Tentang Perpisahan

8.4K 842 614
                                    

Selamat malam! Sebelumnya aku minta maaf. Aku harap kalian masih bersedia membaca note panjangku di bawah nanti :)


Hari ini, tepat tiga bulan kepergian Vino. Sosok yang menjadi warna paling berbeda ditengah-tengah keluarganya. Mereka menyayangi Vino, sama seperti Tuhan yang begitu menyayangi dia. Vino pergi setelah kembali merasakan manis kehidupan. Pergi setelah merasakan sakit yang pada akhirnya membuatnya menyerah.

Bila saja melupakan bisa dibuat semudah itu, mungkin semua tawa sudah kembali seperti semula. Hanya saja, melupakan sudah tercipta sesulit itu. Terlebih, setiap jalan hidup memiliki kenangan masa lalu. Satu dari sekian banyak alasan mengapa melupakan menjadi begitu sesulit.

"Bengong aja. Udah malam, balik ke kamar sana. Seneng banget ngerjain tugas di gazebo, masuk angin baru tahu rasa."

Daren sudah memperhatikan Ken sejak tadi dari balkon kamarnya. Dia tahu Ken tidak pernah benar-benar ikhlas melepas sosok terbaik dalam hidupnya. Cerminan terbaik yang membuat Ken menjadi seperti sekarang ini. Ken tak pernah ikhlas, sekalipun dia tahu semesta tidak akan pernah mengembalikan adiknya lagi.

"Nangung dikit lagi."

"Kerjain di kamar, Ken. Ini udah jam 11 malam."

Ken melirik ke arah Daren, sebelum meraih susu coklat yang kini sudah mendingin. Tiga bulan tidak cukup membuatnya melupakan semua tentang Vino. Apalagi adiknya pergi tepat di hari ulang tahun mereka. Lengkap sudah 18 tahun Vino menggores kenangan yang paling berharga dalam hidupnya. Dan kini, Vino memilih menyerah.

Mungkin benar, lebih baik meninggalkan daripada ditinggalkan. Ken benci ini. Dia benci saat semesta memintanya baik-baik saja, setelah mengambil harta paling berharga dalam hidupnya. Dia kira, setelah kejadian itu, hidup mereka akan kembali baik seperti dulu. Bahkan lebih lengkap karena kehadiran Daren. Tapi nyatanya, harus ada yang pergi saat Tuhan mengembalikan Daren.

Tapi mengapa Vino? Mengapa harta yang paling berharaga yang dia miliki selama ini?

Sekalipun ada Daren di sana, sosok Vino tidak akan pernah bisa terganti. 18 tahun bukan waktu yang sebentar untuk membuat hadir anak itu menjadi candu untuk siapapun yang mengenalnya.

"Coba aja waktu itu gue ˗˗"

"Ken!" Daren meraih kedua pundak Ken. Menatap kedua manik milik saudara kembarnya yang tak lagi memiliki nyawa. "Lo inget kan, sebelum Vino pergi, dia bilang lo harus bahagia. Dia tahu lo pasti paling sakit waktu dia pergi. Tapi lo udah janji, kan? Lo udah janji sama dia kalau hidup lo akan baik-baik aja. Kalau Vino tahu lo kayak gini, apa lo pikir dia akan tenang di sana?"

"Gak! Vino gak akan pernah tahu gimana sakitnya gue kehilangan dia, Ren. Dia itu kelemahan gue dari dulu. Dan lo bisa bayangin gimana gue tanpa dia sekarang!"

Daren beralih membawa Ken dalam dekapannya. Mungkin ini bukan pertama kalinya mereka berdebat setelah kepergian Vino. Dan selalu, Ken menjadi yang paling menderita. Bagaimanapun mereka mencoba menghiburnya, Ken akan tetap terpuruk dengan bayang-bayang masa lalu adiknya.

"Vino tahu, Ken. Dia jaga lo dari sana. Sama kayak gimana lo jaga dia selama ini. Cuma bedanya, lo gak bisa lihat dia. Dia sayang lo, sama kayak lo sayang dia selama ini. Sekalipun dia bukan lo yang menunjukan kalau dia penting dalam hidup lo, tapi apa yang Vino tunjukan selama ini udah cukup membuktikan kalau lo bener-bener berharga dalam hidup dia," Daren melepas pelukannya. Sekali lagi menatap mata Ken yang mulai berkaca. "Hidup lo gak bisa stuck di sini saat Vino pergi. Hidup lo masih berjalan, Ken. Dan jangan sampai semua sia-sia, cuma karena lo gak bisa kontrol emosi lo. Lo gak mau ngecewain Vino, kan?"

Karena pada akhirnya, malam ini akan terulang lagi. Dimana tangis dan luka masih menjadi melodi paling damai saat mengenal sosok Vino. Sosok yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun di hati mereka yang mengenalnya. Sosok keras kepala yang membuat semua orang mengelus dada. Anak laki-laki manis yang selalu membuat semua orang rindu. Dan kini, sosok itu telah pergi. Meninggalkan semua orang dengan kenangan akan manis dan pahit hidupnya.

Berbeda ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang