#6 : Tersirat

127 15 3
                                    


" Raysel, oiii bangun. Mau mahgrib nih, malah tidur." Suara itu tak asing bagiku.

" Eehh, iya bawel banget sih. Suamiku mana?" Ujarku spontan.

" Suami, hahahahaha..  Dasar kamu ya, suami yang mana? Mikirin jodoh mulu nih anak. Udah sana mandi dan siap-siap Shalat Maghrib." Ucap Rayana yang masih terkikik.

Aku hanya bungkam. Tak membalas ucapan Rayana lagi. Benarkah? Ini cuma mimpi RAYSEL. Huh, aku pikir itu nyata karena seolah-seolah benar-benar terjadi. Sudahlah, aku harus segera mandi, waktu Maghrib hanya beberapa menit lagi.

***

Usai mandi dan Shalat, aku memilih tilawah. Kemudian setelah itu muroja'ah hafalanku yang kurang lancar.

" Raysel... Raysel.." Suara itu mengangguku saja.

" Hmmmm.." Rayana mentapku berbinar.

" Raysel, mau curhat dong ....  Kamu sibuk terus sih, jadi aku susah curhat." Ucap Rayana memelas.

" Curhat? Boleh, boleh. Palingan perihal jodoh." Cibirku.

" Ihhh, kamu Ra. Iya juga sih, hehehe. Ra sebenarnya aku cerita ini cuma baru sama kamu lho! Jangan bilang-bilang." Tatapannya mulai serius sambil menoleh ke arah pintu kamar wanti-wanti jika ada yang mendengar.

" Jadi gini, aku mencintai seseorang. Jangan kaget..jangan kaget. Aku lanjut ya. Masa kecilku sampai remaja atau sekitar SMA aku habiskan di Indonesia, yaa tepatnya Aceh, kampung Anne. Disana aku memiliki cinta pertama, sampai saat ini aku tak pernah melupakannya. Dia laki-laki yang begitu baik menurutku, Shaleh dan Juga tampan, MasyaAllah. Setau aku sekarang dia lagi kuliah di Al-Azhar."

" Eitsss, Al-Azhar? Mesir? Mungkin saja aku mengenalnya." Aku langsung memotong ucapannya.

" Main potong-potong aja kamu." Rayana kesal dan memonyongkan bibirnya.

" Aku lanjutin.." Kesalnya sudah mereda dan aku mengangguk.

" Semakin hari bayangannya selalu mampir dalam ingatanku. Walaupun, aku tak yakin bisa bersamanya. Dia laki-laki baik, pasti banyak yang menginginkannya." Rayana terhenti dan air wajahnya berubah menjadi sedih.

" Berdo'a saja Rayanaku, Allah tau yang terbaik untuk hamba-Nya. Mana tau Allah telah sandingkan namamu dan namanya di Lauh Mahfuz." Responku sok bijak padanya.

" Iya, Bismillah aku selalu berdo'a Ra. Namun, aku sedikit takut jika kelak terluka karena ternyata dia tak ditakdirkan bersamaku. Aku sadar Ternyata jatuh cinta sebelum Menikah itu ujian ya.." Lirihnya.

Setelah mencurahkan semua isi hati, Rayana izin untuk menuju ke kamarnya. Ia harus menyelesaikan tugas kuliahnya. Rayana memiliki kebiasaan yang sangat bagus, yaitu sistem kebut semalam, kebiasaan yang tak asing lagi bagi pelajar di Indoenesia. Namun, Rayana berdalih jika dikerjakan saat terdesak maka akan timbul banyak inspirasi.

'Aku Lupa menanyakan  pada Rayana, siapa nama laki-laki yang sukses membuatnya jatuh cinta itu.' Sesalku.

Biar saja, masih ada waktu besok untuk bertanya. Aku harus segera bersiap-siap untuk agenda besok yaitu mengikuti Seminar Kepemimpinan yang diadakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Turki. Aku dengar acara tersebut khusus diadakan untuk Pelajar atau Mahasiwa Indonesia, karenan acara akan berlangsung menggunakan Bahasa Indonesia. Hal itu cukup menarik bagiku, karena belum terlalu paham bahasa Turki, hehe.

***

Aku bersiap-siap hari ini, berpenampilan sebaik mungkin, mana tau ketemu jodoh. Astagfirullah, kenapa aku memikirkan itu. Dengan penuh semangat aku keluar kamar dan sedikit memperbaiki jilbabku yang sebenarnya sudah berulang kali aku otak-atik. Aku berjalan mencari sosok Rayana, katanya dia akan ikut bersamaku.

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang