•MENGAGUMIMU (LAST PART)

23 4 2
                                    

"Sampai jumpa dikehidupan yang akan datang, temanku"

-melyana prameswari.

Happy reading:)

Mely pov.

2 tahun kemudian...

Hai, sudah lama aku tidak bercerita kepada kalian tentang lelaki yang berjiwa hangat itu. Sepulang sekolah tadi, aku sempat mendatangi makamnya. Menceritakan segala hal tanpa ada yang tertinggal kepadanya, ajibayku. Biasanya dulu dia selalu menanggapi curhatanku dengan senyum manis, atau tawa bahagia, kini semua hanya sebatas semu.

Setiap perlakuannya, apapun yang berkaitan dengannya hanya bisa ku bayangkan dan suatu saat berharap agar bisa kulihat kembali.

"Bay, gue suka sama orang lho, sekarang" aku tersenyum tipis  lelaki baru yang mulai menyapa radiusku. "Dia aneh bay, dia suka sinis sama gue, dingin, ngeselin pokoknya. Sedangkan kalo sama orang lain dia ramah banget. Tapi positive thinking aja deh bay, gue diperlakukan berbeda berarti gue istimewa." Aku tertawa, menertawai diriku sendiri.

Ku usap batu nisannya secara perlahan, sekuat tenaga menahan tangisanku agar tidak pecah. Miris, aku tersenyum walaupun ujung bibir berkedut.

"Dia penghapal Al-Qur'an, bay. Anaknya alim, jago basket. Anak umi-abi pula, jangan lupa dia juga ganteng, haha..."
Aku tertawa membayangkan sifat dia yang sangat absurd apalagi jika sudah berkumpul dengan teman teman nya.

"Bay, lo harus liat orangnya. Harus banget! Gue bakal tunjukin orangnya sama lo" ujarku antusias sambil menatap lekat namanya yang tertulis dibatu nisan. "Itupun syaratnya lo harus bangun, ya! Kalo nggak bangun, caranya lo liat dia gimana? Lo harus bangun bay. Masa sih lo ga penasaran?"

Ku usap mataku kasar ketika cairan bening sudah mengalir di sudut mata, kuusap sekali lagi saat cairan yang lain ikut mengalir menyusulnya. "G.. gu.. gue kangen lo bay,"

Roboh sudah pertahankanku, tangisku pecah. Ingin menjerit sekeras mungkin. Semesta menghadirkannya dan mengambilnya pergi dari radiusku sejauh mungkin. Tidak bisa ku jangkau dan ku gapai.

5 tahun bukan lah waktu yang singkat. Selama itu pula aku dan dia merajut kisah yang tersimpan jelas dalam memori. Setiap hal tentang dirinya adalah candu untukku. Ajibay adalah hujan. Hujanku dan selamanya begitu, ajibay adalah milik mely.

Ada dua hal didalam semesta ini yang tak bisa dipaksakan, pertama hati dan kedua adalah takdir. Hati yang tak bisa ku tarik agar tak terikat perasaan kepadamu dan takdir yang tak bisa ditentang bahwa ajibay sudah pergi untuk selamanya.

Aku beranjak dari sana. setelah tiga langkah kedepan, aku menoleh kebelakang lalu tersenyum.

"Bagi mely, hujan adalah segalanya. Berarti kata 'ajibay adalah hujan' yaitu 'ajibay adalah segalanya' "

TAMAT.

CERPEN/CERBUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang