PART TIDAK LENGKAP!
• Terbit di Orinami Publisher
• Full part di Karya Karsa
Note: REVISI PENULISAN DAN TANDA BACA DI VERSI CETAK.
•
•
Jangan pernah dengar apapun kata orang. Karena saat semesta membuatmu menjadi salah satu bagian dari hidupku, tak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu sudah menunjukkan pukul 07.25, saat Ken bergabung dengan anggota osis yang mempunyai jadwal piket berjaga hari ini. Pandangannya beralih pada jejeran mobil di parkiran. Tidak menemukan salah satu mobil milik Bayu ataupun Samudra. Itu artinya mereka memang belum datang. Padahal bel masuk tinggal 5 menit lagi.
Ken memang berangkat lebih dulu karena ada rapat osis yang harus dia siapkan hari ini. Berhubung jabatan Ken adalah wakil ketua osis. Jadi perannya sangat diperlukan oleh Arlan; sahabat Ken sekaligus ketua osis di sana.
"Vino belum dateng?" Tanya Ken pada salah satu adik tingkatnya yang sedang berjaga.
Gadis itu menggeleng, "belum ada lihat sih, kak. Jangan-jangan telat lagi."
Kelakuan Vino selalu membuat Ken merutuki kebodohan adik kembarnya itu. Apa susahnya datang pagi dan belajar yang benar di sekolah? Tapi sepertinya, bagi Vino itu memang benar-benar susah. Bertahan 2 jam di dalam kelas saja kadang membuatnya bosan. Hingga jalan yang sering dipilih adalah bolos. Sekedar nongkorong di kantin, atau warung belakang sekolah.
Bel berbunyi, dan Ken baru saja ingin melangkah masuk sebelum matanya menangkap mobil Samudra yang baru memasuki gerbang sekolah. Pas sekali.
"Mereka biar gue yang urus. Kalian lanjut jaga yang lain."
Bukan pertama kalinya, Ken harus memanfaatkan jabatannya hanya untuk melindungi Vino. Tidak juga ingin pilih kasih. Hanya saja dia terlampau tahu bagaimana adiknya. Untungnya, tidak ada yang berani protes. Karena mau protes bagaimanapun juga akan percuma.
"Gak bisa dateng lebih cepet dikit?" Ken menatap Vino, Bayu dan Samudra satu persatu, saat ketiganya kini sudah berjalan cepat memasuki koridor sekolah. "Kalau bukan gue yang jaga, kalian gak akan lolos."
"Gue gak minta lo nyelametin kita. Lagipula kalau nanti gak diijinin masuk tinggal cabut kan?"
Andai saja Vino bukan adiknya, mungkin tak akan ada ampun lagi dari Ken. Tapi memang akan percuma bila dia berdebat dengan Vino.
"Sam? Bay? Kalian telat jemput Vino?"
Samudra menggeleng, begitupun dengan Bayu. "Tepat waktu banget Ken, bener deh." Jawab Bayu.
Ken mengusap kasar wajahnya. "Masuk!" Ucap Ken. Intruksinya diikuti oleh Bayu dan Samudra, yang kini sudah berjalan masuk. Tetapi tidak dengan Vino.
"Lo gak bisa sekolah yang bener gitu? Gak pakai acara telat atau cabut dari kelas?"
"Gak bisa! Udahlah, urusan lo udah banyak, Ken. Gue bukan anak kecil lagi yang setiap hari harus lo urusin. Yang namanya jelek itu gue, lo gak akan kena imbas. Santai aja."
"Tapi gue abang lo, Vin! Gue cuma gak mau lo kena masalah. Gue gak mau lo kenapa-kenapa. Susah banget gitu nurut? Jadi anak baik kalau di sekolah?" Ken hampir lepas kontrol. Bila saja dia tidak ingat sedang berada di lingkungan sekolah.