#11.

744 30 0
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

Sebelum baca, follow dulu akun author

"Lo mau gak, jadi Pacar gue," ucap Devin santai

"HAH!? jadi pacar elu?" ucap Raysa mengerutkan dahinya dan menurunkan kedua alisnya. Sungguh ia sangat terkejut dengan penuturan Devin yang secara tiba-tiba.

"Mau gak jadi pacar gue."

"Tapi boong." sambung Devin yang diakhiri oleh tawa Devin yang sangat keras, ia sangat tertawa puas melihat ekspresi Raysa yang bingung dan terkejut. Karena gelak tawa Devin itu terlalu keras kayak bapak-bapak, sampai-sampai para pengguna jalan menatap Devin dan Raysa dengan tatapan yang tidak dapat dimengerti. Horror dah pokoknya.

Raysa hanya memasang wajah datar sedatar tembok. Entah apa yang ia rasakan setelah mendengar ucapan Devin yang menurutnya tidak ada unsur lucunya sama sekali.

'anjirlah ni anak. Boongin gue plus maluin gue didepan orang-orang pula' Batin Raysa kesal

Devin terkekeh kecil untuk sementara lalu berucap "Kaget lo?" ucapnya remeh

"Gak," ucap Raysa datar

"Aelah, lo ga bisa boong Ray." ucap Devin

"Gue ga bohong kok,"

"Lah, trus?"

"Gue merasa malu." ucap Raysa

"Karna apa?" tanya Devin

"Lo ketawanya kuat banget, sampe orang-orang pada liatin kita." jawab Raysa

"Ye maap." ucap Devin, dan kembali fokus kejalanan kota

"Lo tau rumah gue kagak?" ucap Raysa, lah bener jugak yah, Devin kan belum pernah pergi kerumah Raysa. Bagaimana ini?!

"Tau kok." balas Devin enteng

"Reyga ngasih tau?" ucap Raysa

"Nah tu tau!" ucap Devin dan tanpa disadarkan oleh mereka. Devin mengukir senyum yang tidak terlalu tipis.

"Betewe ni Dev, kenapa lo bisa tau kalo gue blom makan?" tanya Raysa. Lah iya juga yah, dari mana Devin tau kalo Raysa belum makan? Dan dimana ia bisa tau kalo Raysa mempunyai penyakit maag? Tunggu jawabanya setelah ini!

"Delva ama Lovi ngasih tau gue, kalo lo ga mau makan padahal lo belum sarapan tadi pagi kan?" ucap Devin

Raysa berdehem sebentar "Maksud lo, kedua makhluk titisan kodok zuma itu, ngadu ama lo?" ucap Raysa

Devin terkekeh kecil mendengar ucapan Raysa "iya," balas singkat Devin

*****

"Udah nyampe," ucap Devin menurunkan standar motornya kepermukaan tanah didepan rumah wanita yang ia ditugaskan untuk mengantar jemputnya.

Setelah mendengar ucapan Devin, Raysa langsung turun dari motor dan menyerahkan helm kepada pemiliknya yaitu siDevin. Ia ingin mengucapkan beberapa kata sebelum masuk kedalam rumahnya, karena telah mengumpulkan nyawa untuk bicara Raysa pun mengangkat suaranya "Mau masuk dulu?" ucap Raysa bagaikan bukan ia sepenuhnya. Bukan Raysa yang slalu kasar, nakal, menyebalkan, pemarah, tidak ada rasa malu, dingin, jutek lalu? Ia tiba-tiba mengatakan kata dengan sopan, bagaikan ia berbicara dengan guru.

"Gak, lo pulang aja sono." usir Devin

"Lah, lo ngusir gue?" ucap Raysa menunjuk dirinya sendiri

"Gak ah, kalo lo pergi, nanti siapa yang bakal nemenin hidup gue ini?" goda canda Devin yang terdengar sederhana dan garing. Garing-garing gitu bisa bikin hati Raysa terbang lho bisa aja hati Raysa pergi dari tempat seharusnya.

"Hahaha, lucu." ucap Raysa tertawa pura-pura dengan wajah yang datar

"Gue gak ngelawak kali." ucap Devin

"Trus? Ngapain?"

"Bikin lo terbang ke langit kedelapan,"

"Usaha yang bagus Devin. tapi sayang, rayuan lo gak berpengaruh." bohong Raysa. Sebenarnya hatinya memang berada dilangit kedelepan. Ia hanya merutuki kebodohannya dengan cara berbohong kepada Devin. Biar gak terlalu keliatan bapernya gais. Eh btewe emang ada ya, langit kedelapan? Entahlah apa yang dikatakan Devin kita ikuti aja, biar ga perpanjang durasi.

"Pulang lo sono! Gue mau balik." ucap Raysa ketus

"Enggak ah, udah PW." ucap Devin

"Gua mau balik Devin."

"Balik aja."

"Tapi lo pulang dulu."

"Iya, gue bakal pulang. tapi gue mau liat lo masuk rumah lo dulu."

"Ceweret banget sih lo jadi umat! Gue bakal pulang kok. Lo kira gue bakal kabur dari rumah gitu?" ucap Raysa

"Mungkin seperti itu pemikiran seorang Devino Alviuella Prasegaff." ucap Devin menopangkan dagunya shombong

"Tetapi sang Raysa Revinindya Vlarike tidak akan melakukan apa yang telah anda pikirkan," balas Raysa. Lalu ia menghembuskan nafasnya kasar.

"Mending lo balik aja deh, bokap gue itu orangnya keras," ucap Raysa lagi, memang benar adanya. Sang Elvaro De Vlarike selalu mendidik anaknya dengan cara keras.

Lelaki keturunan Perancis itu memang selalu jarang pulang karena ia sering bolak-balik dari Indonesia-Perancis sebab kerjaan dan keinginan nenek Raysa yang adalah blasteran dari Indonesia dan Perancis, neneknya selalu meminta El anaknya untuk tinggal diPerancis bersama keluarga. Namun, hal itu ditolak Revina karena ia rasa lebih baik membesarkan anak perempuannya ini diIndonesia dari pada diPerancis.

"dan Bokap gue lagi ada dirumah." sambung Raysa dengan wajah yang lesu. Kini wajah sang cassanova yang terkenal berubah menjadi cukup prihatin melihat ekspresi Raysa yang lemah tak berdaya. Sebenarnya Devin sudah cukup mengenali Raysa dari dekat maupun jauh, jangan tanya lagi bahwa siapa yang memberitahu Devin tentang Raysa. Pastilah Reygaldo Frha Derike yang menjadi sumber informasi tentang Raysa.

Devin pun ikut menghembuskan nafasnya gusar "Kalo gitu, gua pamit." ucapan terakhir Devin sebelum ia pergi melaju menggunakan motor sport nya meninggalkan Raysa yang masih menatap ekor motor Devin yang makin lama kian menghilang dan hanya suara kecil motornya yang terngiang ngiang dikepala Raysa.

Raysa hanya menatap kepergian Devin dengan tatapan lesu. Ya mau gimana lagi? Bila ayahnya tahu kalo Devin yang mengantarnya pulang akan membuat dunia terguncang.

Raysa memasuki rumah yang bernuansa sederhana namun mewah
"Raysa pulang," cicit Raysa menggunakan volume yang agak kecil. Lalu ia menatap sekitar rumah yang sepi namun, bagi Raysa, ia merasa ada aura yang sangat mencekam dari semua ruangan yang ada dirumahnya. Entah apa itu.

"Kok sepi ya?" ucap Raysa bingung. Bagi kalian yang beranggap kedua orang tua Raysa itu masih ada diPerancis. Salah, kedua orang tuanya telah pulang ketanah air Indonesia.

Raysa melangkah kedepan dengan hati hati, tiap langkah demi langkah ia selalu merasakan aura yang mencekam dan membuat bulu kuduknya merinding. Ia tetap berusaha berjalan dengan santai dan elegan seperti biasa namun, ia tidak bisa. Aura mencekam ini selalu menghantuinya.

"Siapa yang nganter kamu tadi?!, Raysa!" suara bariton yang khas itu terdengar sangat tegas

Wajah Raysa berubah drastis menjadi pucat dengan hati-hati ia menoleh kearah sumber suara. Keringat dingin bercucuran disana. Dan terlihat seorang pria paruh baya yang nampak masih muda karena wajahnya yang cukup tampan dan ada perpaduan antara Indonesia dan Perancis.

***

DEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang