana sobat pelampiasan isengnya?

Rasa bersalah muncul dibenak Viko, dan saat sehari kisah TK nya akan berakhir, ia berusaha mencari keberadaan Raysa

Pada hari pertama Raysa tidak sekolah, guru mengucapkan bahwa Raysa tengah sakit demam. Namun, Viko tidak mempercayainya.

Viko mendatangi rumah Raysa untuk mencari keberadaannya. Tetapi, hasilnya nihil, pembantu dan satpam rumah Raysa mengucapkan bahwa Raysa telah pergi ke Perancis kampung orang tuanya.

Rasa kehilangan dan bersalah terus menghantui Viko, ia terus berusaha mencari Raysa dipelosok kota dan hasilnya tetap tidak ada sama sekali.

Dan, saat Viko memasuki jenjang sekolah menengah atas, ia bertemu pujaan hatinya, ia bertemu dengan orang yang ia cari selama ini, selama sembilan tahun lamanya ia mencari, akhirnya berujung bahagia.

Flashback end.

"Oh, ternyata lo seneng karena gue ga ngejar-ngejar lo lagi?" ucap Viko sinis melihat Raysa yang tidak menghilangkan senyum daritadi, senyum yang Viko inginkan selalu.

"Gak gitu juga sih, seenggaknya lo udah kembali lagi kediri elo." balas Raysa

"Bukannya elo ga mau, kalo gue ini dihidup lo?" Raysa tertawa mendengar ucapan Viko

"Siapa bilang? Gue malah seneng ada orang yang ngisengin gue pas masih TK hadir lagi kedalam hidup gue."

"Lalu?, kenapa sifat lo seperti kemarin, seakan-akan lo menolak gue hadir kehidup lo lagi."

"Gue ga menolak orangnya, tapi gue menolak sikapnya." ucap Raysa tulus, "Walaupun kita enggak jalani hubungan kek dulu, seenggaknya kita masih bisa temenan, kan?"

"Oke, mari jalani hubungan pertemanan sekarang." Viko memajukan tangan kanannya kehadapan Raysa

Raysa menyambutnya dengan hangat, ia membalas jabatan tangan Viko. Setidaknya tiada lagi hubungan antar musuh bukan? Lebih baik ia berada dijalan kebaikan dan menerima kekurangan satu sama lain dengan menjabat sebagai teman.

"Ray." Raysa mendongak kehadapan Viko

"Kapan-kapan, dateng kerumah ya. Mamih kangen ama lo." ucap Viko dan diangguki kecil oleh Raysa.

"Gue, usahakan."

Semenjak Viko dan Raysa menjalin hubungan sebagai kekasih, ibu Viko telah mengetahui sosok Raysa, dan juga ia sudah tau Viko dan Raysa telah putus.

Syarla, ibunda Viko berpesan kepada anaknya, bahwa ia merindukan Raysa walaupun Raysa bukan pacar Viko lagi. Sebenarnya didalam benak Syarla ia ingin Raysa menjadi pacar anaknya namun, ia tidak akan memaksa Raysa untuk menjalin hubungan spesial dengan Viko.

*****

Aku singkatin hwuahaha

DEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang