⚓8.Ganteng

12 2 0
                                    

Udah jam makan siang. Gue harus mulai gencatan senjata sebelum keduluan orang. Dari tadi suasana hati gue makin dalam kondisi terbaik. Bibir gue senyum mulu jadinya.

"Mbak Reta doain Sam ya."

Mbak Reta natap gue bingung. Udah jarang ketemu, sekali ketemu, gue lagi gesrek-gesreknya. So sorry mbak...

"Lu kenape dah, Sam? Gak lagi sakit kan?"

"Gue mau pedekate nih, doain ya..."

"Sama siapa?" dia mulai kepo kan.

"Anaknya pak lurah...," jawab gue ngaco, "udah doain aja. Okee... Gue cabut..."

Dia masih natap gue geli.

Gue gak malu-maluin kok. :3

Gue jalan penuh percaya diri menuju ruangan staff accounting. 

Tau gak apa yang lebih sakit dari sakit gigi?

Berharap.

Gue berharap ketemu doi di ruangannya. Eh... malah gak nemu siapa-siapa di sana. So sad sekali hidup gue, bumi aja gak ngerestuin. Gimana emaknya Gita...

Gue akhirnya jalan ke kafetaria sendiri. 

Lemes...miris...menyedihkan...Iya itu gue banget sekarang.

Mana si Maya masih meeting sama boss. Mbak Reta lagi puasa. Kok gue miris amat yak?

"Capuchino satu mbak," gue gak selera makan, so gue ngopi aja.

"Atas nama siapa mas?"

"Atas nama ganteng, mbak."

Mbaknya langsung nahan senyum gitu. Situ ngeledek saya kayaknya...

Gue udah biasa sama situasi kayak gini. Gue emang asli ganteng kok. Jadi gak salah kan. Bodo amat juga sama pikiran mereka tentang gue.

Orang ganteng mah bebas...

Pas jalan balik ke kantor, gue gak sengaja liat bos gede lagi ngobrol sama seseorang di lorong deket lift. Serius gitu. Gue gak kepo kok, semua orang punya privasi. Gue itu tipe orang yang menghargai privasi orang, karena gue juga pengen dihargai soal privasi gue.

Tapi gue kenal baju itu.

Itu kayak Gita, calon jodoh gue.

Dan  benar. Dia beneran Gita. Mereka keliatan ngobrol serius gitu. Saat itu aura boss gue tuh, emang kaya ngintimidasi. Gue gak mau ganggu boss gede yang mungkin lagi ngomongin sesuatu hal penting sama Gita. Gue putusin buat gak nyapa mereka.

Pas gue lewat, Gita gak sengaja nangkep keberadaan gue.

Pas gue lewat, Gita gak sengaja nangkep keberadaan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sam!"

Gue gak salah denger kan ini? Demi apa dia manggil gue?

"Gue?" tunjuk gue pada diri gue sendiri.

"Ada beberapa berkas yang mau saya tanyain," kata dia ke gue, "saya permisi dulu pak."

Dia ninggalin boss gede yang masih matung di tempat. Gue gak tau situasi apa barusan. Yang ada kini jantung gue kembali deg-degan hebat. Dia kini jalan beriringan sama gue menuju lift.  

"Emm...berkas apa yang mau ditanyain?" tanya gue hati-hati.

Ting...

Pintu lift terbuka. Gue masuk bareng Gita. Cuma Berdua. Cuma. Sampe akhirnya pintu kembali ketutup.

Gue mendadak gerogi.

"Oh, sorry...kayaknya gak jadi Sam," dia kayak gak enak gitu ngomongnya. "Oh iya gimana anak lo? Gak ilang lagi kan?"

Baru pertama kali gue liat dia terkekeh kayak barusan.

"Oh itu," gue terkekeh, "sebenernya anak itu bukan anak gue kok. Gue masih single, dia tuh anaknya tetangga gue. Sebenernya iya itu...." jawab gue cengengesan.

"Seriously?" tanya dia kaget.

Gue mengangguk ragu. Bingung juga posisinya.

"Kok?"

"Karena saking paniknya gue sampe nyebut anak gue waktu itu."

Dia mengangguk.

"Gue gak boong," kenapa gue maksa gini. "Mau kopi? Belum gue minum kok?"

Dia natap cup di tangan gue. Satu alisnya keangkat. Tiba-tiba dia senyum. Beuh.... Manis banget kayak gula jawa.

Luluh hati abang...

"Ganteng?" dia terkekeh sambil nunjuk tulisan di cup gue.

Astaga gue baru ngeh.

"Lo narsis juga ya orangnya," kata dia masih kayak nahan tawa.

Gue mau malu rasanya.

Tolong dong, jorokin gue ke jurang sekarang.

🔜

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang