Tentang sunyi dan rasa sakit;
Denting jam masih menjadi satu-satunya suara yang memenuhi ruangan itu. Senyap yang merasuki pikirannya, cukup membuat riuh di luar sana tak lagi menyentuh telinga. Detik yang berlalu begitu saja, coba untuk dia abaikan. Bahkan setianya kini hanya diam. Memandang raga yang sedang terlelap lemah.
Rakenzi Satya Aditama. Pemilik senyum tipis yang manis. Pemilik mata coklat tajam yang memikat. Si pecinta ketenangan, walau hidup berdampingan dengan si pembuat keributan. Ken; si cuek yang akan berubah menjadi paling perhatian bila dihadapkan dengan adik kembarnya, Revino Satya Aditama.
Entah bagaimana hidup Ken, bisa mendapat adik yang sifatnya 180 derajat berbanding terbalik dengannya. Tetapi Ken bersyukur, setidaknya tanpa riuh tingkah dan ucapan Vino, mungkin bukan hanya rumah, tetapi hidupnya juga akan monokrom.
Revino; si mata bulat hitam, dengan senyum lebar semanis bubuk gula. Si super hyper yang hanya akan diam saat penyakitnya kambuh. Si keras kepala dan pembuat onar, yang membuat Ken harus ekstra sabar.
Tetapi percayalah, Ken jauh lebih suka suara ribut Vino. Dibanding suara infus yang terpasang di tangan adiknya. Suaranya tak terekam, hanya bisikan. Membuat Ken tak akan pernah merasa nyaman. Atau kata lainnya, Ken tak suka melihat adiknya berteman dengan sakit. Walau 17 tahun mereka bersama, Ken tak pernah terbiasa saat melihat Vino kalah oleh sakitnya.
Anemia Hemolitik, teman adiknya sejak lahir. Yang membuat Vino, mau tidak mau bertopang penuh pada obat-obatan. Dan tranfusi darah. Bukankah itu menyakitkan? Andai saja Ken bisa meminta saat itu, biar Vino saja yang hidup tenang. Tetapi garis takdir begitu menyayangi Vino, membuatnya harus merasakan sakit sejak tubuhnya menyentuh udara di dunia. Penyakit keturunan, yang Ken saja tidak tahu hingga kini siapa yang mewariskannya. Setahu Ken, tidak ada keluarganya yang mengidap penyakit yang sama atau sejenis. Hanya Vino. Tetapi dokter mengatakan, memang ada gen penyakit tersebut yang diturunkan sejak Vino lahir.
Dan saat ini, Ken lagi-lagi harus melihat Vino kesakitan. Walau mata adiknya terpejam. Kerutan di keningnya menjadi satu bukti bahwa sakit itu membunuh tidur lelapnya.
Fokus Ken kembali pada Vino. Dia memang penyuka ketenangan, tetapi tidak kesunyian. Terlebih saat ada Vino di hadapannya. Dan anak itu hanya diam.
Hari-hari Ken sama tidak tenangnya dengan Vino. Bila adiknya di ganggu dengan rasa sakit, dia dan keluarganya akan di ganggu dengan rasa khawatir.
Seandainya saja, tawa dan senyum Vino seabadi itu, mungkin Ken menjadi penghuni semesta yang paling bahagia.
^^
Tentang RaKenzi dan ReVino;
Ken dan Vino itu berbeda. Siapapun tahu itu. Bahkan bila baru mengenal merekapun, akan dapat langsung membedakan. Walau mereka kembar, tidak ada hal yang sama dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbeda ✔️ [TERBIT]
Teen FictionPART TIDAK LENGKAP! • Terbit di Orinami Publisher • Full part di Karya Karsa Note: REVISI PENULISAN DAN TANDA BACA DI VERSI CETAK. • • Jangan pernah dengar apapun kata orang. Karena saat semesta membuatmu menjadi salah satu bagian dari hidupku, tak...