Kiranya dua orang kakak beradik ini, pada sore harinya sebelum badai datang, telah berperahu dan mencari ikan, akhirnya tertahan di sebuah pulau kosong kecil dan tidak berani pulang karena ombak mulai bergelora. Malam itu, sambil menangis keduanya berangkulan di tengah pulau kosong.
Badai mengamuk hebat, akan tetapi pulau kosong itu merupakan bukit dan air laut tidak sampai menyapu permukaan bukit. Baru pada keesokan harinya ketika laut tenang kembali, keduanya turun dari atas bukit menuju pantai di mana mereka tidak melihat lagi perahu mereka.
Dua orang anak-anak itu sudah biasa dengan lautan, bahkan sebelum mereka mampu berjalan kaki, mereka sudah pandai berenang! Maka ketika mereka melihat ada perahu kosong lain terapung-apung agak jauh dari pantai, Lee Siang lalu meloncat ke air, berenang dan menuju ke perahu itu. Dia tidak tahu bahwa itu adalah satu di antara perahu-perahu dari Pulau Nelayan yang tersapu air laut dalam amukan badai semalam.
Didayungnya perahu ke pantai dan bersama adiknya dia lalu pulang ke Pulau Nelayan. Dan di pulau ini mereka mendapatkan sisa bencana itu, seluruh permukaan pulau sudah menjadi gundul dan hanya ada seorang manusia di situ yang menyambut mereka, yaitu kakek mereka, Liu Ek Soan yang merangkul mereka sambil menangis sesenggukan. Ayah bunda mereka, paman-paman dan bibi mereka, saudara-saudara misan mereka, para tetangga, semua habis lenyap ditelan gelombang samudera mengganas.
"Demikianlah, kongcu. Kami bertiga selamat dan agaknya tidak ada seorang pun yang tahu akan hal ini. Aku lalu merawat dan mendidik kedua orang cucuku ini, kami hidup sederhana dan cukup bahagia di pulau kami."
Ciang Bun memandang kagum. "Dan berkat pendidikan locianpwe, kini Siang-twako dan Hiang-siauwmoi menjadi orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian yang amat hebat."
"Ahhh, Suma-kongcu terlalu memuji. Dalam hal ilmu silat, mana mungkin kami dapat dibandingkan dengan kongcu sebagai cucu Suma-locianpwe di Pulau Es? Kami hanya mempelajari sedikit ilmu dalam air."
"Itulah yang amat mengagumkan hatiku. Mereka berdua ini dapat bergerak di air seperti ikan saja, begitu kuat menyelam lama dan dapat bergerak di permukaan air sedemikian gesit dan ringannya. Sungguh mengagumkan dan aku ingin sekali mempelajari ilmu itu."
"Bun-ko, kenapa engkau tidak tinggal di sini bersama kami dan belajar bersama kami?" tiba-tiba Lee Hiang berkata dengan sinar mata berseri.
"Benar, dan kong-kong tentu akan suka sekali mengajarkan ilmu dalam air kepadamu, Bun-hiante!" Lee Siang menyambung.
Pemuda ini pun suka sekali kepada Ciang Bun yang tampan gagah dan pendiam itu, apalagi mengingat bahwa selama mereka hidup di pulau itu, jarang mereka bertemu dengan manusia lain, apalagi bersahabat. Dua orang muda itu rindu akan persahabatan dan munculnya Ciang Bun merupakan suatu hal yang sangat menggembirakan hati mereka.
Lain lagi yang dipikirkan kakek Liu Ek Soan. Tadi Ciang Bun menuturkan keadaannya dan kakek ini amat tertarik. Pemuda gagah ini adalah cucu Pendekar Super Sakti, putera Suma Kian Lee, keturunan Pendekar Super Sakti dan Lulu yang pernah menjadi ketua Pulau Neraka. Pemuda ini adalah keturunan pendekar besar dan alangkah baiknya, alangkah akan bangga dan puas rasa hatinya kalau cucunya yang terkasih, Liu Lee Hiang, dapat berjodoh dengan pemuda ini!
Dia akan berbesan dengan keluarga Pulau Es. Hebat! Dan hal itu bukan tidak mungkin terjadi kalau pemuda ini belajar di Pulau Nelayan. Cucunya itu cukup cantik manis dan usia mereka sebaya, hubungan mereka yang baru sehari itu sudah nampak demikian akrab. Mengapa tidak?
"Tentu saja aku akan merasa gembira sekali dapat membimbing Suma-kongcu dalam ilmu bergerak di air," katanya dengan wajah berseri. "Dan untuk itu sebaiknya kalau Suma-kongcu sementara waktu tinggal di sini bersama kami. Bagaimana pendapatmu, kongcu?"
Suma Ciang Bun memandang kepada Lee Siang. Dia merasa suka sekali kepada pemuda ini dan rasanya dia akan merasa kehilangan sekali kalau sampai berpisah dari pemuda hebat itu. Dan dia pun suka kepada Lee Hiang, sedangkan kakek itu pun amat baik dan mengenal keluarga Pulau Es. Kalau dia memiliki ilmu dalam air seperti mereka, agaknya dia tidak perlu takut lagi menghadapi amukan badai seperti semalam.
"Baiklah, locianpwe. Aku akan senang sekali tinggal di sini untuk sementara waktu dan mempelajari ilmu itu."
"Tetapi, harap kongcu jangan menyebut locianpwe atau suhu kepadaku, sungguh aku merasa malu kalau kau sebut begitu, terlalu tinggi bagiku...."
"Lalu aku harus menyebut bagaimana?"
Kakek itu tertawa dan sekali menggerakkan tangan kanan, dayungnya menancap di atas tanah batu karang itu sampai seperempatnya lebih. Ini saja sudah membuktikan bahwa kakek itu memiliki tenaga sinkang yang kuat! "Ha-ha-ha, engkau sebaya dengan dua orang cucuku, bagaimana kalau engkau pun menyebut kakek kepadaku?"
Ciang Bun menjadi girang sekali "Baik, Liu-kong-kong, akan tetapi karena kong-kong menyebut nama mereka begitu saja, maka kepadaku juga sebaiknya kalau kong-kong menyebut namaku tanpa pakai embel-embel kongcu segala macam."
"Ha-ha-ha, baik sekali, baik sekali, Ciang Bun, engkau sungguh seorang anak yang baik dan pantas menjadi cucu Majikan Pulau Es."
Demikianlah, mulai hari itu, Ciang Bun tinggal di Pulau Nelayan bersama Liu Ek Soan, Lee Siang dan Liu Lee Hiang. Dengan tekun dia mempelajari ilmu dalam air, dibimbing dengan penuh perhatian oleh Liu Ek Soan, dan dibantu pula oleh Lee Siang dan Lee Hiang. Seperti yang diidam-idamkan oleh kakek itu, pergaulan antara cucu keluarga Pulau Es dan cucunya berjalan lancar dan mereka Nampak akrab sekali.
Bahkan pada bulan-bulan berikutnya, pandangan kakek yang sudah berpengalaman ini dapat melihat dengan jelas bahwa cucunya perempuan, Lee Hiang, telah jatuh hati pada Ciang Bun! Akan tetapi kakek ini merasa ragu apakah cucu Pendekar Super Sakti itu juga 'ada hati' kepada dara itu.
Ciang Bun orangnya pendiam dan sukar menjenguk hatinya. Sikapnya pada Lee Hiang memang baik dan ramah, tetapi tak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pemuda ini tertarik kepada dara yang sedang manis-manisnya bagaikan bunga sedang mekar semerbak itu. Sikap Ciang Bun biasa saja, bahkan nampaknya pemuda ini lebih akrab dan lebih dekat dengan Lee Siang dari pada Lee Hiang!
![](https://img.wattpad.com/cover/160035028-288-k872231.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH PARA PENDEKAR PULAU ES (seri ke 11 Bu Kek Siansu)
Action(seri ke 11 Bu Kek Siansu)