⚓16. Marah

7 0 0
                                    

Layar  monitor di depan gue udah padam. 

Sejenak gue diem meresapi setiap detak yang berasal dari dada gue. Rasanya ada yang kosong. Entah kenapa itu, apa mungkin karena gue kurang bersyukur. Gue akui itu.

Jakarta emang gak akan pernah sepi. Buktinya sekarang udah pukul 2 dini hari dan jalanan masih terhitung ramai. Berhubung besok jam 8 gue harus udah stay di kantor, apa gue gak usah pulang ya?

Tapi situasi yang sepi bikin suasana hati gue mendadak..... rapuh?

Gue putusin buat keluar, cari udara segar, dan merestart otak gue yang kerasa penuh.

Kalian pasti mikir kalo gue bakal pergi dugem, mengingat gue adalah salah satu anak bandel 3 tahun yang lalu. Alih-alih kepikiran itu gue malah kepikiran sama diri gue yang dulu. Sekali lagi gue selalu menyesal jika melihat sosok Samudra yang bebasnya kelewatan.

Mendadak ada sms masuk, awalnya gue kira itu sms dari operator. Awalnya gue mau mengabaikannya, tapi melihat isi pesannya gue langsung membukanya. Itu dari seseorang yang tiga tahun belakangan ini ngebantu gue menjaga jantung gue tetep berdetak, dokter Tere.

Isi pesannya gak banyak, cuma ngasih tau perkembangan dan kemungkinan kemungkinan yang bakal gue lalui 3 bulan kedepan. Untuk kesekian kalinya, gue cuma bisa menghela nafas sedalam-dalamnya. Hari ini gue gak mau pulang. Gue lagi marah, gue marah sama diri gue juga untuk kesekian kalinya. 

Mendadak ada telfon masuk, dari Ayu.

Gue gak tau ini berawal dari mana, tapi belakangan ini gue rada akrab sama dia. Perkara yang sepele, kita sama-sama suka anime haikyuuu. Dari situ kita jadi lebih banyak ngobrol.

"Bang, gue ganggu gak ?" suaranya parau, hening.

"Kenapa Yu?"

Dia menghela, "oh ganggu ya. Selamat istirahat bang kalo gitu."

"Engga Yu, gak sibuk kok. Lu kenapa, ada apa, cerita aja." 

Dia malah terkekeh, "gak kenapa-napa bang. Cuma insomnia gue kambuh. Gak bisa tidur. Ini aja gue lagi di balkon sendirian."

"Gue temenin."

"Beneran nih?" suaranya penuh semangat.

Gue mengangguk, jelas, Ayu gak bakal liat itu. "Serius."

"Menurut lu bang, season 5 haikyuu bakal ada lanjutannya gak yaa?"

"Harus ada sih."

"Bang, lu lagi ada masalah? Suara lu terdengar lebih dingin daripada biasanya. Wanna tell me?"

Gue jadi gak enak sama Ayu. "Gue... Gue lagi marah Yu. Tapi bukan sama lo kok. Sorry banget kalo bikin lo tersinggung."

Ayu malah terkekeh. "Marah itu wajar bang. Gak ada yang salah. Marah itu normal, soalnya marah itu salah satu bentuk ekspresi kan. Cumaaa kalo marah itu sampai ngerugiin orang, berarti cara marahnya salah." 

"Gue bahkan gak tau seberapa banyak orang yang rugi gegara gue Yu, gue jadi makin marah."

"Bang, jangan bilang lo lagi marah sama diri lo sendiri?"

Gue tersenyum miris, gimana Ayu bisa tau?

"Bang, lo boleh marah. Tapi lo perlu tau hal ini, diri lo adalah hak lo, satu-satunya orang yang bisa lo andelin sampai kapan pun itu. Jangan sampe dia terluka lebih lama bang, peluk dia beserta kekurangannya. Dia emang gak sempurna, tapi dia udah berani sampai lo bisa berada di titik ini. Itu udah salah satu bentuk keberanian besar bang."

Ayu benar. 

Gue cuma terdiam. Sampai-sampai mata gue berkaca. Semua buram.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang