Gue tuh suka ngebayangin lagi jadi tokoh utama sebuah film di setiap situasi, semua kondisi, dan segala posisi. Seperti sekarang, lagi naik ojek pun gue ngebayangin kalo gue lagi jadi Rangga yang ngejar Cinta.
Ea... Eh eh kebalik ya?
Kalo enggak tuh ya, gue selalu berpikir kalo bisa aja nih gojek bakal mempertemukan gue dengan jodoh gue.
Eheh...
Oh iya, gue juga selalu menatap baik-baik orang-orang yang berinterkasi sama gue. Kali aja besok ada benang merahnya sama jodoh gue. Kan gak ada yang tau juga.
Tiba-tiba tanpa permisi bapak ojek online berhentiin motornya.
Eh udah sampe ternyata.
Lama juga ya gue ngehayalnya...
"Pake ovo ya pak," ucap gue sambil ngelepas helm yang banyak varian bau ini, "makasih pak."
"Oke mas," beliau tersenyum sambil menerima helmnya, "jangan lupa bintang lima ya mas."
"Ok siap pak...." Gue teken lima bintang buat bapak satu ini. "Udah ya."
"Makasih mas."
"Yok sama-sama pak."
Gue tinggal nyebrang deh. Semula semua biasa aja. Hingga mata gue menatap pemandangan paling damai di dunia.
Dari arah seberang gue liat seorang gadis sedang menuntun nenek-nenek yang hendak menyebrang.
Kita berpapasan dong, bikin jantung gue berdetak bahagia.
Tuhan... Samudra pengen dia jadi jodoh Sam. Boleh ya...?
Kan... Mulai gue ngehalu.
Udah...udah.... Cukup sudah, back to reality. Balik lah gue ke kehidupan suram gue.
Dari jarak sepuluh meter dari tempat gue berdiri gue bisa ngeliat seseorang tersenyum ke arah gue.
"Loh kok siang, biasanya sore kan. Tumben...," ucap wanita paruh baya itu menyambut kedatangan gue.
Gue cuma tekekeh.
"Seperti biasa kan?" dia natap gue dengan mata yang hangat.
"Iya, kayak biasanya bun. Gakpapalah siang soalnya ntar sore Sam ada urusan di luar," jawab gue sambil masang senyum paling manis. Ehey, gue tuh emang makhluk paling manis sedunia akhirat emak gue.
Ia kemudian meraih bunga aster berwarna merah muda dan kemudian merangkainya seperti biasa. Toko bunga ini langganan gue. Dia selalu minta dipanggil bunda oleh gue. Mungkin karena gue udah langganan sekitar lima tahunan, jadi dia hafal sama gue.
Gue liat-liat bunga yang lain. Ada satu bunga yang narik perhatian gue.
"Bun."
"Hmm?" jawabnya singkat tanpa menatap gue.
"Ada ya mawar warna biru?" tanya gue setelah ngeliat mawar biru itu. Seumur-umur tuh gue baru pertama kali liat tuh mawar. Ini dicelupin pewarna kali ya.
"Ada lah. Langka tau. Susah dapetinnya. Mahal tuh," jawabnya santai.
"Unik ya. Ini asli gak?"
"Ishhh...aslilah. Mau tau artinya?"
Gue mengangguk. Setau gue mawar merah buat lambang cinta. Mawar kuning buat persahabatan. Mawat putih buat ketulusan. Nah, ini mawar masih belum gue tau.
"Mawar biru itu lambang cinta yang tak terjangkau. Indah tapi sedih maknanya."
Gue gak tau harus bereaksi bagaimana. Otak gue mendadak ngerestart ulang. Dan gue cuma bisa tersenyum canggung sama bunda.
"Samudra mau satu, bun. Taro di tengah aster merah mudanya ya."
Bunda mengangguk, "Sam, boleh bunda tanya sesuatu?"
Gue tau mata itu menatap gue penuh harap. Tapi gue sedang gak mau bicara lebih lagi.
"Samudra tunggu di depan ya, bun."
Kalian pernah gak tiba-tiba males ngomong?
🔜
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA
Fanfic"Gue tuh ganteng," Samudra said.😎 Udah. Gitu doang sih :v T-T 🚣 -It's about Samudra's daily life- ⏳Publish on 2019/06/20 Meet me in random day..... -S