#15.

557 25 0
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

"Ray, lo udah tidur?" tanya Lovi yang masih memandang langit-langit kamar yang bernuansa hangat dan cerah itu.

Raysa baru saja ingin memejamkan matanya, malah ia mendengar Lovi bicara. Ya terpaksa Raysa bangun lagi dari setengah tidurnya. Huh, padahal lagi berjuang menggapai mimpi.

Raysa berbalik badan "Kenapa Vi? Lo aus? Lo pengen boker. Cus bilang aja," ucap Raysa menatap Lovi yang asik memandang langit kamar Raysa.

"Apa abang gue bakal balik lagi?" ucap Lovi lirih tanpa melihat Raysa

"Abang lo bakal balik Vi, lo percaya ama gue. Walopun abang lo gaada disisi lo, kita kita masih ada kok," ucap Raysa menenangkan Lovi dari kerisauan Lovi tentang abang laki-laki satu-satunya yang ia punya, Govi pergi keluar kota untuk melanjutkan kuliahnya. Govi Oktavian sebenarnya sudah mengetahui keadaan keluarganya saat ini. Dan Govi berjanji kepada adiknya bahwa ia akan kembali suatu saat nanti. Entah kapan itu.

Lovi berdehem lirih, ia menarik napas panjang dan menghelanya "Iya, mungkin bang Govi lagi berjuang disana," ucap Lovi yang masih setia memandang langit kamar Raysa.

"Udahlah Vi, lo tidur aja sekarang. Lo jalanin hidup ini dengan baik, ortu lo bakal seneng liat anaknya udah gede dengan baik tanpa ada halangan apapun. Walopun ortu lo udah gak kaya diekspetasi elo. Tapi, gue ama Delva masih ada buat nemenin lo disaat senang maupun susah." ucap Raysa menenangkan Lovi.

Lovi berdeham, lalu ia menarik napas sepanjang mungkin. Ia mencoba memejamkan mata nya dengan susah payah. Namun, hasilnya nihil. Lovi tetap tidak bisa tidur dengan baik.

"Ray, gue gabisa tidur." ucap Lovi lemah

"Sama, gue gabisa tidur juga, apa perlu kita adain pesta menginap yah?" ucap Raysa

"Kalo gitu, gue chet Delva, eh tapi dia boleh keluar malem-malem gini?" ucap Lovi

"Halah, lo santai aja. Delva kan anak malam." ucap Raysa

"Oh yaudah deh." ucap Lovi mengambil telepon selulernya. Ia membuka roomchatnya bersama Delva.

Lovi: Delva yuhuuu ada orangnya gak nih

Delva: ihh maap ya dek, ga nerima sumbangan

Lovi: anju -_-

Lovi: btw nih, gue lagi nginep dirumah Raysa. Lo mau ikut kagak? Biar kaya ada slipoper gitu

Delva: sleepover anju-_-

Lovi: nah itu maksutnya

Delva: yodah gue otw

"Kata Delva, lagi otewe katanya." ucap Lovi

"Yuk, nungguin siDelva diruang tamu." ajak Raysa dan dibalasi anggukan kecil Lovi. Raysa keluar dari kamarnya lalu, ia menuju ruang tamu yang berada dilantai satu. Lovi hanya bisa membuntuti Raysa dari belakang punggungnya.

Tok..tok..tok

"Ada orangnya ga nih, yuhuuu" ucap seseorang dibalik pintu. Sudah jelas itu adalah Delva.

Raysa membukakan pintu untuk Delva "Kalo ada bel kenapa lo harus ketok pintu segala?" ucap Raysa seraya melirik bel yang berada disamping kiri pintu.

"Ini namanya. kalo ada yang sulit kenapa harus yang mudah?" sahut Lovi yang datang dari belakang Raysa.

"Gue lupa hehe." cengir Delva

"Hilih, masih muda malah pikun. Halu lo!" cibir Lovi

"Yaudah yuk masuk." ucap Raysa dan Delva langsung masuk kerumah Raysa yang luas tapi sepi. Kan aneh.

"Rumah lo sepi bat, Ray." ucap Delva

"Bonyok lagi ke Perancis dan pembantu pada pulang kampung." ucap Raysa. Ia menghela nafas gusar "Untung aja kalian disini nemenin gue." sambungnya.

"Yaelah, yang namanya temen itu gaada rasa sungkan sama sekali Ray, we are friend's jangan sampai ada rahasia diantara kita bertiga ye." ucap Delva

"Idih, sok Inggris lo. Padahal ulangan bahasa Inggris aja masih remedial." celetuk Lovi

"Ganggu suasana aja kerjaan lo!" ucap Delva menoyor jidat lebar Lovi

"Ishh. kasian jidat gue, udah lebar tambah lebar." ucap Lovi menunjukan jidatnya yang sebesar landasan pesawat terbang.

Raysa terkekeh "Kalian masuk aja dulu kekamar, gue mau ngambil cemilan." Lovi dan Delva mengangguk kan kepala mengerti apa yang dikatakan Raysa. Mereka pergi kelantai dua menuju kamar Raysa.

Sesudah Raysa mengambil beberapa cemilan dan minuman, ia langsung beranjak pergi dari dapur dan menuju tempat yang sudah disinggahi oleh dua makhluk astral dan tidak kasat mata atau bisa disebut duo absurd yang tidak mempunyai urat malu sama sekali. Raysa menuju tempat itu atau yang disebut kamarnya sendiri.

Raysa memasuki kamarnya sandiri sambil membawa cemilan dan minuman yang sudah berada ditangannya.

"Nih, cemilannya." ucap Raysa menaruh bebarapa cemilan diatas sebuah meja dan dikelilingi oleh 3 single sofa dikamarnya. "Jangan lo abisin ya Vi, kasi juga Delva." peringat Raysa kepada Lovi yang sedang menyengir tidak jelas. Sudah menjadi kebiasaan Lovi saat memakan samua makanan dirumah tuan rumahnya. Sedangkan cemilan dirumahnya sendiri sering nganggur tidak ada yang mau memakaninya. Kecuali saat teman-temannya berkunjung.

"Pa kabar nyokap lu?" tanya Delva kepada Lovi yang sedang asyik memakan cemilan sambil duduk disofa.

"B aja," ucap Lovi tidak minat. Ibu Lovi adalah seorang yang selalu mencari nafkah untuk keluarganya. sedangkan ayahnya, ayahnya yang selalu menghawatirkan keluarganya dan selalu memperhatikan keluarganya walaupun caranya salah.

Lovi merasa kedua orang tuanya saling berpindah profesi, ayah Lovi adalah pengangguran dan ibunya lah yang mempunyai pekerjaan tetapi, Lovi tidak mengetahuinya. Ibunya tidak pernah memperdulikan anaknya setelah ayah Lovi bangkrut, Yang ia pikirkan bagaimana bisa menghidupkan keluarganya. Namun, hal yang sangat Lovi kecewakan pada ayahnya yang selalu mengambil uang ibunya diam-diam untuk modal usaha tetapi selalu saja bangkrut dan jarang pulang kerumah. Lovi kecewa berat dengan kedua orang tuanya namun, masih ada rasa syukur didalam hatinya.

"Aelah, jadi mellow lagi kan!" ketus Raysa melirik Lovi. "Eh, btw. Lovi sekarang punya doi lho." ucap Raysa mencairkan suasana. Delva langsung mendekat kearah Raysa. Sedangkan Lovi hanya mengerutkan alisnya bingung.

"Siapa tuh?" tanya Delva penasaran.

"Kasi tau gak yaa?" ucap Raysa menggoda

"Emang siapa, Vi?" tanya Delva menoleh kearah Lovi.

"Gue juga gatau." ucap Lovi sambil mengangkat kedua bahunya dan menggeleng kepalanya cepat.

"Ihhh Raysa jangan bikin gue penasaran deh." ucap Delva kembali menoleh dan menatap Raysa dengan tatapan kesal.

"Lah? Masa lo ga tau sih Vi? Rafan woi!" ucap Raysa

"Oh iya, emang bener gue suka ama Rafan si." ucap Lovi "Tapi cuma ada rasa kagum dihati gue." sambung Lovi.

"Hilih bacut." cibir Delva

"Eh, lo ga ngeband Vi? Ini malam minggu lho." tanya Raysa

"Oh iya bener, kenapa lo gak ngeband Vi, kan malem minggu banyak pelanggan?" tanya Delva menimpali.

"Gue izin ama kak Ozi buat ga ngeband malam ini. Cuma mau ngerefreshing diri aja." jawab Lovi, Lovi mengikuti band saat memasuki kelas 10 SMA karena usulan Delva saat itu. Tujuannya adalah mencari uang dengan hasil keringat sendiri karena saat itu uang untuk Lovi terus diambil oleh ayahnya.

Bandnya hanya ada bebarapa orang dan diketuai oleh Ozi yang sudah lulus SMA. Ozi mengenal Lovi karena ia adalah tetangga Lovi. Lovi bertugas menjadi vokalis karena suaranya yang bagus, dan itu adalah kesempatan besar untuk Lovi. Karena ia dapat menghasilkan uang untuk dirinya sendiri dan terserah apa yang ia mau saat memakai uang itu. Tanpa menyusahkan orang lain.

Lovi menginap dirumah Raysa selama dua hari. Pada hari senin ia tidak sekolah, karena saat itu Lovi meresa tidak enak badan dan ia izin sakit. Lalu, ia pulang pada siang hari.

***

DEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang