Sepertinya Ken sedikit menyesal sudah menolak permintaan bunda untuk beristirahat di rumah. Bila ujung-ujungnya harus melihat adiknya berkelahi.
Rasanya Ken tidak ingin bertemu dulu dengan Vino. Membiarkan emosinya redam, sebelum dia ingin penjelasan dari adiknya. Yang Vino tidak tahu, Ken hanya terlampau khawatir. Bisa-bisanya saat dia berusaha mati-matian menjaga anak itu, adiknya malah bertindak di luar kendalinya.
Setengah hari mood Ken tidak baik. Rasanya ingin cepat-cepat pulang tanpa bertemu dengan Vino. Maka saat bel pulang berbunyi, Ken segera bersiap meninggalkan kelas.
"Lan, sorry gue gak enak badan. Tugas osis gue lanjut di rumah ya."
Arlan yang sedang bersiap langsung menoleh pada Ken yang kini sudah bangkit.
"Tapi lo gak apa-apa? Mau sekalian gue anter?"
"Enggak usah, gue bisa. Santai aja. Sekali lagi sorry, gue gak bisa ikut kumpul lagi."
"Gak masalah, kayak sama siapa aja lo." Ucap Arlan yang kini sudah ikut bangkit. "Hati-hati lo."
Ken hanya mengangguk, lalu bergergas membawa langkahnya pergi. Bila biasanya dia menghampiri Vino lebih dulu, kini tujuannya langsung ke parkiran. Tak menoleh sedikitpun bahkan saat melewati kelas adiknya yang belum bubar. Pikirannya hanya satu, pulang. Amarahnya bahkan membuat Ken menutup mata untuk keadaan adiknya saat ini.
Biasanya Ken tidak pernah semarah ini saat mendengar adiknya terkena hukuman karena bolos atau tidak membuat tugas. Tapi Ken memang tidak suka bila melihat Vino berantem. Lebih pada takut, bila itu akan sangat membahayakan Vino.
Vino sebenarnya juga ingin cepat-cepat pulang. Bila saja dia tidak ingin menyelesaikan lebih dulu masalahnya dengan Ken, mungkin Vino sudah meminta Sam mengantarnya pulang. Tapi saat ini, Vino hanya ingin menjelaskan semua pada Ken sebelum kakaknya itu salah paham dengan kejadian tadi. Setidaknya, dia tidak ingin Ken marah dengan masalah yang tidak dia buat.
"Vin, serius lo mau nunggu Ken? Kalau dia ada kegiatan osis gimana?" Bayu bangkit, kembali menatap Vino yang masih duduk di tempatnya. Dia tahu Vino hanya sedang berpura-pura telrihat baik. Walau wajah pucatnya tidak dapat menutupi itu.
"Serius, kalian pulang aja duluan. Gue udah baik-baik aja." Bohong. Kepalanya masih pusing, kakinya masih sakit. Bahkan bila di paksa tidurpun mungkin dia tidak bisa. Tapi Vino nekat untuk menunggu Ken hingga kakaknya selesai dengan kegiatan osisnya.
"Gue tungguin aja ya? Sampai Ken dateng, baru kita pulang." Ucap Sam, namun mendapat gelengan keras dari Vino.
"Gak! Gue suruh pulang, ya pulang. Udah gak usah tunggu gue. Gue aman kok disini."
"Tapi kan, Vin--"
"Pulang, gak! Lo gak pulang, kita gak ngomong seminggu! Ribet banget di suruh pulang aja banyak omong lo berdua!" Ucapan Bayu tadi di potong cepat oleh Vino. Habis sudah bila Vino dalam mode marahnya. Tidak akan ada yang berani melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbeda ✔️ [TERBIT]
Teen FictionPART TIDAK LENGKAP! • Terbit di Orinami Publisher • Full part di Karya Karsa Note: REVISI PENULISAN DAN TANDA BACA DI VERSI CETAK. • • Jangan pernah dengar apapun kata orang. Karena saat semesta membuatmu menjadi salah satu bagian dari hidupku, tak...