#7 : Tak Terduga

122 16 2
                                    

Terkadang Allah hanya mempertemukan dua insan
Bukan untuk mempersatukan.
Namun, yakinlah skenario kehidupan sudah Allah atur dengan sebaiknya.

-----------------------------------------

Kala waktu Maghrib masuk, aku bergegas untuk menunaikan kewajiban. Kemudian tilawah dan sedikit moroja'ah hafalan. Setelah itu, aku browsing internet untuk mencari info beasiswa S2 di luar negeri. Sekedar iseng mana tau bisa terwujud.

Aku mengambil flashdisk di dalam tas kecil yang biasanya selalu tak pernah lupa aku bawa jika keluar rumah. Aku mencoba meraba-raba benda yang ada di dalam tas, berharap segera menemukan benda kecil itu.

Tiba-tiba...

Sebuah amplop berwarna biru terjatuh, aku ingat betul itu merupakan amplop yang berisi surat dari kak Fikri. Aku memang belum sempat membacanya, aku hanya mengingat satu kata dalam surat itu ketika mencoba mengintip. 'Cinta' mebuat hatiku sedikit gusar.

Klek..

Perlahan aku coba membuka surat itu..

Untukmu, Raysel Thahirah

Assalamua'laikum..
Semoga dalam lindungan Allah

Aku sudah lama menyimpan rasa, aku sudah banyak berlumuran dosa. Memikirkan sesuatu yang tak halal bagiku. penyakit, sebuah penyakit jika tak segera diobati akan menambah dosa. Yaitu Jatuh Cinta.

Maka dari itu, aku ingin berterus terang. Maukah engkau menjadi obatnya? Maukah engkau menjadi penyempurna agamaku? Maukah engkau menjadi pasangan ibadahku hingga Syurga-Nya. Meskipun aku bukanlah laki-laki sempurna, namun hanya lelaki nan selalu mencoba memperbaiki diri. Laki-laki biasa tak kaya harta, fakir ilmu pun. Tampan juga tak pula. Bahkan juga tak ahli dalam berkata-kata.

Aku tak meminta jawabanmu terburu-terburu, Istikharah jikalau engkau ragu. Jika engkau sudah menemukan jawaban, segera kabari aku. Syukron.

Fikri Ramdhani

Bibirku keluh, tak mampu berucap apapun. Ternyata ucapan Sintia kala itu benar-benar tak main-main. Kak Fikri benar-benar serius menyukaiku. Bahkan menginginkan aku sebagai pelengkap tulang rusuknya. Jujur, menurutku dia memang laki-laki yang baik, Sholeh, dan juga tampan. Tapi, aku belum memiliki perasaan kepadanya. Mungkin aku memang harus istikharah, meminta jawaban terbaik menurut Sang Rabb.

Tok..tok...

" Raysel.... Raysel .." Rayana berteriak sambil mengetok-ngetok pintu kamar.

Perlahan kenop pintu berputar, dan pintu pun terbuka. Aku segera menyembunyikan suratku di bawah kolong tempat tidur. Sungguh, bukan waktu yang tepat untuk menceritakannya pada Rayana.

" Hey, iam very Happy Ra." Suara riang Rayana terdengar nyaring di kupingku.

" Iya, kenapa nih? Good News?" Ucapku bersemangat mendengarnya.

" Jadi, gini. So, imam impianku mengiriku pesan. Setelah sekian lama tak berkomunikasi. MasyaAllah, mungkinkah ini jawaban dari do'a-do'aku.. Hehehe.." Ia tersenyum getir.

" Waah, Seriously? Bagus mungkin saja. Oh ya aku hampir lupa, namanya siapa?" Seketika pertanyaan yang acap terlintas dalam otakku, akhirnya terucap juga.

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang