Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gue lagi bete.
Kenapa kerjaan gue hari ini banyak banget. Jobdesk gue sih udah kelar semua, kenapa tetiba nih anak-anak lain pada minta tolong ke gue semua coba. Ini aneh, gak kayak biasanya.
Otak sinetron gue jadi auto on sendiri.
Apa jangan-jangan Maya dan kawan-kawan lagi pada bikin youtube, terus temanya prank, dan gue berperan sebagai korbannya?
Bisa jadi bisa jadi....
Okelah gue ntar bakalan pura-pura kaget di akhir. Masalah acting mah gue jagonya. Samudra gituloh....
Anak ganteng sejagad Indonesia raya.
"Sam, pulang duluan ya."
Lah kok pulang? Oh pura-pura kali ya. "Oke Bang."
"Rajin kali kau, gue duluan bruh." Sahut Maya yang baru muncul dari ruangannya.
"Elu balik duluan May?" tanya gue yang mantengin pergerakan dia menata rambut lepeknya.
"Iyalah, mau ngapain lagi? Daniel mau ngajak candleligth dinner gituh cuy."
"Si Dipta ikut?"
Maya mengangguk, "iyalah, lo mau momong emang?"
Gue cengo di tempat.
Ini beneran bukan acara prank?
Yakin?
"Heh, malah bengong. Duluan yak."
"Oh, gitu ya lu. Pait disepah manis dibuang guenya."
"Kebalik ogeb," sahut Maya geregatan. "Udah ah lu mah membuang lima menit berharga gue."
Gue terkekeh, "bodo amat...bodo amat..."
Maya menghilang dari balik pintu kantor. Sepi mulai menghinggapi, dentingan jarum jam seakan 2 kali lebih keras dari biasanya. Suara nafas gue sendiri pun terkesan horor gue dengernya.
Astaga, bener-bener otak sinetron deh isi kepala gue.
Fokus Sam, Fokus!!!
"Mas Sam."
"Eh iya pak Dono?"
"Belum pulang?"
"Belum kelar pak, lembur. Ini harus nyiapin buat besok urgent banget meeting pagi soalnya." Gue menyesap kopi panas gue bentar, "eh udah mau balik pak?"
"Ntar deh, Mas Sam kan masih di sini."
"Balik aja gakpapa pak. Kuncinya kasih ke saya aja."
"Gakpapa mas."
"Santai aja pak kalo sama saya mah. Anaknya udah nunggu di rumah loh, siniin aja gakpapa."
Pak Dono mendekat ke gue rada sungkan sambil nyerahin kuncinya. Gue masang senyum ke arah dia tulus. "Biasanya anak tuh bisa tidur pules kalo tau orangtuanya udah balik ke rumah pak. Saya dulu begitu soalnya."
Pak Dono senyum balik ke gue. "Iya sih mas, ini tadi ada wa lagi nungguin katanya."
"Loh bener kan malah. Cepet balik pak."
"Iya mas. Makasih ya, saya duluan."
"Oke pak. Ati-ati yak."
"Iya mas." Di sela langkahnya tiba-tiba pak Dono berhenti dan berbalik ke gue. "Mas?"
"Iya, ada yang ketinggalan pak?"
"Mas Sam cepet balik juga. Nanti orangtuanya nungguin juga loh?"
Gue mematung sambil masang wajah terkejut.
"Saya suka gak tenang kalo anak-anak belum pulang atau belum ngasih kabar."
"I-iya pak. Bentar lagi kelar kok."
Pak Dono tersenyum, senyumannya menjadi penutup daftar tamu yang gue jumpai untuk hari ini.
Hati gue mendadak menghangat. Setulus itu perasaan orangtua pada anaknya. Gue serasa jadi anak durhaka sepanjang masa. Hal apa yang udah gue kasih ke mereka belum ada apa-apanya.