"Proposal udah di setujuin kepala sekolah. Jadi acara ulang tahun sekolah nanti bisa kita laksanain sesuai sama rencana awal kita. Lo siap kan?"
Arlan meletakkan proposal yang baru saja mendapat tanda tangan dari kepala sekolah. Membuat Ken sedikit mendongak, sebelum kembali mengangguk.
"Kapan sih gue pernah gak siap. Dan kita harus buat acara yang lebih keren dari tahun lalu. Lo siap nyari dana gak?"
"Lo ragu sama ketua osis lo? Gue gak akan jadi ketua osis kalau gak bisa ngurus hal kayak gini." Ucap Arlan.
"Nah gini ni yang gue suka. Kalau bukan lo yang jadi ketua, udah jamin gue gak akan ada disini, buang-buang waktu istirahat gue!" Sahut Ken yang dibalas tawa oleh Arlan.
Mereka sudah bersahabat sejak lama. Sejak masuk di sekolah dasar. Arlan tahu betul bagaimana Ken, bagaimana hubungan Ken dan Vino. Dan bagaimana Ken selalu memprioritaskan Vino dibanding apapun yang sedang dia lakukan, bahkan lebih dari dirinya.
Maka dari itu Arlan tak pernah masalah, saat Ken beralasan apapun tentang Vino. Karena Arlan tahu, Ken akan tetap bertanggung jawab, walau ada Vino yang akan selalu mengusik ketenangannya.
"Vino gimana? Masih sakit?"
Ken menggeleng, "lo keluar sekarang, pasti nemu tu anak lagi buat ribut satu sekolah." Jawab Ken. Lalu ingatannya kembali pada Bu Retno. Dengan apa yang Vino sampaikan kemarin.
"Tapi Lan, gue pengen deh sekali-kali buat masalah. Biar mereka gak mikir gue anak baik banget."
"Maksud lo? Jangan aneh-aneh deh Ken. Lo selama ini jaga prestasi di sekolah, jangan macem-macem." Arlan ikut duduk disebelah Ken, setelah menarik satu kursi didekatnya.
Ya, Ken tahu itu. Bahkan sejak lulus SMP, dia dan Arlan berjanji akan membuat prestasi sebaik mungkin di SMA. Baik dari segi akademis maupun organisasi. Makanya, Arlan benar-benar memaksa Ken untuk mencalonkan diri dulu. Setidaknya itu bisa menjadi bekal untuk membuat mereka mendapat universitas yang mereka inginkan sejak dulu.
Karena hal itu juga, Ken berusaha mati-matian membuat dirinya tak terkena masalah apapun di sekolah. Walaupun hanya datang terlambat atau tidak mengerjakan tugas. Berusaha sebaik mungkin untuk membuat nilainya tetap stabil hingga kelas 3 nanti.
Tapi tanpa Ken sadari, usahanya membuat dia benar-benar terlihat baik. Dimata guru maupun siswi-siswi di sekolah. Membuat Ken mempunyai paket lengkap, fisik dan otak yang seimbang. Dan itu perlahan membuat Vino terlihat jauh dengan dirinya. Membuat orang-orang memaksa Vino agar bisa seperti dirinya. Padahal, Ken tidak pernah berpikir sedikitpun tentang itu.
"Gue gak tahu Bu Retno ngomong apa sama Vino kemarin, sampai dia kepikirin kayak gitu. Kalau bukan karena Bu Retno banding-bandingin dia sama gue, Vino gak akan sampai kayak kemarin. Dia gak mungkin rela di hukum sampai selesai kayak gitu, Lan. Tu anak pasti udah kabur dari awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbeda ✔️ [TERBIT]
Ficção AdolescentePART TIDAK LENGKAP! • Terbit di Orinami Publisher • Full part di Karya Karsa Note: REVISI PENULISAN DAN TANDA BACA DI VERSI CETAK. • • Jangan pernah dengar apapun kata orang. Karena saat semesta membuatmu menjadi salah satu bagian dari hidupku, tak...