Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa merekaKarena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok
yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa laluEngkau adalah busur tempat anakmu menjadi anak panah yang diluncurkan
***
Bagaimana jika potongan puisi Kahlil Gibran yang pernah kubaca itu, 'Anak-Anakmu,' adalah apa yang kiranya kali ini kupegang sebagai tujuan hidup?
Bagaimana jika aku muak dengan tali pengekang yang terus buatku terkungkung dalam sangkar?
Aku ingin punya impian. Lebih besar dari masa lalu, lebih tinggi dari rasa takut. Tapi mengapa ia yang satu-satunya kupunya justru menolak? Padahal ia juga sembunyikan keputusan sepihak yang sama.
Lantas, haruskah aku marah atau justru tetap diam hingga habis seluruh napas, sebab dipaksa berhenti oleh sekitar?
***
"Layung, denger! Sekali Mama bilang nggak ya pokoknya nggak."
"Tapi itu impian aku, Ma!"
"Kamu nggak akan tau gimana rasanya khawatir dan kehilangan."
"Mama juga nggak akan tahu gimana rasanya nggak pernah punya pilihan."
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKANG
Roman pour AdolescentsImpian yang dipaksa berhenti sebab tak pernah punya kekuatan apa-apa.