#9 : Poligami

144 14 0
                                    

Takkan ada dalam satu hati,
terdapat dua cinta yang utuh.
Karena ia akan condong pada salah satu hati.

-----------------------------------------------

Raysel dan lelaki itu terhenti pada Appartement sederhana yang didominasi warna putih. Raysel melirik kesana-kemari memastikan bahwa dia akan baik-baik saja.

Raysel POV

Aku bernapas lega saat melihat seorang wanita berniqob yang sudah tidak asing lagi bagiku. Dia adalah kak Khadijah. Ia tersenyum padaku. Dan ternyata lelaki yang menolongku itu adalah suaminya yaitu mas Rafiq.

" Raysel, kamu istirahat dulu ya dek." Ujar kak Khadijah setelah mempersilahkan aku masuk.

" Hmm, iya kak Khadijah." Ia menuntunku menuju kamar tempat aku beristirahat.

Aku langsung menghempaskan tubuh diatas ranjang, sampai akhirnya tertidur pulas.

Author POV

Sayup-sayup terdengar perdebatan antara Khadijah dan Suaminya. Raysel langsung tersentak bangun.

" Ayolah, Bi. Aku ingin engkau menikahinya. Aku yakin dia wanita Shalehah dan akan menjadi istri yang berbakti." Suara lembut itu dicermati baik-baik oleh Raysel.

" Tapi, aku tidak bisa menduakanmu. Mohon mengerti sayang. Bukankah engkau mau seperti siti Khadijah yang selama hidupnya tak pernah diduakan oleh Rasulullah. Aku mencintaimu karena Allah. Aku berjanji akan menjagamu dan tak akan menyakitimu sesuai Amanah Abah mu." Kata-kata yang meluncur dari mulut Rafiq membuat Raysel tersentuh.

" Tapi, keadaannya sekarang berbeda Habibi. Aku paham dengan hal itu. Tapi, aku belum bisa memenuhi tanggung jawabku bi." Suara Khadijah mulai parau.

Raysel terdiam dengan seribu bahasa. Ia tak paham entah apa yang sedang terjadi diantara suami istri itu. Ia juga tak tau siapa wanita yang di maksud Khadijah.

***

Raysel melangkah gontai menuju kamar mandi, ia hendak mengambil wudhu seraya menunggu shalat Subuh. Tiba-tiba langkahnya terhenti saat Khadijah menyapanya.

" Raysel, udah bangun? Raysel kakak mau ngomong boleh ya."

" Eh iya, kak. Mau siap-siap Shalat Subuh nih."

" Raysel, kakak mau minta tolong sama kamu dek. Kakak tau ini pasti berat bagi kamu. Tapi, kakak percaya sama kamu." Khadijah terdiam.

" Kakak mau kamu menikah dengan suami kakak."

Jleb!!!!

kata-kata itu membuat Raysel kaget bukan main. Perasaannya tak karuan. Bibirnya keluh dan ia tak mampu berucap.

" Menikah?" Satu kata dengan penuh tanda tanya keluar dari mulut Raysel.

" Iya Ra, Kakak mohon." Jawab Khadijah sambil tertunduk.

" Tapi, kenapa kak? Kenapa Raysel. Ana ngak siap kak. Ana ngak bisa."

Sekelibet pertanyaan muncul dibenak Raysel. Permasalahan dengan Rayana belum usai, kini malah muncul permasalahan baru. Hal yang tidak pernah ia inginkan dan bayangkan.

" Raysel. Kakak tau ini berat, tapi kakak mohon Ra. Cuma kamu yang bisa kakak amanahkan. Kakak Ikhlas Lillahi ta'la." Raysel belum menjawab.

" Mohon maaf kak, Raysel ngak bisa. Kakak cari orang lain saja untuk menjadi istri kedua suami kakak. Kakak tau kak? Takkan ada dua cinta dalam satu hati kak. Dan juga ana tak memiliki alasan untuk menikah dengan suami kakak. Mohon maaf kak." Akhirnya Raysel buka suara.

" Kakak paham Ra, tapi apa salahnya mencoba."

" Pernikahan bukan main-main Khadijah. Jangan paksa aku dan Raysel. Kamu jangan egois. Sesuatu yang baik menurutmu, belum tentu terbaik menurut orang lain. Jangan buat orang lain sengsara atas keinginan kamu." Rafiq buka suara.

" Pernikahan memang bukan main-main Bi, tapi kamu seharusnya paham kenapa aku melakukan ini. Karena aku mencintaimu!" Nada bicara Khadijah meninggi dan saat itu pula Suaminya refleks menamparnya.

" Aghrrrrrrrrhhhh.. " Khadijah mengerang dan Raysel kaget atas hal yang baru saja terjadi.

Raysel berjalan mendekati Rafiq, ia tak terima dengan perlakuan lelaki itu terhadap Khadijah, istrinya sendiri. Namun, saat Raysel mendekat tiba-tiba Rafiq mencekat kedua tangan Raysel dan hendak memeluknya.

" Lepaskan!" Raysel meronta-ronta.

" Kita akan menikah Raysel. Secepat mungkin. Khadijah aku akan segera menikahinya. Kamu puas kan?"

" Tidak!"

***

" Allahuakbar.. Allahuakbar."

Jantung Raysel berdesir karena terbangun dari tidurnya, napasnya tak beraturan. Ia baru saja berimpi, mimpi yang cukup buruk baginya. Namun, mimpi itu seolah nyata dan begitu menakutkan.

Raysel bersiap-siap untuk melakukan Shalat Subuh. Kemudian ia berniat untuk bersiap-siap mencari tiket penerbangan ke Indonesia. Karena besok ia akan comeback ke tanah air.

Raysel tak ingin mengingat masalah yang telah terjadi antara ia dan Rayana. Ia sudah memaafkan, walaupun masih dihinggapi rasa kekecewaan.

Raysel POV

Aku pamit pada Kak Khadijah dan Mas Rafiq, untuk pergi mencari tiket penerbangan ke Indonesia. Koper dan barang-barang lainnya aku titip sementara di rumah mereka.

Aku berjalan sendiri menikmati pagi tanpa ada yang menemani. Setelah mendapatkan tiket yang sesuai, aku berniat mengisi perut yang keroncongan dari tadi. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku.

" Hello, help me please." Aku menoleh ke sumber suara itu.

" Yes?" Aku menjawab singkat.

" So, Iam Vasya. What is Your name?" Ujar gadis yang berparas bule itu kepadaku.

" Iam Raysel."

" Aku cuma pengen kenalan aja, gitu." Ucapnya ramah.

" O iya, its okay. Kita cari taman aja yuk, biar nyaman." Aku mengajak gadis bernama Vasya itu untuk duduk di sebuah taman.

Vasya gadis yang cantik dan juga sangat asik. Berparas anggun, dengan hidung mancung ala gadis eropa dan lesung pipit yang menghiasi wajahnya. Perfect, sangat menarik.

" Raysel, tadi ngak sengaja aku lihat. Kamu pesan tiket, mau kemana?"

" Aku mau pulang ke Indonesia."

" Indonesia? Nice. Aku juga pernah ke sana. Oo iya, kamu ke Turki ngapain? " Vasya antuasias bertanya padaku.

" Hehe, iya. Di Turki cuma Liburan. Sebenarnya aku baru aja lulus di Al-Azhar. Jadi, dapat semacam reward gara-gara jadi salah satu lulusan terbaik, Alhamdulillah. Kamu? "

" Hmm gitu, Good woman. Kalau aku kesini, nyusulin pacar aku. Dia ada penelitian disini. Tapi, dia berubah. I dont Know. Kayaknya aku besok pulang ke Inggris, daripada ngak ada tujuan disini dan ngak dianggap juga. Tapi, aku positive thinking aja mungkin dia sibuk" Vasya sedikit mencurahkan hatinya.

Aku dan Vasya banyak bercerita, berbagi ilmu dan pengalaman. Padahal, baru kenal beberapa saat. Ia banyak bertanya pula perihal Islam, mulai dari hijab, antara laki-laki dan perempuan. Serta hal lain yang masih penuh tanya baginya perihal Islam.

" Vasya, Raysel.. " Suara bariton itu mengangetkan aku dan Vasya.

'Bagaimana bisa ia mengenal Vasya?'
Ucapku dalam hati, jangan-jangan dia adalah lelaki itu.

***
Thanks Buat Readers yang masih setia, dont forget votment yaa..

Jangan Lupa Shalat dan Baca Al-Qur'an

Pelengkap Tulang RusukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang