Beda 10: Nyusahin?

9.9K 801 126
                                    

Ken masih berada di sebelah Vino. Adiknya sedang tidur, kondisinya sudah lebih baik dari sebelum di lakukan penanganan tadi. Bu Lila dan Pak Joko juga sudah kembali ke sekolah, setelah Ken memastikan keluarganya akan datang sebentar lagi.

Lagi-lagi Ken harus melihat adiknya mendapat penanganan serius. Harusnya hari ini Vino memang melakukan transfusi darah, tapi bukan dalam kondisinya yang drop seperti ini.

"Permisi, dek. Saya mau ganti kantong darah adeknya."

Ken sedikit terlonjak saat mendengar suara perawat yang tiba-tiba berada di sebelahnya. Ken sejak tadi sibuk melamun. Menatap kosong kearah adiknya. Hingga tidak menyadari seseorang memasuki kamar rawat Vino.

"Maaf sus. Silahkan." Ucap Ken lalu bangkit. "Ada penambahan?"

"Dokter mempersiapkan tiga, karena kondisi Vino yang banyak kekurangan darah. Tapi bila dua kantong bisa membuat kondisinya lebih stabil, mungkin akan cukup. Saya sampaikan lagi nanti, bila sudah sesuai perintah Dokter Andre."

Ken hanya mengangguk, lalu memberi ruang untuk perawat itu mengganti kantong darah Vino. Hingga suara dari balik pintu kembali membuatnya berbalik.

"Bang? Kata Bang Ervan abang ada tugas?" Tanya Ken.

"Udah kelar, sisanya bisa nyusul. Vino kenapa bisa gini?"

Ken baru akan menjawab, saat perawat yang tadi menangani Vino telah selesai dengan pekerjaannya.

"Saya permisi ya, dek. Nanti bisa langsung dipanggil kalau ada apa-apa." Ucapnya, yang dibalas anggukan oleh Ken.

Setelahnya Gavin lebih mendekat pada Vino yang sepertinya tidak terusik sedikitpun dalam lelapnya.

"Tadi Vino ikut olahraga, padahal masih belum bener-bener pulih. Jadi sempet mimisan lagi, terus pingsan." Terang Ken.

"Yaudah, lo istirahat aja. Vino biar gue yang temenin dulu."

Ucapan Gavin dibalas anggukan oleh Ken. Sebelum langkahnya dia bawa menuju sofa untuk merebahkan tubuhnya disana.

Ken masih ingat saat sampai di rumah sakit tadi, Vino masih dalam kondisi sadar. Bahkan saat penanganan di IGD, adiknya tidak ingin ditinggal. Tapi sesuai perintah, Ken hanya boleh mengantarkan hingga depan.

Untunglah, Vino segera bisa dipindahkan ke ruang rawat. Jadi Ken di perbolehkan menemani, hingga Vino akhirnya bisa beristirahat.

^^

"Van, adek lo jangan di gangguin terus." Gavin yang sedang mempersiapkan makan untuk Vino melirik Ervan yang sejak kehadirannya 1 jam yang lalu, tidak sedikitpun pergi dari samping Vino.

"Yang gangguin siapa, bang? Gue anteng jagain disini. Ya, gak?" Ervan melirik Vino disebelahnya, yang dibalas anggukan oleh Vino.

Sejak tadi Ervan memang tidak bisa diam, tapi Vino mewajarkan. Kakaknya itu memang akan seperti itu bila dia sudah di rawat. Suka sekali memainkan tangan Vino yang lebih ramping dan lebih kecil darinya. Mungkin bila terlewat pengawasan sedikit, infus ditangan Vino sudah tercabut oleh Ervan.

Vino itu memang hanya akan diam bila penyakitnya kambuh. Bila dalam kondisi normal, mungkin Vino sudah risih dan marah-marah bila di perlakukan seperti ini. Tapi hila sakit, dia akan terima-terima saja. Bahkan sifatnya bisa berbanding terbalik dengan kondisinya bila sedang sehat.

Kini yang menemani Vino hanya Gavin dan Ervan. Ken sudah kembali ke sekolah, karena ada tugas osis yang harus di selesaikan. Ayah dan bunda juga baru akan kembali besok dari luar kota, karena tugas ayah tidak mungkin bisa ditinggalkan. Dan kedua sahabat Vino, sedang mengikuti sosialisasi di sekolah, jadi tidak langsung bisa menyusul.

Berbeda ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang