#19 : Mengkhitbah

86 9 0
                                    

Jangan melibatkan hatimu dalam kesedihan atas masa lalu atau kamu tidak akan siap untuk apa yang akan datang.

-Ali bin Abi Thalib-

-------------------------------------------

Beberapa hari setelah Azzam wisuda Tahfizh. Keluarga Thoriq segera bersiap-bersiap untuk menyampaikan niat Azzam kepada keluarga perempuan yang hendak di lamar Azzam. Raysel dan Rayna menyiapkan bingkisan yang akan di bawa untuk lamaran Azzam.

Wanita spesial yang terniat untuk diperistri Azzam bernama Lutfiyah Ufaira Az-Zahra. Sebuah nama yang diharapkan Azzam lewat bait-bait do'a nya.

"Zam, calon adek ipar kakak gimana sih?  Sampai bisa membuat adik kakak ini jatuh cinta?" Goda Raysel.

"Yang penting Shalihah kak, dan yang Azzam ketahui nasabnya baim. Pokoknya spesial kak. Walaupun Azzam belum pernah melihat wajahnya karena dia bercadar kak. Namun, karena kecantikan akhlaknya sama sekali tak membuat Azzam ragu kak." Terang Azzam dengan penuh keyakinan.

"MasyaAllah..  Kamu zam bisa aja. Kakak baper mendengarnya hehe." Ucap Raysel dengan sedikit tawa.

---

Keluarga Thoriq sudah berada di depan rumah Ufaira. Habib dan Salma, kedua orang tua Ufaira menyambut kedatangan keluarga Thoriq. Karena sudah di kabari oleh putrinya.

Habib mempersilahkan keluarga Thoriq untuk duduk. Kemudian Salma menyuguhkan kue-kue dan minuman pada keluarga Thoriq.

"Bismillah, kami mengucapkan terimakasih kepada keluarga Pak Thoriq terutama nak Azzam yang telah bersilaturrahmi ke rumah kami." Mulai Habib.

"Iya Pak kami mengucapkan terimakasih pula karena bapak telah menyambut dan menjamu kami dengan baik sekali." Ucap Thoriq.

"Langsung saja pak, sebenarnya niat kami kesini selain Silaturrahmi, kami juga ingin menyampaikan niat baik putra kami Buk." Thoriq melanjutkan ucapannya.

"Iya Pak silahkan jika Ananda Azzam ingin menyampaikan sesuatu." Habib mempersilahkan.

"Sebelumnya terimakasih pak, Ana memiliki niat baik yaitu mengkhitbah putri bapak Lutfiyah Ufaira Az-Zahra."

"Mengkhitbah? Apakah kamu sudah mengenal putri saya? Atau tau seperti apa rupanya?" Tanya Habib.

"Saya mengenal Ufaira ketika di Pondok Pesantren Pak. Saya memang tidak mengetahui seperti apa rupanya  tapi saya mengenal dia karena kebaikan akhlaknya pak." Jelas Azzam.

"Baiklah, sebelumnya saya akan panggilkan dulu putri saya." Ujar Habib.

Azzam merasakan hatinya berdesir. Detak jantungnya tak beraturan dan berdetak lebih cepat dari biasanya. Hal yang baru pertama ia alami.  Selama ini ia selalu manjaga hati dan pandangan serta berupaya terus memperbaiki diri.

Azzam menangkap bayangan sosok perempuan yang begitu ia inginkan. Dengan gamis maron senada dengan khimar yang ia kenakan. Tak lupa juga cadar yang menutupi wajahnya.

"Baiklah sebelumnya. Sebenarnya bagi saya sangat sulit untuk melepas putri saya untuk menikah. Namun, sepertinya kamu lelaki yang amanah dan baik agamanya. Sedikit banyak yang sudah mengetahui bagaimana dirimu dari putri saya. Tapi, semuanya saya serahkan kepada putri saya, Ufaira. Dan sebelumnya kamu berhak melihat rupa putri saya. Silahkan Ufaira!" Ungkap Habib.

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang