#22.

436 25 3
                                    

MAAF KALO ADA TYPO

Bila cinta datang karena terbiasa, maka melupakan juga akan datang karena terbiasa bila tanpa kehadirannya.

"Raysa, kamu tidak takut dengan saya sedikitpun?" ucap Viona meninggikan nada bicaranya.

"Takut? Ama lo? Paling lo keluar dari perut manusia juga sama kek gue. Kalau lo dari perut anjing dan gue perut kucing baru." ucap Raysa

"Kamu menyamakan saya dengan anjing? Kamu ternyata sangat kasar terhadap orang lain." ucap Viona

"Emangnya orang seperti anda berhak untuk dilembutkan?" tanya balik Raysa

"Udahlah Viona! Kau memang tak pantas dilembutkan. Tinggal duduk saja apa susahnya sih." Lovi mulai geram dengan Viona.
Viona mulai duduk dikursi dan menaruh nampan dimeja.

Delva datang sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Lalu membagikannya kepada teman-temannya. "Eh ada murid new, ngapain disini?"

"Apakah anda tidak lihat?" ucap Viona

Delva mulai terbawa emosi, Delva jadi mengetahui kenapa Raysa membenci murid baru yang belagu ini. "Wel, gue udah baik ama lo. Lo malah minta dikasarin, pantas aja banyak orang yang suka kasarin lu." Delva duduk dan menyantap makanannya tanpa menunggu jawaban Viona.

"Kalian bertiga memang tidak mempunyai etika sama sekali. Pantas saja tidak ada yang mau dekat sama kalian bertiga." lawan Viona.

Raysa jadi heran, masih beraninya Viona melawan. "Bila kami tidak mempunyai etika, kenapa lo masih pengen deket sama kita!"

"Ayo Raysa! Kamu pasti bisa melawan anak manusia yang keluar dari perut anjing ini. Semangat!" suport Delva.

"Asyique, dapet tontonan gerates." ucap Lovi sambil memakan baksonya.

Ada empat lelaki yang menghampiri meja Raysa. Dan orang itu adalah TheRolve. Raysa tidak peduli dengan tatapan orang lain, ia tetap menatap tajam Viona.

"Eh lo anak baru itu?" ucap Reyga menunjuk Viona.

"Iya." ucap Viona sambil tersenyum lebar. Raysa Cs mengumpat dalam hati saat melihat tingkah laku Viona saat melihat cowok yang bening.

"Kenalin, gue Bastian. Ini Reyga, Devin sama Rafan." ucap Bastian yang terdengar lebih cuek.

"Aku Viona." ucap Viona tersenyum

"Gue Delva, ini Raysa sama Lovi." ucap Delva sengaja.

"Lah kalian belum kenalan?" tanya Rafan

"Ye." jawab Lovi acuh

"Kok kalian cuek sama anak baru ini?" tanya Rafan kepada Raysa Cs

"Aku juga ga tau, padahal aku murid baru langsung dibenci kaya gini. Salah aku apaan sih." ucap Viona memelas.

Sumpah, Lovi sangat ingin unyeng unyeng Viona lalu diikat dan ditendang kesamudra pasifik. Eh segitiga bermuda saja. "Kita benci karena ada hal yang kami tidak suka, kamu jangan menebar fitnah yang belum pasti deh." ucap Lovi memandang Viona.

"Dan kalau kamu tidak suka dengan perlakuan kami. Pergilah dan jangan kembali lagi." ikut Raysa.

"Udah, daripada kebanyakan cocot. Mending lu pergi aja deh. Disini bukan wilayah berbahasa baku seperti anda." imbuh Delva 

"Emang kenapa kalau dia berbahasa baku, kalian tidak bisa memaksa Viona buat ngikutin kalian." celetuk Devin dengan nada datar.

Raysa terkejut, kenapa Devin malah membela Viona. Raysa tahu kalau Viona memang cantik tetapi tidak secantik hati busuknya.

Bukan Raysa saja yang terkejut, ternyata semua temannya. Bisa-bisanya Devin seperti ini. Devin telah berubah, berubah dari yang dulu.

Raysa geram, geram dengan orang orang ini. "Lebih baik jangan membuat masalah lebih besar, Devin. Lo ga tahu apa yang terjadi sebenarnya." peringat Raysa.

"Bukannya kalian bilang tadi telah menyimpulkan apa yang terjadi. Gue ga bela Viona, tapi gue cuma mau bela yang benar." ucap Devin kepada Raysa.

"Oke, kalau lo merasa dia yang paling benar! Disaat nanti jangan harap gue bakal mau jadi orang yang deket sama elo." jari Raysa mengacung dihadapan Devin.

Sedangkan Devin. Ia hanya memasang wajah datarnya. "Gue ga berharap lo deket sama gue. Lo itu terlalu geer kayanya."

Skak, itu yang dirasakan Raysa. "Kalau lo ga menyadari kehadiran gue. Gue terima, gue bakal pergi dari kehidupan lo. Puas kan?"

Raysa keluar meninggalkan kerumunan yang asik menonton pertarungan antar dua sejoli tadi. Raysa lebih baik meninggalkan daripada ditinggalkan, lebih baik merasa sakit dahulu dan biarlah kemanisan akan datang.

Lovi beranjak dari kursi, tak lupa juga Delva. "Tenang Vin, Raysa bakal pergi kok, jadi gaada yang bakal deketin lu lagi, gaada lagi orang yang lo antar  pulang. Lo bebas sekarang." ucap Lovi menepuk sebelah pundak Devin. Lalu pergi bersama Delva.

"Makasih ya Devin. Kamu mau menolong aku, aku ga bayangin bakal gimana akhirnya bila tanpa kamu." ucap Viona tersenyum manis kearah Devin.

Kerumunan nampak meninggalkan Devin Cs yang terdiam disana. "Gue gabakal musuhin lo gara gara cewek Vin. Tapi jangan harap lo bakal ngantar Raysa pulang lagi, biar itu urusan gue sama Viko." ucap Reyga.

"Emang harus Viko?" tanya Devin bagaikan ada sisi ketidak terimaaan.

"Ya, soalnya Viko adalah cowo yang paling deket sama Raysa selain gue, dia punya hak lah buat Raysa, walo mereka udah putus, tapi mereka baik aja kok." jawab Reyga

"Gue setuju sama Reyga Vin, sementara ini lo ga boleh deket sama Raysa, terpaksa lo harus vakum dari dia." ucap Rafan membenarkan Reyga.

"Gue juga Vin, kita bukan temen bodoh yang bakal ninggalin temennya gara gara perihal masalah tentang cewe." sahut Bastian.

"Inget Vin, mulutmu harimau mu." hanya beberapa kata yang diberi Reyga kepada Devin, namun memberi makna yang penuh arti dibaliknya.

"Dan satu lagi bro," ucap Reyga.

"Keknya Viona itu memang berbahaya Deh."

*****

"Lo serius Ray? Bakal jauhin Devin." tanya Lovi.

"Entahlah, tapi keyakinan gue emang mau jauhin Devin dulu." jawab Raysa

"Udah kali Ray, lo selalu ngambil keputusan make emosi. Awas nanti nyesel loh." ucap Delva.

"Gue gabisaa," ucap Raysa pasrah, karena ia tidak bisa mengendalikan emosi dan perkataanya. "Tapi, keknya gue sama Devin perlu sendiri dulu."

"Perlu sendiri? Yaodah gua tinggalin. Mau?" ucap Lovi.

"Bukan kek gitu Lovi, maksutnya kita berdua tuh perlu berjauh diri." ucap Raysa.

"Sebenarnya emang ada benernya sih kata lu. Kenapa akhir akhir ini Devin makin keterlaluan ama lo ya? Keknya dia ga mau lo suka sama dia." ucap Delva kepada Raysa.

Lovi berdecak keras, "Kenapa akhir akhir ini Devin susah ditebak yah? Tapi Ray, gue setuju dengan keputusan lo, biarkan Devin menyesal diakhir nanti."

"Betewe Viona itu kok mencurigakan, entah ini perasaan gue doang atau apaaan,dia keknya suka sama Devin deh." pikir Delva.

"Gue juga ngiranya gitu." ucap Lovi membenarkan Delva.

Raysa membuka keran dan mencuci mukanya, setelah itu ia memakai handuk kecil untuk mengeringkan wajahnya. "Gue kali ini harus terbiasa tanpa dia, sebelum awal kisah bakal dimulai."

*****

Bagi kalian yang ga ngerti quote diatas, udah diem aja

Riau, 15.13

DEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang